Rombongan guru Madrasah Diniyah Mansajul Ulum bersama pengasuh hadiri haul Muassis, KH. Abdullah Rifa’i, dan Masyayikh Fathul Huda. Acara yang bertujuan ziarah pendiri pondok tersebut berlangsung pada Ahad, 4 Januari 2024, di komplek makam Masyayikh Fathul Huda Sidorejo, Sayung, Demak.
Acara yang diawali dengan pembacaan arwah jama’, burdah, dan shalawat bersama itu menghadirkan Rais Idarah Wustha Jam’iyah Ahlit Thariqah Al-Mu’tabaroh An-Nahdliyyah (Jatman) Jawa Tengah, KH. Drs. Dzikron Abdullah.
Dalam mauidzahnya beliau menyampaikan bahwa maksiat hati lebih berat daripada maksiat jawarih, terutama sifat sombong.“Sombong itu sangat berbahaya. Bahkan, disebutkan dalam sebuah hadist bahwa orang-orang yang di dalam hatinya terdapat sedikit sifat sombong tidaklah masuk surga “, terangnya.
Beliau juga menekankan tentang pentingnya khidmah (mengabdi) kepada guru melalui kisah Imam Nawawi Al-Bantani dalam berkhidmah kepada gurunya seorang mufti Makkah. Diceritakan bahwa Imam Nawawi mencari ridho sang guru itu dengan hurmat dan khidmah secara totalitas. Beliau mengabdikan diri dengan mencucikan piring, baju, dan menata kamar sang guru.
Suatu hari Imam Nawawi menemukan sang guru keluar masuk kamar dengan wajah cemas. Beliau pun merasa penasaran dengan sebuah hal yang telah membuat gurunya cemas. Ketika beliau membersihkan kamar sang guru, tiba-tiba beliau menemukan 10 as’ilah yang kemudian dijawab dengan menyertakan referensi rujukan kitabnya. Saat sang guru pulang, dengan kagetnya beliau menemukan berderet-deret jawaban yang telah ditulis dengan rapi. Beliaupun bertanya dengan sang Imam mengenai siapa yang telah masuk ke kamar. Imam Nawawi pun menjawab bahwa hanya dialah yang telah masuk untuk membersihkan kamarnya. Mendengar jawaban tersebut kemudian sang guru mengutusnya untuk menuliskan surat kepada orang-orang. Ditemukanlah tulisan tangan yang persis dengan jawaban yang ada di kamar tersebut. Dalam batin sang Mufti, jawaban-jawaban tersebut pasti berasal dari Imam Nawawi.
Melihat hal tersebut, Imam Nawawi dirasa tidak pantas berkhidmah dengannya. Kemudian beliau mengutusnya untuk menjadi imam di Masjidil Haram. Imam Nawawi pun merasa belum pantas mengenai hal tersebut, tapi karena sam’an wa ta’atan kepada gurunya, beliau kemudian mengiyakan dawuh gurunya tersebut.
Suatu ketika Imam Nawawi diusir oleh sang Mufti dengan dibekali uang satu tas untuk pulang mengarang kitab dengan syarat setelah selesai harus diberikan lagi kepada sang Mufti. Setelah karyanya dikirim ke Mesir, para ulama Mesir pun terheran-heran karena karya yang hebat tersebut dibuat oleh seorang yang ‘ajam ( bukan Arab ). Kemudian beliau dipanggil ke Mesir diajak munaqosyah dan diberi penghargaan setinggi-tingginya oleh para ulama’ Mesir.
Hadir dalam acara tersebut Sekda Demak yang mewakili bupati dan beberapa tokoh agama, tokoh masyarakat, para alumni, serta masyarakat umum. Ribuan jamaah tumpah ruah memadati komplek makam tersebut. Tidak hanya dipadati jama’ah lokal, namun juga berdatangan jama’ah dari berbagai daerah, bahkan dari luar Jawa. Mereka semua ingin ikut tabarrukan dengan haul para masyayikh. Adapun para masyayikh yang diperingati haulnya adalah KH. Ahmad Yasir (haul ke-84), KH. Ma’shum Mahfudhi (haul ke-19), dan KH. Abdullah Rifa’i (haul ke-20).
Abdullah Rifa’i merupakan pendiri pesantren Mansajul Ulum, Pati, sekaligus besan dari KH. Ma’shum Mahfudzi, Demak. Konon Mbah Dullah wafat di Demak saat berada di rumah putrinya, Nyai Hj. Khiyarotun Nisa’ dan dimakamkan di sana.
Reporter: Durrotul Mahbubah dan M. Ulil Albab.
