Menu

Mode Gelap

Opini Santri · 28 Okt 2025 13:00 WIB ·

Melewati Zaman, Menjaga Iman: Menyelaraskan Dunia dan Akhirat


 Melewati Zaman, Menjaga Iman: Menyelaraskan Dunia dan Akhirat Perbesar

Banyak orang yang terjebak dalam dua kutub; sibuk mengejar dunia tapi lupa akhirat atau fokus ibadah tapi melupakan tanggung jawab dunia. Padahal keduanya adalah suatu kebutuhan yang berhubungan dengan keberlangsungan kehidupan, baik di dunia maupun akhirat. Sering kali pula kita tanpa sadar melakukan salah satu dari keduanya, seperti dengan memfokuskan diri dengan bekerja dari pagi hingga larut petang, ataupun mengabdikan hidupnya dengan beribadah saja tanpa memikirkan kebutuhan jasmaninya. Mungkinkah keduanya dapat berjalan secara seimbang.

Pandangan Agama

Islam menekankan keseimbangan, bukan meninggalkan dunia maupun abai akan akhirat. Seperti halnya firman Allah dalam surah Al-Qosos ayat 77:

وَابْتَغِ فِيمَا آتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآخِرَةَ ۖ وَلَا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا

Artinya: “Carilah negeri akhirat pada nikmat yang diberikan Allah kepadamu, tapi jangan kamu lupakan bagianmu dari dunia“

Dalam ayat ini, Allah memerintahkan kita agar memanfaatkan nikmat dunia yang diberikan-Nya, untuk meraih kemuliaan akhirat. Lalu Allah katakan, jangan kamu lupakan bagianmu dari dunia. Karena kenikmatan keduanya juga berasal dari Allah, seperti halnya Imam Al-Ghazali yang menulis karya monumental Ihya Ulumuddin untuk menghidupkan kembali spiritualitas umat, juga Ibn Rushd yang menjembatani ilmu agama dengan filsafat sehingga menjadi rujukan dunia Barat dan masih banyak ulama’-ulama’ lain yang produktif dalam ibadah sekaligus aktif membangun peradaban.

Tantangan di Era Modern

Gaya hidup materialis membuat banyak orang fokus mengejar karir, kekayaan, dan popularitas. Tanpa disadari, hal ini sering kali menggeser prioritas hidup, di mana urusan spiritual dan nilai-nilai akhirat menjadi terlupakan. Kesibukan duniawi lebih diutamakan, padahal jika dijadikan satu-satunya tujuan, hidup akan kehilangan arah dan makna sejatinya. Sebanyak apapun harta yang dikumpulkan, tidak ada yang bisa dibawa saat ajal menjemput, yang tersisa hanyalah amal dan ketulusan hati.

 Namun, di sisi lain, ada pula yang menganggap bahwa menjauhi dunia sepenuhnya adalah jalan yang paling suci. Padahal, bukan dunia yang salah, melainkan bagaimana kita menempatkan dunia dalam hati kita. Keseimbangan antara usaha dunia dan bekal akhirat adalah kunci untuk hidup yang utuh, berarti di bumi, dan bernilai di sisi sang khaliq.

Konsep Keseimbangan

Islam mengajarkan bahwa hidup di dunia bukan tujuan akhir, melainkan jalan menuju kehidupan yang kekal di akhirat. Akhirat adalah tujuan utama seorang mukmin, sementara dunia hanya sarana untuk mencapainya. Oleh karena itu, kita tidak boleh terlena oleh gemerlap sementara dunia yang meninabobokan. Seperti firman Allah dalam surah Ash-Shaft ayat 10-12:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا هَلْ أَدُلُّكُمْ عَلَى تِجَارَةٍ تُنْجِيكُمْ مِنْ عَذَابٍ أَلِيمٍ (10) تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَتُجَاهِدُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ بِأَمْوَالِكُمْ وَأَنْفُسِكُمْ ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ (11) يَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَيُدْخِلْكُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الأنْهَارُ وَمَسَاكِنَ طَيِّبَةً فِي جَنَّاتِ عَدْنٍ ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ (12) وَأُخْرَى تُحِبُّونَهَا نَصْرٌ مِنَ اللَّهِ وَفَتْحٌ قَرِيبٌ وَبَشِّرِ الْمُؤْمِنِينَ (13)

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu Aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkan kamu dari azab yang pedih? (Yaitu) kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagimu jika kamu mengetahuinya, niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosamu dan memasukkan kamu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, dan (memasukkan kamu) ke tempat tinggal yang baik di dalam surga ‘Adn. Itulah kemenangan yang besar. Dan (ada lagi) karunia yang lain yang kamu sukai (yaitu) pertolongan dari Allah dan kemenangan yang dekat (waktunya). Dan sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang yang beriman”

Melalui ayat ini Allah Swt memotivasi seorang mukmin agar membara semangatnya dalam melakukan amal kebaikan. Ada banyak amal kebaikan yang bisa dilakukan di dunia untuk bekal menuju kehidupan akhirat. Amal saleh adalah perbuatan baik yang bernilai ibadah. Maka dari itu, amal saleh sangat luas yang mencakup seluruh perbuatan baik yang dilakukan untuk diri sendiri, orang tua, keluarga, bahkan hingga lingkungan sekitar.

Amal saleh, menurut Hasybi Ash-Shiddieqy, adalah semua pekerjaan dan upaya yang berwujud tenaga, pikiran, maupun harta yang memberikan kebaikan, baik bagi diri sendiri, keluarga, maupun masyarakat luas. Jelasnya, segala bentuk aktivitas yang mendatangkan manfaat, baik untuk kehidupan di dunia maupun sebagai bekal menuju akhirat, termasuk dalam kategori amal saleh.

Islam membuka pintu seluas-luasnya bagi siapa pun untuk melakukan amal saleh, tanpa memandang status sosial atau keadaan hidup. Baik kaya maupun miskin, tua maupun muda, rakyat biasa hingga pemegang kuasa, semua memiliki kesempatan yang sama untuk berbuat kebaikan. Tidak ada alasan untuk menunda, tidak ada dalih untuk berpangku tangan. Karena amal saleh bukanlah milik segelintir orang, melainkan ladang kebaikan yang terbuka bagi setiap hati yang tulus dan tangan yang tergerak. Ingatlah bahwa dunia hanyalah ladang untuk menanam amal, kebaikan dan akhirat adalah tempat kita menuai hasilnya. Sebaik-baik manusia bukanlah yang paling banyak hartanya, tetapi yang paling jernih niatnya dan paling ikhlas amalnya.

Marilah kita hidup dengan kesadaran bahwa setiap detik adalah kesempatan menabung pahala, setiap langkah adalah peluang mendekat kepada Allah. Karena pada akhirnya, hanya amal yang akan menyertai kita di liang lahat, bukan harta, jabatan, atau pujian manusia. Hiduplah di dunia dengan pandangan menuju akhirat karena siapa yang menanam amal saleh di bumi, akan memetik kedamaian abadi di surga. Wallahu a’lam.

Penulis: Siti Ririn Ramadhani, Santri Mansajul Ulum.

Tulis Komentar
Artikel ini telah dibaca 40 kali

Baca Lainnya

TRANS7: Kecerobohan Jurnalistik yang Melukai Santri

14 Oktober 2025 - 18:20 WIB

Degradasi Norma Sosial di Era Digital

30 September 2025 - 14:12 WIB

Menjadi Santri di Era FOMO: Pelan, Tapi Pasti

23 September 2025 - 12:17 WIB

Membaca: Obat Penawar Alzheimer

16 September 2025 - 14:15 WIB

Penyakit Hati: Penghalang Tugas Manusia

9 September 2025 - 12:58 WIB

Santri Melek Politik: Perlu atau Tabu?

2 September 2025 - 10:36 WIB

Trending di Opini Santri