Dewasa ini, banyak orang terutama gen Z yang tidak mengetahui tentang betapa pentingnya memuliakan ilmu, bahkan para santri juga mulai mengalami degradasi moral pesantren karena kurangnya kepedulian terhadap perihal memuliakan ilmu. Untuk itulah tulisan ini dibuat agar kita menjadi sadar dan ingat akan pentingnya memuliakan ilmu.
Memuliakan ilmu adalah hal yang sangat penting bagi tholibul ilmi, karena dengan memuliakan ilmu kita bisa memetik manfaat dari ilmu yang kita peroleh. Imam Az-Zarnuji dalam kitab Ta’limul Muta’allim mengatakan:
لَا يَنَالُ الْعِلْمَ وَلاَ يَنْتَفِعُ بِهِ إِلاَّ بِتَعْظِيْمِ الْعِلْمِ
Artinya: “Seseorang tidak akan memperoleh ilmu dan manfaat darinya kecuali dengan memuliakan ilmu dan ahlul Ilmi”
Perkataan Imam Az-Zarnuji di atas menunjukkan bahwa memuliakan ilmu adalah hal yang penting, karena dengan memuliakan ilmu, kita dapat mendapatkan kemanfaatan dari ilmu tersebut.
Ada tiga cara memuliakan ilmu yang dijelaskan dalam Kitab Ta’limul Mutaalim:
1. Memuliakan Ahlul Ilmi
Memuliakan Ahlul Ilmi atau guru adalah hal yang sangat penting bagi para tholibul ilmi, karena pada dasarnya guru merupakan seseorang yang membimbing dan mendidik kita dalam proses mencari ilmu, tanpanya kita tidak akan bisa apa-apa dan tidak akan menjadi siapa-siapa. Sebanyak apapun balasan kita terhadap guru, tetap tidak akan dapat menandingi ilmu yang telah diajarkan olehnya. Oleh karena itu kita hanya bisa takzim dan berkhidmah kepadanya. Sayyidina Ali R. A berkata:
أَنَا عَبْدُ مَنْ عَلَّمَنِى حَرْفًا وَاحِدًا
Artinya: “Saya adalah hambanya seseorang yang telah mengajariku walau satu huruf.”
Perkataan Sayyidina Ali ini menunjukkan bahwa memuliakan guru adalah hal yang sangat penting dan sebuah keharusan, sebagian ulama bahkan mengatakan wajib karena guru adalah orang tua agama. Tanpa guru kita tidak akan mendapat ilmu agama dan kita tidak akan bisa masuk ke dalam surganya Allah SWT.
Ada banyak cara untuk memuliakan guru, di antaranya adalah dengan memberikan bebungah (sesuatu yang membuat guru kita senang). Bebungah ini tidak harus berupa materi, tetapi bisa berupa sesuatu yang lain seperti berperilaku dengan baik terhadapnya dengan cara tidak banyak bicara di hadapannya, menaati semua perintahnya, memuliakan anak-anaknya, dan yang paling penting adalah tidak membuat guru kita merasa tersakiti, karena seseorang yang membuat hati gurunya tersakiti dia akan dihalangi dari barokahnya ilmu dan tidak akan mendapatkan manfaatnya Kecuali sedikit.
Selain itu, saat mendengarkan suatu keilmuan yang dibawakan oleh guru, kita sebaiknya mendengarkannya dengan hormat dan takzim walaupun sudah pernah mendengarnya berkali-kali. Karena seseorang yang sudah mendengarkan suatu ilmu sebanyak seribu kali tetapi rasa takzimnya tidak seperti pada saat dia baru mendengarnya pertama kali, dia tidak termasuk golongan orang-orang yang berilmu.
Kita juga sebaiknya menyerahkan atau meminta pertimbangan kepada guru pada saat sedang bimbang dalam menghadapi suatu permasalahan. Karena Guru sejatinya lebih berpengalaman dan lebih bijak dalam menentukan sesuatu yang sesuai untuk kita.
2. Memuliakan Kitab
Memuliakan kitab merupakan faktor penting untuk meraih kesuksesan dalam tholabul ilmi, karena selain di dalam kitab terkandung ilmu-ilmu yang agung. Kitab juga merupakan buah karya dari sang mushonnif, bilamana kita tidak memuliakan kitab, maka sama saja kita tidak menghargai mushonnif dan kita pasti tidak akan mendapatkan ridho darinya.
Cara untuk memuliakan kitab antara lain adalah dengan tidak membawa kitab jika dalam keadaan berhadast. Sebaliknya, saat kita ingin belajar lebih baik berada dalam kondisi masih punya wudhu karena ilmu adalah cahaya dan wudhu adalah cahaya, bilamana keduanya disatukan maka berlipat gandalah cahayanya, hal itu tentu akan memudahkan kita dalam memahami suatu ilmu.
Selain itu, kita juga sebaiknya jangan menjulurkan kaki kita ke arah kitab, dan jangan meletakkan sesuatu yang tidak sederajat atau yang lebih tinggi dari kitab, karena di dalam kitab terkandung sebuah ilmu dan ilmu adalah hal yang mulia di sisi Allah. Kita juga sebaiknya memperbagus tulisan dan tidak menyamarkannya supaya kelak nanti kita tidak menyesal karena tidak bisa membacanya. kita juga sebisa mungkin tidak menggunakan tinta merah untuk menulis karena menulis dengan tinta merah merupakan tradisi Filsuf Yunani kuno yang tidak percaya dengan adanya Tuhan. Rasulullah bersabda:
مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ
Artinya: “Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum maka dia adalah bagian dari kaum tersebut.”
Dari hadis di atas dapat kita simpulkan bahwa jika kita menulis dengan tinta merah maka seakan-akan kita juga termasuk para filsuf yang tidak mengakui adanya Tuhan. Oleh karena itu sebaiknya kita mengetahui menggunakan tinta merah jika tidak dalam keadaan darurat.
3. Memuliakan Teman
Memuliakan teman merupakan salah satu faktor penting dalam meraih kesuksesan dalam tholabul ilmi, karena teman adalah orang yang paling dekat dengan kita dalam tholabul ilmi dan orang yang paling mudah untuk dimintai bantuan jika kita berada dalam kesulitan. Bilamana kita tidak memuliakan teman maka teman juga tidak akan memuliakan kita dan akan menjauhi kita jika mengalami kesulitan dalam belajar.
Ada banyak cara untuk memuliakan teman, yang paling utama adalah dengan tidak membuat hatinya terluka karena perbuatan atau perkataan kita. Allah SWT di dalam surah Al-Ahzab berfirman:
وَٱلَّذِينَ يُؤْذُونَ ٱلْمُؤْمِنِينَ وَٱلْمُؤْمِنَٰتِ بِغَيْرِ مَا ٱكْتَسَبُوا۟ فَقَدِ ٱحْتَمَلُوا۟ بُهْتَٰنًا وَإِثْمًا مُّبِينًا
Artinya: “Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang yang mukmin dan mukminat tanpa kesalahan yang mereka perbuat, maka sesungguhnya mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata”.
Kita juga dalam bergaul tidak boleh memilih sembarang teman, karena pergaulan yang salah akan menjerumuskan kita ke dalam keburukan, begitupun sebaliknya. Oleh karena itu Imam Az-Zarnuji mengklasifikasikan 5 kategori teman yang harus dijauhi. 5 teman tersebut adalah:
- Teman yang malas, karena kita bisa saja terpengaruh oleh kemalasannya.
- Teman yang suka menganggur, karena kita akan menyia-nyiakan waktu jika yang banyak bicara.
- Teman yang banyak bicara, karena kemungkinan melakukan kemaksiatan lebih besar ketika banyak bicara hal-hal yang tidak penting.
- Teman yang perusak, karena kita akan terjerumus ke dalam ajakannya untuk melakukan sebuah kemaksiatan.
- Teman yang suka menyebar fitnah, karena kita bisa terkena fitnah darinya.
Dari semua itu bisa kita ambil kesimpulan bahwa memuliakan ilmu adalah hal yang harus dilakukan oleh para penuntut ilmu, karena dalam sebuah maqolah dikatakan “ilmu didapat dengan belajar, barokah didapat dengan berkhidmat, manfaat didapat dengan ridhanya guru”.
Oleh karena itu, di dalam menuntut ilmu kita tidak cukup hanya dengan belajar tetapi juga harus disertai dengan hikmah dan takzim untuk mendapat barokah dan manfaatnya ilmu. Semoga Allah selalu memudahkan kita dalam belajar dan mengistiqomahkan kita dalam khidmah dan takdhim kepada ilmu. Wallahu’alam bisshawab.
Oleh: Muhammad Arul Efansah, Santri Mansajul Ulum.