Masa remaja adalah masa yang ideal dalam pembentukan generasi yang sehat, tangguh, dan produktif. Namun, akhir-akhir ini masalah kesehatan mental menjadi salah satu penghalang bagi tumbuh kembang remaja. Akibat mental yang tidak sehat, mereka cenderung menjadi generasi yang lemah dan gampang putus asa.
Hasil mengejutkan ditemukan pada survei I-NAMHS yang menyebutkan bahwa satu dari tiga remaja (34,9%) atau setara dengan 15,5 juta remaja Indonesia memiliki setidaknya satu masalah kesehatan mental. Masalah kesehatan mental ini merujuk pada depresi, kecemasan, stress pasca trauma, masalah perilaku, dan masalah terkait pemusatan perhatian dan atau hiperaktivitas.
Kecemasan menjadi masalah kesehatan mental yang paling tinggi dialami remaja Indonesia, lebih tinggi pada perempuan (28,2%) dibandingkan pada remaja laki-laki (25,4%). Kemudian prevalensi hiperaktivitas atau masalah terkait pemusatan perhatian dialami lebih tinggi pada remaja laki-laki sebesar 12,3% dibanding remaja perempuan sebesar 8,8%. Sementara itu, remaja perempuan memiliki prevalensi tingkat depresi lebih tinggi sekitar 6,7% dibandingkan dengan remaja laki-laki (4,0%). Lebih lanjut lagi, prevalensi masalah perilaku dialami lebih besar pada laki-laki (3,5%) dibanding perempuan (1,2%), lalu tingkat stres pasca-trauma prevalensinya lebih tinggi pada remaja perempuan sebesar 2,0% dibandingkan remaja laki-laki sebesar 1,7%.
I-NAMHS juga melaporkan prevalensi 64,7% remaja mengalami gangguan atau masalah pada hubungan dengan keluarga, termasuk dalam menghabiskan waktu bersama keluarga. Hal ini diikuti dengan prevalensi masalah pada teman sebaya sebesar 41,1% atau kesulitan untuk menghabiskan waktu bersama teman sebaya, sekolah atau pekerjaan (39,3%) serta distres personal (27,2%) juga dialami oleh remaja berusia 10 hingga 17 tahun.
Jenis Gangguan Mental
Ada beberapa gangguan mental yang umumnya terjadi pada remaja saat ini, di antaranya adalah sebagai berikut:
- Gangguan emosional, seperti kecemasan yaitu timbulnya rasa khawatir yang berlebihan, panik, ketakutan yang tidak wajar dan depresi, yaitu perasaan sedih yang sering muncul, kehilangan minat pada beberapa hal, dan sering kehilangan energi dengan cepat.
- Gangguan perilaku, seperti ADHD (Attention Deficit Hyperactifity Disorder) adalah kelainan neurobiologis yang ditandai dengan kesulitan dalam mempertahankan perhatian, hiperaktivitas, dan impulsivitas. Gangguan ini biasanya terdeteksi pada masa kanak-kanak dan dapat berlanjut hingga dewasa.
- Gangguan pola makan, seperti anoresia nervosa atau ketakutan yang berlebihan terhadap berat badan sehingga mengakibatkan diet yang ekstrem dan bulimia nervosa atau perilaku makan yang berlebihan disertai pembersihan seperti muntah atau menggunakan obat pencahar.
- Psikosis yaitu gejala yang mencakup halusinasi atau disebut juga skizofrenia atau gangguan mental tingkat tinggi dan delusi atau percaya pada sesuatu yang tidak benar atau pandangan ilusinya saja.
- Bunuh diri dan menyiksa diri seperti memotong, membakar atau menggores kulit. Bunuh diri sendiri menjadi penyebab kematia terbesar keempat pada remaja saat ini.
- Gangguan Stres Pascatrauma (Post-Traumatic Stress Disorder/PTSD): muncul setelah mengalami pengalaman traumatis, seperti kecelakaan atau kekerasan.
Dampak Masalah Kesehatan Mental
Masalah kesehatan mental pada remaja sangat berdampak pada tumbuh kembang remaja. Remaja akan mengalami kesulitan fokus dan konsentrasi atau prestasi akademik menurun. Seringkali merasa terisolasi dan sulit menjalin hubungan dengan teman sebaya. Mereka memiliki resiko lebih tinggi untuk terlibat dalam penyalahgunaan alkohol dan narkoba atau bahkan merokok untuk mengatasi tekanan emosional yang mereka rasakan. Penurunan berat badan juga menjadi dampak dari remaja yang mengalami gangguan mental. Timbulnya perasaan yang cukup intens. seperti sering menangis, berteriak, hingga mual dengan disertai perasaan sangat intens. Bahkan, bisa sampai menyakiti diri sendiri.
Faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Mental
Kesehatan mental yang dialami para remaja memilik beberapa faktor yang mempengaruhinya, di antaranya: Pertama, tekanan akademik. Kedua, perubahan sosial. Seperti, perubahan dalam identitas diri, hubungan sosial, dan ekspektasi masyarakat. Ketiga, kurangnya perhatian dari orang tua. Keempat, penggunaan Medsos. Kelima, kekerasan, seperti kekerasan rumah tangga, bullying, juga pelecehan. Selain itu, kurangnya waktu tidur, pola makan tidak teratur dan tidak sehat, kurangnya aktivitas fisik, dan konsumsi makanan yang tinggi gula dan lemak jenuh juga bisa dikaitkan dengan resiko depresi.
Gen z sekarang tumbuh di lingkungan yang penuh dengan ketidakpastian politik dan ekonomi. Hal ini dapat menyebabkan perasaan cemas, sters dan merasa tidak aman secara terus menerus. Gen z juga seringkali merasa bahwa masa depan mereka akan sebaik yang mereka harapkan. Tetapi karena ketidakpastian tersebut, tekanan demi tekanan mereka dapatkan sehingga menimbulkan gangguan kesehatan mental yang sekarang tengah merajalela.
Cara Mengatasi Gangguan Mental
Mengatasi gangguan mental bisa dilakukan dengan berbagai cara seperti terapi psikologis, dukungan sosial dan gaya hidup sehat. Berperilaku positif, mengelola stress, memperkuat hubungan sosial, dan mencari bantuan professional juga bisa menekan terjadinya gangguan mental.
Islam juga menyediakan kerangka kerja penuh kasih sayang untuk menghadapi kesedihan berlebih dan depresi. Al-Quran mengingatkan kita bahwa di balik setiap kesulitan pasti ada kemudahan (Ash Syamsh 94:6). Al-Quran mengajarkan kepada kita bahwa: bahkan orang-orang terhebat, mulai dari para nabi dan Rasul Allah hingga orang-orang suci pernah menglami kesusahan dan kesedihan. Kita dapat belajar dari hal ini bahwa emosi seperti itu merupakan bagian normal dari pengalaman manusia. Sama seperti Allah memberi kehidupan, dia juga memberi kita emosi. Allah SWT berfirman dalam surah Al Baqarah ayat 155:
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوْفِ وَالْجُوْعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الْاَمْوَالِ وَالْاَنْفُسِ وَالثَّمَرٰتِۗ وَبَشِّرِ الصّٰبِرِيْنَ
Artinya: “Kami pasti akan mengujimu dengan sedikit ketakutan dan kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Sampaikanlah (wahai Nabi Muhammad,) kabar gembira kepada orang-orang sabar”
Selain itu, Rasulullah telah mengajarkan kepada putrinya sayyidah Fatimah untuk menjaga kesehatan mental. Rasulullah meminta Fatimah membaca doa di pagi dan sore hari;
يَا حَيُّ يَا قَيُّومُ بِرَحْمَتِكَ أَسْتَغِيثُ أَصْلِحْ لِي شَأْنِي كُلَّهُ، وَلَا تَكِلْنِي إِلَى نَفْسِي طَرْفَةَ عَيْن
Artinya: “Wahai dzat yang maha hidup dan maha kekal dan abadi dengan rahmatmu aku memohon pertolongan,bawakanlah kemaslahatan pada segala urusanku,jangan biarkan aku sendiri menyelesaikan urusan meski sekejap.”
Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa bahwa agama dapat berfungsi untuk memelihara fitrah, jiwa dan akal. Menurut Zakiah Darajat, salah satu peranan agama bagi kesehatan mental adalah terapi (penyembuhan) bagi gangguan kejiwaan.
Segala masalah dan emosi yang keluar dari setiap individu adalah hal yang wajar. Tidak bisa kita hindari, kita harus bisa menerima baik hal baik maupun hal buruk dan mengelola emosi agar tidak terus-menerus terperangkap dalam kesedihan ataupun kebahagiaan. Kebahagiaan dan kesedihan itu seperti lingkaran setan. Bagaimana kalian saja mengatasi kesedihan yang absolut. Wallahu ‘alam.
Penulis: Naila Dzatul Maziyah. Santri Mansajul Ulum.