Menu

Mode Gelap

Opini Santri · 4 Nov 2025 13:51 WIB ·

AI dalam Pendidikan Indonesia: Sebuah Tools Development atau Alat Manipulasi?


 AI dalam Pendidikan Indonesia: Sebuah Tools Development atau Alat Manipulasi? Perbesar

Memasuki era perkembangan AI (Artificial Intelligence), beberapa sektor pekerjaan manusia mulai dimasuki berbagai jenis sistem AI yang dinilai memudahkan para worker. Berdasarkan data dari CNN Indonesia sudah ada sekitar 40 sektor pekerjaan manusia yang berpotensi akan digantikan dengan sistem AI, atau setidaknya menjadi tools dalam membantu pekerjaan manusia. Disebutkan salah satunya adalah pekerjaan editing visual, jurnalisme, dan sistem komunikasi visual.[1]

Berjalanya waktu, dengan perkembangan AI yang begitu pesat, bukan tidak mungkin AI juga akan masuk kedalam sektor pendidikan di Indonesia. Karena di beberapa negara seperti China dan USA mereka sudah menerapkan AI dalam prosesi pembelajaran para siswa di kelas.[2] Hal ini ditujukan untuk mempermudah kegiatan belajar mengajar siswa dan guru menjadi lebih mudah dan efesien.

Keberadaan AI dalam Sistem Pendidikan Indonesia

Secara resmi keberadaan AI dalam berjalanya pendidikan Indonesia, memang belum ada. Namun berdasarkan kutipan dari pidato wakil presiden Indonesia, Gibran Raka Buming di Binus University (2/5/2025) beliau menjeslakan bahwa kedepanya, AI akan masuk kedalam kurikulum pendidikan di Indonesia. Ini tentu merupakan bentuk dukungan pemerintah dalam implementasi AI dalam sektor pendidikan di Indonesia.[3]

Selain itu, dikesempatan yang lain, mentri pendidikan dasar dan menengah Indonesia Abdul Mu’ti juga menjelaskan hal yang hampir serupa. Bahwasanya AI akan masuk kedalam kurikulum di Indonesia di awal tahun 2026. Meskipun beliau juga memberi catatan bahwa pembelajaran tersebut hanya bersifat opsional, tidak wajib. Tetapi statemen dari kedua tokoh Indonesia ini setidaknya memberikan sedikit gambaran tentang keberadaan AI dalam sektor pendidikan di Indonesia kedepanya.

AI Sebuah Tools Development atau Alat Manipulasi?

Rancangan masuknya AI kedalam sistem pendidikan di Indonesia tentu ini merupakan bagian dari akselerasi perkembangan zaman. Kita tidak bisa kolot dan konservatif dengan perkembangan tehnologi, terkhusus dalam perkembangan AI. Karena bagaimanapun orientasi dari keberadaan AI adalah agar pekerjaan manusia dapat dilakukan lebih mudah dan efesien. Meskipun di sisi lain, hal ini juga tidak mutlak menjadi jaminan peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia, tetapi terobosan semacam ini sangat perlu untuk dicoba. Karena melihat kecanggihan AI sekarang yang benar-benar dapat menjadikan pekerjaan manusia lebih terbantu.

Secara eksplisit, tentu rancangan ini terlihat seperti program yang begitu menjanjikan, akan tetapi di sisi lain, dengan masuknya AI kedalam sistem pendidikan di Indonesia, juga dihawatirkan akan dampak resiko buruknya. Dalam artian AI tidak hanya digunakan sebagai alat untuk self-development semata, akan tetapi tehnologi ini akan disalahgunakan kedalam kegiatan kejahatan akademik (criminal academic). Mengapa demikian, karena kemampuan AI ini juga memiliki potensi yang sangat besar untuk digunakan sebagai alat manipulasi dalam kegiatan belajar mengajar. Seperti plagiarisme, menyontek atau menjadikan AI sebagai alat menyelesaikan tugas, bukan alat untuk membantu pekerjaan mereka. Sehingga kadang-kadang hal ini yang menjadikan kehawatiran akan keberadaan AI dalam pendidikan kita kedepanya

Dikutip dari salah satu artikel dijelaskan bahwa dalam dunia pendidikan, ditemui beberapa kasus criminal akademic dengan basis pememanfaatan AI.[4] Sebanyak 95% responden meyakini bahwa penggunaan AI saat ini telah disalahgunakan di institusi pendidikan. Fakta mencengangkan ini disampaikan oleh Jack Brazel, Direktur Turnitin untuk wilayah Asia Tenggara, dalam acara Focus Group Discussion (FGD) bertajuk “Navigating the Future: Inovasi dan Integritas di Era AI”, yang digelar oleh Turnitin pada Kamis (17/04) di Jakarta.[5]

Sedangkan data yang dikutip dari Kompas.com, juga menjelaskan kasus demikian, bahwa kurang dari satu dasawarsa terakhir, disebutkan para dosen luar negri, sekarang mereka harus bekerja lebih ekstra 2 kali lipat untuk memastikan keorisinalan tugas mahasiswa, sebelum akhirnya diloloskan ketahap penilaian. Hal itu terjadi karena sebelumnya ditemukan beberapa mahasiswa yang menyalahgunakan AI dalam menyelesaikan tugas mereka.[6] Sehingga mau tidak mau akhirnya para dosen pun harus berakraban dengan alat-alat deteksi plagiarisme seperti Turnitin, Chat Zero, dan Draftback.

Berdasarkan kasus dan fakta criminal academic yang sedemikian rupa, tentu hal ini menjadikan perasaan antara senang sekaligus hawatir dengan wacana masuknya AI ke dalam sektor pendidikan di Indoneia kedepanya. Senang karena dengan adanya AI chance improve kualitas pendidikan kita akan bertambah, dan sedih karena dengan adanya AI, juga ada chance atau potensi AI untuk disalah gunakan (criminal academic)

Maka dalam kasus ini tidak bisa dilihat hanya dengan sisi potensi kemampuan AI dalam meningkatkan kualitas pendidikan saja, tetapi juga harus dilihat pula sisi potensi AI yang juga memiliki chance untuk disalahgunakan. Sehingga pandangan semacam ini akan lebih balance. Lantas, dengan problematika yang sedemikian rupa, langkah apa yang perlu dilakukan apabila AI benar-benar akan mengiringi pendidikan Indonesia kedepanya?

Meningkatkan Integritas Akademik

Beberapa kasus criminal academic yang melibatkan AI di dalamnya adalah aksi plagiarisme dan mencontek. Ini merupakan bentuk sisi potensial AI yang disalahgunakan. Kasus demikian yang dirasa menjadi polemik dan kehawatiran akan rancangan AI dalam sistem pendidikan di Indonesia nantinya.

Namun, kita tidak bisa anti AI dengan satu alasan semata wayang ini. Karena bagaimanapun juga, secara pemahaman dasar, AI dengan berbagai chatbot nya, tidak lebih hanyalah sebatas tools atau alat (benda mati). Dalam kontek ini AI kita anggap sebagai alat yang memiliki potensi untuk meningkatkan kualitas pendidikan kita, tetapi juga memiliki potensi sebaliknya. Tetapi pada finalnya AI adalah alat yang netral, tergantung pada pengguna yang memprogram alat tersebut untuk apa. Alat untuk self-development atau alat untuk manipulasi.

Hal ini selaras dengan sudut pandang psikologis, bahwa orang yang melakukan aksi criminal academic seperti mecontek, plagiarisme dan penyalahgunaan AI, salah satunya itu berawal dari hilangnya integritas belajar seseorang. Sehingga dalam kegiatan akademik sekolah, mereka serasa melakukanya karena sebuah paksaan. Bukan pure karena motivasi untuk growth up dan meningkatkan kualitas. Sehingga akibatnya kesempatan dengan adanya AI yang harusnya digunakan untuk membantu manusia tumbuh, pada akhirnya malah digunakan untuk aksi criminal academic. Karena kurangnya integritas mereka dalam melaksanakan kegiatan akademik. Sehingga pada akhirnya AI yang mereka jadikan alat untuk mengamankan diri mereka dari kewajiban belajar.

Jadi dalam hal ini, hemat penulis sebenarnya bukan tehnologi yang menjadi problem, melainkan penggunanya. Karena bagaimanapun juga apabila AI berada di tangan orang yang memiliki integritas yang kuat untuk belajar, ia akan menjadikan AI sebagai alat untuk membantu kegiatan akademiknya. Tetapi sebaliknya, apabila alat tersebut berada ditangan orang yang sama sekali tidak memiliki integritas untuk belajar, maka aksi criminal academic yang akan dilahirkan dari alat tersebut.

Oleh karena itu, integritas pendidikan itu sangat perlu dihighlight dan diperhatikan sebelum AI akan benar-benar diterapkan. Karena dengan integritas yang kuat dalam akademik, maka ini yang akan menjadi modal dasar peserta didik dalam menggunakan AI secara optimal. Sehingga AI benar-benar menjadi sebuah alat untuk self-development bukan alat manipulasi yang nantinya akan merugikan pendidikan kita sendiri.

Oleh: Ahmad Ainun Niam, Redaktur EM-YU.

 

[1] https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20250806072805-185-1259205/siap-siap-cari-kerja-makin-susah-40-profesi-ini-berpotensi-diganti-ai

[2] https://www.tempo.co/digital/stanford-university-rilis-laporan-ai-sorot-implementasi-kurikulum-ai-di-berbagai-negara-200801

[3] https://www.kompas.tv/nasional/590874/full-sambutan-gibran-bicara-soal-perkembangan-digital-artificial-inteligence-di-binus-university#

[4] https://perpus.uinjkt.ac.id/id/fakta-mencengangkan-95-penggunaan-ai-di-dunia-pendidikan-disalahgunakan

[5] https://perpus.uinjkt.ac.id/id/fakta-mencengangkan-95-penggunaan-ai-di-dunia-pendidikan-disalahgunakan

[6] https://www.kompas.id/artikel/dalam-dunia-pendidikan-hadirnya-ai-berkah-atau-kutuk

Tulis Komentar
Artikel ini telah dibaca 29 kali

Baca Lainnya

Melewati Zaman, Menjaga Iman: Menyelaraskan Dunia dan Akhirat

28 Oktober 2025 - 13:00 WIB

TRANS7: Kecerobohan Jurnalistik yang Melukai Santri

14 Oktober 2025 - 18:20 WIB

Degradasi Norma Sosial di Era Digital

30 September 2025 - 14:12 WIB

Menjadi Santri di Era FOMO: Pelan, Tapi Pasti

23 September 2025 - 12:17 WIB

Membaca: Obat Penawar Alzheimer

16 September 2025 - 14:15 WIB

Penyakit Hati: Penghalang Tugas Manusia

9 September 2025 - 12:58 WIB

Trending di Opini Santri