Pondok Pesantren Mansajul Ulum adakan haul ke-21 K.H. Abdullah Rifa’i beserta wisuda santri marhalah 3 Ulya dan 3 Aliyah pada Senin, 21 April 2025. Acara yang bertempat di halaman Pesantren Mansajul Ulum tersebut dihadiri oleh para wisudawan didampingi wali santri masing-masing beserta dewan asatid dan ustadzat Madin Mansajul Ulum. Segenap pengasuh pesantren di desa Cebolek dan warga sekitar juga turut diundang dalam perayaan tersebut. Terlaksananya acara tersebut sebagai bentuk apresiasi atas perjuangan dan pencapaian santri selama bertahun-tahun menempuh jenjang pendidikan di pesantren.
Sebanyak 30 santri terdiri dari 26 santri kelas 12 aliyah dan 4 santri kelas 3 marhalah ulya berhasil diwisuda dengan pencapaian yang membanggakan. Meskipun wisudawan madrasah diniyyah terbilang sedikit, hal itu sudah sepatutnya disyukuri dan dibanggakan karena mereka berhasil bertahan menghadapi berbagai rintangan dalam menjalani pembelajaran selama 8 tahun. “Meskipun jumlahnya hanya 4 orang, tapi kami bangga dan bersyukur karena mereka berhasil menghadapi ujian, cobaan, dan bahkan celaan dari teman-temannya,” ungkap Ustadz Muhammad Fackri Bashri selaku Kepala Madrasah Diniyyah Mansajul Ulum.
Pengasuh Pondok Pesantren Mansajul Ulum, K.H. Muhammad Liwauddin Najib turut memberikan dorongan kepada wisudawan kelas 3 aliyah untuk melanjutkan diniyah sampai tahap akhir. Hal tersebut didorong oleh keprihatinan pengasuh mengenai kurangnya kepedulian wali santri untuk memondokkan anaknya sampai tuntas. “Harapan kami, bagi anak-anak yang sudah menyelesaikan pendidikan formalnya agar bisa melanjutkan diniyyah sampai tuntas. Karena hari ini kami merasa kekurangan stock wali santri yang memiliki kepedulian untuk memondokkan anaknya sampai tuntas karena rata-rata berpikir bahwa kelas 3 aliyah itu sudah cukup padahal itu belum apa-apa,” ungkap beliau.

Hal serupa juga diungkapkan oleh K.H. Muslim As-Salami dalam sesi mauidloh hasanah. Beliau berpesan agar para santri tidak merasa cukup dengan ilmu yang didapatkan dari pendidikan yang sudah ditempuh. “Bagi para santri yang masih jauh dari umur 28 tahun, terus maksimalkan kekuatan akal yang kalian punya.” Beliau juga mengutip sebuah wejangan dari Mbah Maimoen Zubair bahwa santri itu bisa tahqiq dan tabahhur fil ilmi itu sekitar umur 30 tahun. “Kalian baru umur 17 atau 18 sudah boyong,” tambahnya.
Dengan terselenggaranya acara ini, para wisudawan diharapkan dapat tetap meneruskan tholabul ilmi meskipun telah lulus, “Alhamdulillah, hingga akhir acara dapat berjalan dengan lancar meskipun ada sedikit kekurangan, tapi meski begitu saya berharap dengan terselenggaranya acara ini teman-teman bisa mendapatkan api semangat baru untuk terus tholabul ilmi dan menggapai impian,” ungkap Dio Ahmad Abdul Jabbar selaku ketua panitia.
Reporter: Muhammad Arul Efansah, Redaktur Em-Yu.