Menu

Mode Gelap

Opini Santri · 18 Nov 2025 17:29 WIB ·

Pesantren dan Tantangan Modernitas


 Pesantren dan Tantangan Modernitas Perbesar

Pesantren merupakan suatu lembaga yang dikenal cukup unik dan autentik dengan ciri khasnya yang dimiliki, seperti kitab kuning, makna gandul serta budaya budaya yang berbeda dari lembaga lain. Selain itu, pesantren juga memiliki tuntutan untuk tetap eksis di tengah modernitas. Dalam hal ini, tentu pesantren tidak bisa hanya diam, melainkan berupaya untuk melakukan development atau pengembangan yang sesuai dengan tuntutan zaman.

Terdapat sebuah prinsip yang mengatakan bahwa al-Muhafazhah ‘alal Qadimish Shalih wal Akhdzu bil Jadidil Ashlah yang artinya menjaga sesuatu lama yang baik dan mengambil kebijakan baru yang lebih baik. Prinsip ini merupakan acuan yang sangat populer di kalangan Nahldatul Ulama (NU) dalam bertindak dan mengambil sebuah keputusan. Menurut penulis, prinsip ini merupakan sebuah prinsip yang ideal bagi pesantren dalam menghadapai berbagai perubahan di era modern. Bahwa pesantren mempunyai tantangan dalam mempertahankan budaya yang baik dan mengimplementasikan sistem modern yang lebih baik. Menurut penulis, sistem kurikulum pesantren merupakan salah satu area yang dapat dikembangkan oleh pesantren.

Konsep pembelajaran salafi merupakan standar kurikulum dalam dunia pesantren yang mengunggulkan pembelajaran kitab ulama salaf, baik itu dalam bidang ilmu alat (Nahwu dan Shorof), fikih, balaghah atau ilmu ‘arudl. Melihat era sekarang, tentunya standar kurikulum pesantren dapat dikembangkan dengan memberikan peningkatan kapasitas klasikal pesantren sampai keranah kejuruan. Hal ini bertujuan selain membekali para santri dengan ilmu agama, tetapi juga dengan keterampilan yang relevan dengan kebutuhan era modern.

Kajian salaf dalam pesantren merupakan ikon tersendiri bagi pesantren, mulai dari makna gandul, kitab kuning, sorogan dan lainnya. Kajian ini sukses pada zamanya, akan tetapi, melihat berbagai perubahan di era modern, pesantren dituntut untuk menyesuaikan diri guna memberikan jawaban atas tantangan yang ada. Konsep Islamic Boarding School merupakan salah satu pengembangan dunia pesantren untuk menjaga eksistensi pesantren di zaman yang modern.

Selain itu, perubahan mindset sosial tidak bisa dinafikan, bahwa semua orang membutuhkan skill yang digunakan untuk hidup setelah dunia pesantren. Apabila pesantren tidak bisa memberikan wadah untuk mengembangkan skill selain mengaji, eksistensi pesantren akan tergerser oleh lembaga lain yang belum tentu memberikan dampak baik bagi agama dan negara.

Perubahan di ranah pesantren memang terkadang dianggap tabu oleh sebagian besar orang. Walaupun demikian, sesuatu yang baru memang perlu didiskusikan dengan mempertimbangkan agama dan kemaslahatan. Generasi pesantren bukan hanya menjadi kiyai atau pemuka agama, melainkan generasi pesantren bisa menjadi aktor dan pemimpin di berbagai aspek kehidupan. Sebagaimana firman Allah yang menegaskan bahwa tugas manusia adalah menjadi khalifah atau pemimpin di muka bumi. Dengan demikian, para santri dan insan pesantren diharapakan dengan bekal ilmu agama yang cukup dan ilmu modern yang mumpuni mampu menjadi khalifah dan bermanfaat bagi yang lain. Hal ini sejalan dengan hadits nabi yang artinya, sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi yang lain. Wallahu a’lam.

Oleh: Dwi Erza Arasta, Santri Mansajul Ulum sekaligus Mahasiswa PMI IPMAFA.

Tulis Komentar
Artikel ini telah dibaca 13 kali

Baca Lainnya

Hak dan Kewajiban: Dua Sisi Mata Uang untuk Keadilan Sosial

11 November 2025 - 13:43 WIB

AI dalam Pendidikan Indonesia: Sebuah Tools Development atau Alat Manipulasi?

4 November 2025 - 13:51 WIB

Melewati Zaman, Menjaga Iman: Menyelaraskan Dunia dan Akhirat

28 Oktober 2025 - 13:00 WIB

TRANS7: Kecerobohan Jurnalistik yang Melukai Santri

14 Oktober 2025 - 18:20 WIB

Degradasi Norma Sosial di Era Digital

30 September 2025 - 14:12 WIB

Menjadi Santri di Era FOMO: Pelan, Tapi Pasti

23 September 2025 - 12:17 WIB

Trending di Opini Santri