Sebagai makhluk sosial, manusia setiap harinya pasti tidak akan lepas untuk selalu berinteraksi dengan sesama. Tentunya dalam interaksi tersebut terdapat ucapan-ucapan yang dapat menyinggung hati seseorang. Baik disengaja atau tidak. Dengan demikian, pernahkah kita berpikir dengan apa yang kita ucapkan? Apakah ucapan-ucapan tersebut berpotensi menyakiti hati seseorang atau tidak? Karena dengan lewat mulutlah seseorang sering menimbulkan banyak kerusakan.
Itulah mengapa kita perlu menjaga lisan. Karena lisan merupakan cerminan hati dan akal, sedangkan perkataan adalah cerminan diri seseorang. Lisan juga diibaratkan bagaikan pisau yang apabila salah dalam penggunaannya maka akan dapat melukai banyak orang. Maka, apabila seseorang dapat mengaplikasikan menjaga lisan di kehidupan sehari-hari, secara otomatis hati, pikiran serta prilaku akan terjaga dari kemaksiatan.
Banyak orang yang tidak bisa menjaga lisannya. Mereka berbicara tanpa dipikir dan difilter terlebih dahulu. Sehingga, kata- kata yang keluar dari lisan tersebut dapat melukai hati seseorang. Padahal luka yang disebabkan oleh lisan lebih sulit sembuhnya dari pada luka terkena benda tajam. Tapi, dengan mudah dan ringan seseorang melakukan kejahatan atau maksiat melalui lisan setiap harinya. Apalagi zaman sekarang banyak kita temui kejahatan lisan dalam wujud lain. Seperti, menulis status lewat sosial media. Seperti WhatsApp, Facebook, Instagram. Dengan tujuan sengaja untuk menyinggung hati seseorang.
Banyak orang yang bisa menahan dan menjaga diri dari mencuri, berzina dan kemaksiatan- kemaksiatan lainnya. Tetapi, tidak sadar bahwa dirinya berbuat dosa melalui lisannya .Tidak sedikit orang yang celaka karena lisannya. Jika dilihat dari dzahirnya fungsi lisan memang hanya untuk berucap saja. Tapi, dalam ucapan–ucapan yang keluar dari lisan tersebut mengandung banyak arti dan tujuan. Ada yang berucap untuk berdzikir ada yang berucap untuk sengaja meng–ghibah, ada pula yang bertujuan untuk mencemooh. Padahal ucapan lisan selain dzikrullah dan perkara yang penting sebagian besar adalah ucapan yang sia-sia belaka. Semakin banyak seseorang bicara hal yang tidak berfaidah maka akan semakin banyak pula hisabnya. Imam Sufyan dalam kitab Minhajul ‘Abidin berkata :
لا تتكلم لسانك ما تكسر به اسنانك
Artinya: “Jagalah mulutmu, jangan sampai membuat ompong gigimu”
Ulama’ lain juga mengatakan :
لا تبسطنّ لسانك فيفسد عليك شاْنك
Artinya: “Jangan mengumbar mulutmu, agar kau tidak hancur”
Terdapat juga sya’ir Ibnu Mubarak :
وإنّ اللسان دليل الفؤاد # يدل الرجال على عقله
“Dan lisan merupakan cerminan hati seseorang yang bisa menunjukkan kadar rasio seseorang”
Dalam pepatah jawa juga dikatakan : “Ajining diri soko obahing lathi” (Harga diri seseorang tergantung pada lisannya).
Dengan adanya maqolah-maqolah di atas, sudah jelas bahwa lisan memiliki pengaruh yang besar terhadap anggota badan dalam kebaikan dan kerusakan. Sebab, dengan lisanlah banyak orang melakukan dosa. Rasulullah SAW bersabda: “ketika diisra’kan kulihat manusia di dalam neraka sedang makan bangkai, siapakah mereka hai Jibril? “ tanyaku”
Jawab Jibril: “mereka adalah orang–orang yang ketika di dunia suka makan daging manusia (Suka meng–ghibah)
Seseorang yang senang mengobrol dengan lisannya akan sangat menikmati kegiatan tersebut setiap harinya tanpa merasa bahwa dirinya telah berbuat dosa. Di sekeliling sering kita temui, bahkan diri kita sendiri juga melakukannya. Jika sudah asik mengobrol dalam waktu lima menit saja bisa mencapai sepuluh orang atau lebih yang dibicarakan. Dengan beragam topik yang berbeda.
Mereka tidak sadar bahwa kegiatan yang dilakukan merupakan investasi cicilan dosa di akhirat yang akan terus bertambah jika di setiap hari lisannya digunakan untuk hal–hal yang sia-sia. Amal mereka pun tanpa disadari, akan terus berkurang. Memang dosa yang disebabkan oleh lisan termasuk dosa kecil. Namun, siapa sangka sebenarnya tiada dosa kecil bila itu terus dilakukan. Padahal, untuk menjaga amal shaleh adalah dengan cara menjaga lisannya. Karena, jika lisan tidak terkendali dia akan berkata yang tidak karuan. Sebagian ulama’ mengatakan “Barang siapa banyak bicara maka, banyak pula lidahnya tergelincir” Naudzubillah min dzalik. Semoga kita semua termasuk orang yang bisa menjaga lisannya. Aamiiin
Oleh: Siti Ma’rifah, Santri Pondok Pesantren Mansajul Ulum