Manusia yang sehat jasmani maupun rohaninya, tidak luput dari berbagai kegiatan sehari-hari. Dari pagi sampai malam hari banyak aktifitas yang dilakukan, seperti belajar, bekerja, memasak, bermain, berinteraksi dengan orang lain, dan lain sebagainya. Berbagai kegiatan tersebut, tentunya memerlukan energi yang diperlukan dalam tubuh. Sumber energi salah satunya dihasilkan dari makanan yang dikonsumsi oleh manusia.
Manusia adalah makhluk hidup yang selalu membutuhkan makanan untuk memenuhi kelangsungan hidupnya. Pekerjaannya sendiri disebut “makan”. Istilah “makan” menurut KBBI adalah memasukan makanan pokok ke dalam mulut serta mengunyah dan menelannya. Melihat hal itu, sebenarnya kegiatan makan tidak hanya mengunyah dan menelannya saja. Akan tetapi lebih dari itu, manusia harus berpikir apakah makan yang dikonsumsi baik atau buruk, halal atau haram, dan apakah ada madharat yang disebabkan oleh makanan yang telah dikonsumsi atau tidak. Hal itu lantaran manusia telah diberikan anugerah oleh Allah berupa akal. Dengan akalnya, manusia harus berpikir apakah apa yang dikonsumsi adalah sesuatu yang baik dan tidak memiliki efek yang buruk bagi jiwa dan raganya.
Sebagai seorang santri yang telah mengkaji kitab kuning, seharusnya kita lebih faham dengan adab makan, apa saja yang boleh dan tidak boleh dikonsumsi, serta madharat yang ditimbulkan. Karena suksesnya menuntut ilmu salah satunya juga dipengaruhi oleh makanan yang dikonsumsi. Imam Al-Zarnuji dalam kitab Ta’limul Muta’alim mengingatkan sangat keras kepada kita. Ia menyatakan:
فعار ثم عار ثم عار # شقاء المرء من أجر الطعام
Artinya: “Tercela, sungguh tercela, dan benar-benar tercela # celakanya seseorang itu berawal dari makanannya.
Salah satu aspek yang perlu diperhatikan dalam makanan adalah mengkonsumsi makanan yang berlebihan. Hal itu mungkin terdengar sepele, tetapi ia mempunyai efek yang tidak boleh disepelekan. Karena itu, Al-Qur’an dalam beberapa ayatnya sering mengingatkan:
كلوا واشربوا ولا تسرفوا
Artinya: “Makan dan minumlah, tetapi janganlah berlebihan!”
Dalam kitab Minhajul Abidin pun dijelaskan bahwa “Perut adalah salah satu bagian tubuh yang paling sukar diperbaiki dan besar madharat dan pengaruhnya.” Makanan yang kita konsumsi sangat mempengaruhi pikiran dan ibadah kita. Semakin banyak makanan yang kita konsumsi, semakin banyak pula peluang makanan haram atau syubhat yang akan kita konsumsi. Semakin banyak makanan yang haram ataupun syubhat yang masuk dalam perut, maka semakin berat pula tubuh kita untuk melakukan kebaikan dan beribadah kepada Allah.
Bahkan, makanan yang statusnya halal pun jika dikonsumsi secara berlebihan, akan memberikan efek malas kepada tubuh kita. Malas berbuat kebaikan, malas beribadah kepada Allah dan pikiran kita selalu dipenuhi dengan hal-hal yang negatif. Makan berlebihan juga bisa mengakibatkan hidup menjadi konsumtif dan boros. Kita akan mengeluarkan banyak uang untuk membeli bermacam-macam makanan. Yang terjadi bukan frugal living, tetapi malah loose living.
Hal ini akan sangat berbahaya jika menjadi sebuah kebiasaan. Islam menganjurkan untuk makan secukupnya dan tidak berlebihan. Terlalu banyak makan bisa menjadi penyebab munculnya penyakit dan merugikan kesehatan.
Terdapat hadits yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidaklah seorang manusia memenuhi perutnya yang lebih buruk daripada memenuhi perut itu dengan makanan. Cukuplah seorang manusia beberapa suap yang mampu mempertahankan kekuatannya. Jika tidak bisa, hendaklah membagi perutnya menjadi tiga bagian: sepertiga makanan, sepertiga minuman, dan sepertiga lagi untuk bernafas.” (HR. Tirmidzi)
Lantas bagaimana membangun pola pikir baru untuk meminimalisir makanan yang dikonsumsi setiap hari?
Penulis akan menjelaskan terkait tips-tips untuk mengurangi makan berlebih. Adapun tips yang diberikan oleh Imam Al Zarnuji untuk mengurangi makan yang berlebihan yaitu dengan memikirkan secara rasional manfaat dari mengurangi makan itu sendiri. Di antara manfaatnya adalah:
- الصحة (Sehat). Jika banyak makanan yang masuk kepada tubuh kita, maka banyak pula peluang penyakit yang menghampiri tubuh kita. Sehingga tubuh akan mudah terkena penyakit. Kondisi tubuh kita yang tidak sehat akan mengganggu aktifitas dan pikiran kita. Belajar pun ikut terganggu. Pepatah mengatakan “Di dalam tubuh yang sehat terdapat akal yang sehat”
- العفة (Terjaga). Jika kita menghindari makan yang berlebihan, maka kita juga akan terhindar dari makanan yang haram dan syubhat.
- Mendahulukan orang lain. Ketika dalam diri kita tidak ada lagi keserakahan terutama dalam urusan makanan, maka ketika ada makanan yang datang kita lebih mendahulukan orang lain daripada diri kita sendiri.
Sebagai seorang santri kita harus menjaga hal-hal yang bisa menghambat dalam menuntut ilmu. Di antaranya dengan tidak berlebihan dalam mengkonsumsi makanan. Kuncinya adalah makanlah makanan yang dibutuhkan oleh tubuh, bukan oleh nafsu.
Penulis: Latifah Umi Fadilah, Santri Mansajul Ulum