Menu

Mode Gelap

Cerpen · 13 Jan 2023 18:57 WIB ·

For Palestina


 Sumber gambar: id.pinterest.com Perbesar

Sumber gambar: id.pinterest.com

Helikopter mendarat di halaman markas tentara Palestina dengan mulus. Markas ini tidak seperti markas pada umumnya. Markas ini hanya berbentuk seperti rumah biasa, karena untuk penyamaran agar tidak dikenali oleh tentara Israel.

Mereka semua turun dari helikopter dan memasuki markas, kecuali Hamzah. Dia terlebih dahulu mengantar Aisyah, istrinya, dan Husein ke rumah kakeknya di dekat sana.

Setelah tiba di rumah mertuanya, Hamzah menitipkan mereka berdua kepada kakeknya Husein.

“Husein, kamu di sini dulu ya sama Bunda. Ayah mau pergi sebentar untuk menegakkan keadilan. Ayah janji nanti akan Kembali lagi.” Ucap Hamzah.

“Aku mau ikut ayah pergi berperang.”

“Jangan, Nak. Kamu masih terlalu kecil. Kamu di sini saja sama Bunda. Belajar yang sungguh-sungguh ya.”

Hamzah lalu mengajak Aisyah untuk berbicara empat mata.

“Aisyah, tolong jaga anak kita ya. Jangan sampai Husein kabur untuk ikut denganku. Dia itu anak yang pemberani.”

“Iya, aku akan jaga Husein sampai kamu kembali. Kamu hati-hati di sana.”

Setelah berpamitan, Hamzah kembali lagi ke markas. Di sana sudah disambut oleh jenderal Abdullah dan anggota tentara yang lain.

Walaupun markas ini dari luar kelihatan biasa saja, tetapi dalamnya sangat luas dan banyak fasilitas canggih juga arsitektur yang menarik khas Timur Tengah.

“Hamzah, ada yang mau saya tunjukkan kepadamu.” Ucap jenderal Abdullah.

Jenderal Abdullah lalu memencet salah satu tombol yang ada di tembok di belakangnya. Kemudian meja bundar besar yang ada di tengah aula tersebut terbelah menjadi dua dan tampaklah ruang bawah tanah rahasia di bawah sana.

“Ayo Hamzah, kita masuk. Kamu pasti akan terkesan.” Ajak jenderal Abdullah.

Dugaan jenderal Abdullah ternyata benar. Hamzah dibuat kagum saat memasuki ruangan bawah tanah tersebut, karena tempatnya yang bagus dan terdapat banyak senjata mutakhir dan canggih yang terpampang di sana.

Sudah sekitar 3 tahun Hamzah menjadi anggota dari tentara Palestina, tapi baru kali ini ia diperlihatkan ruang bawah tanah tersebut.

Hamzah memperhatikan jenderal Abdullah. Tatapannya sangat dalam, seperti hendak menyampaikan sesuatu yang sangat penting. Dan ia sepertinya sudah bisa menebak apa yang akan disampaikan oleh jenderal Abdullah.

“Huuuh…” Lanjut Jenderal Abdullah sambil menghembuskan nafasnya pelan.

“Hamzah, sepertinya sudah saatnya kau memimpin semua ini, memimpin pasukan ini untuk menegakkan kalimat tauhid, menegakkan agama Allah.”

Hamzah mendengarkan setiap perkataan jenderal Abdullah dengan seksama. Jenderal Abdullah menepuk bahu Hamzah pelan.

“Bawa pasukan ini untuk menegakkan keadilan, Nak. Aku yakin kau akan menjadi pemimpin yang hebat.”

Jenderal Abdullah mengakhiri pembicaraannya. Lalu beliau memberikan sedikit pidato singkat ke semua pasukan.

“Assalamu’aikum warahmatullah. Segala puji bagi Allah. Saya di sini akan menyampaikan sesuatu, bahwa mulai hari ini Hamzah akan menjadi pemimpin kalian semua dan saya akan mengangkatnya sebagai panglima pasukan ini.”

Semua pasukan sedikit terkejut dengan apa yang disampaikan oleh jenderal Abdullah. Tapi setelah itu mereka semua menerimanya.

“Oleh karena itu, kalian harus patuh dengan apa yang diperintahkan oleh panglima jenderal Hamzah.” Jenderal Abdullah mengakhiri pidatonya. Lalu beliau meninggalkan tempat.

Hamzah mencoba berpikir. Lalu ia mengangkat suara dengan tegas.

“Kalian semua siapkan semua senjata, pasukan dan peralatan yang ada. Besok siang kita akan melakukan penyerangan secara diam-diam tanpa diketahui oleh musuh. LAKSANAKAN!”

Siap komandan, LAKSANAKAN!” Jawab mereka serempak dengan lantang.

Tulis Komentar
Artikel ini telah dibaca 332 kali

Baca Lainnya

Cincin di atas Kepala

11 Juli 2025 - 10:23 WIB

Semesta Teramati

13 Juni 2025 - 09:49 WIB

Semesta Teramati

16 Mei 2025 - 07:36 WIB

AK24

18 April 2025 - 09:54 WIB

Lima Butir Jagung

21 Maret 2025 - 11:38 WIB

24 Hours

21 Februari 2025 - 12:47 WIB

Trending di Cerpen