Bulan Asyura atau Muharram merupakan salah satu bulan yang istimewa bagi kalangan umat muslim. Di dalamnya terdapat beberapa peristiwa luar biasa dan sangat bersejarah bagi kalangan umat muslim. Di antara peristiwa tersebut adalah diterimanya taubat Nabi Adam setelah diturunkan dari surga, diselamatkannya Nabi Ibrahim dari pembakaran Raja Namrud, dikeluarkannya Nabi Yusuf dari penjara, dikeluarkannya nabi Yunus dari perut seekor ikan, dan disembuhkannya Nabi Ayyub dari penyakit yang dideritanya. Jika ditelusuri lebih dalam lagi, sebenarnya masih banyak lagi peristiwa yang terjadi pada bulan Asyura.
Selain peristiwa di atas, di bulan Asyura juga terdapat banyak sekali amalan yang dapat dilakukan, seperti berpuasa. Hal ini dijelaskan dalam sebuah hadis,
مَنْ شَاءَ أَنْ يَصُومَهُ فَلْيَصُمْهُ وَمَنْ شَاءَ أَنْ يَتْرُكَهُ فَلْيَتْرُكْهُ
Artinnya: “Barangsipa yang mau puasa hari ‘Asyura’ laksanakanlah dan siapa yang tidak mau tinggalkanlah!” (HR Bukhari).
Berdasarkan hadits di atas, terdapat kebolehan untuk melakukan puasa di hari Asyura. Dijelaskan dalam riwayat lain bahwa hari Asyura adalah hari orang Quraisy berpuasa, dan Rasulullah juga ikut mengerjakannya. Setelah Nabi berhijrah ke Madinah beliau mengerjakan amalan ini dan menganjurkan kepada sahabat untuk berpuasa.
Selain berpuasa, di bulan Asyura juga dianjurkan untuk bersedekah kepada saudara kita. Sebagaimana dijelaskan dalam sebuah hadits yang berbunyi,
مَنْ وَسَّعَ عَلى عِيَالِهِ وَ أَهْلِهِ يَوْمَ عَاشُوْرَاءَ وَسَّعَ اللهُ عَلَيْهِ سَائِرَ سَنَتِهِ
Artinya: “Barang siapa meluaskan belanjanya kepada keluarganya pada hari Asyura maka ia senantiasa berada pada keluasan rizki sepanjang tahunnya.” (HR Thabrani)
Hadits di atas secara tegas menekankan bahwa bulan Asyura adalah momentum untuk memperbanyak kuantitas dalam bersedekah kepada orang lain. Karena apabila terdapat seseorang yang bersedekah di bulan tersebut, maka Allah akan meluaskan rizkinya sepanjang tahun. Dijelaskan lebih lanjut dalam kitab Hasyiyah Jamal, bahwa kesunnahan bersedekah tidak hanya diberikan kepada keluarga, melainkan juga kepada tetangga atau orang-orang yang membutuhkan.
وَيُسْتَحَبُّ فِيْهِ التَّوَسَّعَةُ عَلَى الْعِيَالِ وَالْأَقَارَبِ، وَالتَّصَدُّقِ عَلَى الْفُقَرَاءِ وَالْمَسَاكِيْنِ مِنْ غَيْرِ تَكَلُّفٍ فَإِنْ لَمْ يَجِدْ شَيْئاً فَلْيَوَسِّعْ خُلْقَهُ وَيَكُفَّ عَنْ ظُلْمِهِ
Artinya: “Disunnahkan meluaskan belanja kepada keluarga dan kerabat dan bersedekah kepada fakir miskin tanpa memaksakan diri, jika ia tidak menemukan apa-apa maka hendaklah ia meluaskan perilaku baiknya dan menahan diri dari berbuat dzalim.”
Amalan lain yang dapat dilakukan di bulan Asyura adalah memperbanyak dzikir kepada Allah SWT. Imam Al-Ahruji menganjurkan untuk membaca,
حَسْبُنَا اللهُ وَنِعْمَ الْوَكِيْلُ نِعْمَ الْمَوْلَى وَنِعْمَ النَّصِيْرُ
Bacaan di atas dibaca sebanyak 70 kali. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga seseorang dari mara bahaya di tahun tersebut. Semoga kita dapat memanfaatkan momentum bulan Asyura ini untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan melakukan amal kebaikan. Wallahu a’lam.
Oleh: M. Rosyid Saputra, Santri Mansajul Ulum.