Indonesia merupakan negara yang memiliki keberagaman budaya, ras, suku, bangsa, agama, dan bahasa. Selain itu, Indonesia juga menganut sistem pemerintahan yang berbentuk demokrasi (berkedaulatan rakyat). Menurut Abraham Lincoln, demokrasi adalah sebuah hal yang didasari oleh rakyat. Ia menjelaskan bahwa demokrasi adalah sebuah pemerintahan yang berasal dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Lantas bagaimana kita menjaga demokrasi Pancasila agar tetap lestari sebagai prinsip bernegara dan bermasyarakat?
Sebagai bangsa demokratis, negara harus mengakomodasi aspirasi atau suara rakyat (khususnya kaum minoritas) karena dalam sistem demokrasi rakyat memegang kekuasaan penuh atas pemerintahan yang dijamin secara konstitusional (semua langkah sesuai dengan hukum). Oleh karena itu, salah satu upaya untuk menjalankan demokrasi yang bebas, adil, dan jujur, penentuan pemimpin harus dilakukan melalui Pemilu (Pemilihan Umum) yang melibatkan penuh aspirasi rakyat.
Tahun 2024 merupakan tahun yang begitu bergengsi, banyak event-event besar yang dinanti salah satunya yaitu pemilihan calon presiden yang akan dilakukan pada hari Rabu, 14 Februari 2024. Dengan adanya pemilu tersebut yang nantinya akan menentukan bakal calon Presiden Indonesia priode 2024-2029. Pemilu merupakan perwujudan dari Pancasila terutama sila keempat (Kerakyatan yang dipimpin oleh Hikmah Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan). Karena pada hari tersebut, seluruh masyarakat yang terdaftar sebagai pemilih dapat menyumbangkan suara dalam menentukan bakal calon pemimpin.
Tetapi dalam pemilu itu sendiri, terdapat problem yang ada pada masyarakat, di antaranya karena belum memahami secara betul tentang kriteria seseorang yang layak menjadi pemimpin, akibatnya masyarakat terkadang memilih dengan cara ikut-ikutan atau malahan memilih calon yang ada uang suapnya, padahal pemilu inilah yang akan menentukan pemimpin selama 5 tahun ke depan yang sekaligus menentukan kemajuan dan kemunduran suatu negara.
Terdapat beberapa faktor yang mungkin menjadikan para masyarakat memilih bukan dengan melihat calon kandidat tersebut. Di antaranya karena tidak ada kriteria calon yang pantas, profokasi dari timses, suap, dan lain sebagainya. Oleh karena itu, para masyarakat perlu mengetahui beberapa sifat yang telah diajarkan Rasullullah SAW pada saat beliau menjadi pemimpin, seperti:
1. Jujur
Kejujuran adalah sikap utama yang selalu dipegang Rasulullah dalam memimpin. Beliau dikenal sebagai sosok yang sangat jujur dan jauh dari dusta. Kejujuran ini pula yang semestinya tertanam dalam diri setiap pemimpin. Pemimpin yang jujur tidak akan membohongi rakyat dan jauh dari pencitraan. Ia akan jujur kepada dirinya sendiri dan juga kepada rakyat, sebab pemimpin yang jujur ia paham bahwa kejujuran akan membawa kebaikan dalam segala hal. Sebagaimana dalam sebuah hadis Rasulullah bersabda:
عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِي إِلَى الْبِرِّ
Artinya : “Hendaknya kamu selalu jujur karena kejujuran itu akan membawa kepada kebaikan dan kebaikan itu akan membawa ke dalam surga.” (HR. Bukhari dan Muslim)
2. Amanah
Amanah (dapat dipercaya) dalam artian dapat menjaga sekaligus melakukan apa yang telah dibebankan secara profesional. Sifat amanah ini juga yang seharusnya dimiliki seorang pemimpin. Pemimpin yang amanah akan menyadari bahwa ia mengemban amanah untuk melayani kepentingan rakyat, bukan menjadi pelayan kepentingan kelompok, kepentingan partai, kepentingan pemilik modal, atau bahkan kepentingan pribadi. Karena setiap pemimpin pasti akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Dalam kitab Shohih al Bukhori juz 3 halaman 150 dijelaskan bahwasanya Rasulullah bersabda:
كُلُّكُمْ رَاعٍ فَمَسْؤُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ، فَالْأَمِيرُ الَّذِي عَلَى النَّاسِ رَاعٍ وَهُوَ مَسْؤُولٌ عَنْهُمْ
Artinya : “Setiap kalian semua adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggung jawaban atas kepemimpinannya, seorang kepala negara adalah pemimpin atas rakyatnya dan akan dimintai pertanggung jawaban atas perihal rakyat yang dipimpin.”
Oleh karena itu seorang pemimpin harus menjaga dan memelihara apa yang telah diamanatkan kepadanya baik amanat yang di berikan oleh Allah SWT maupun jabatan yang dipikulnya hingga mencapai sebuah keberhasilan.
3. Tabligh
Tabligh adalah menyampaikan kebenaran dan berani mengungkap kebathilan. Karena seorang pemimpin merupakan tonggak bagi masyarakatnya untuk menentukan arah kedepannya. Apabila seorang pemimpin enggan menegur apabila rakyatnya melakukan kesalahan, maka tidak menutup kemungkinan hal itu akan merusak tatanan negara nantinya. Hal ini pernah dilakukan oleh sahabat Umar bin Khattab waktu beliau berada di pasar. Beliau memberikan pengumuman teruntuk seluruh penjual yang ada di pasar apabila mereka semua tidak belajar mengenai jual beli dahulu sebelum berjualan, maka jual belinya termasuk riba.
4. Ahli dan Cerdas.
Kecerdasan dalam memahami keadaan dan mengatasi masalah yang ada merupakan karakter yang mutlak harus dimiliki seorang pemimpin. Seperti yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW pada saat beliau menjadi pemimpin selalu memberikan arahan, memberi kebijakan, memberikan sebuah keputuskan selalu mendasarkan pandangan beliau pada ilmu. Kapasitas seseorang tercermin dari pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki serta perilakunya. Seseorang yang memiliki pengetahuan luas akan lebih mudah memahami keadaan.
Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa, terdapat beberapa karakter kepemimpinan pada masa Nabi Muhammad SAW dan masih relevan pada zaman sekarang yang dapat dijadikan refrensi bagi masyarakat dalam memilih calon pemimpin. Di antaranya adalah shidiq, bersikap jujur dan benar dalam susuatu hal, amanah yaitu dapat dipercaya, tabligh menyampaikan segala sesuatu yang diperintahkan oleh Allah SWT , Fatanah bijaksana serta cerdas dalam bertindak dan memecahkan sebuah persoalan. Selain menjadi tauladan dalam keseharian Allah juga mengutus Rasulullah SAW menjadi suri tauladan dalam hal kepemimpinan. Kepandaian beliau dalam hal kepemimpinan juga sangat diakui di luar Islam.
Nabi Muhammad SAW merupakan sosok pemimpin yang paling berpengaruh sepanjang sejarah kehidupan manusia. Hal ini diakui oleh Michael Hart seorang penulis Barat dalam buku “The 100, a Rangking of The Most Influential Persons in History”. Dengan sangat obyektif menempatkan Nabi Muhammad SAW sebagai orang paling berpengaruh dalam sejarah. Berbijaklah dalam menentukan pemimpin karnanyalah yang menentukan nasib negara, Rasulullah bersabda :
فَإِذَا ضُيِّعَتِ الْأَمَانَةُ فَانْتَظِرِ السَّاعَةَ. قَالَ: كَيْفَ إِضَاعَتُهَا؟ قَالَ: إِذَا وُسِّدَ الْأَمْرُ إِلَى غَيْرِ أَهْلِهِ فَانْتَظِرِ السَّاعَةَ
Artinya : “Apabila sudah hilang amanah maka tunggulah terjadinya kiamat”. Orang itu bertanya: “Bagaimana hilangnya amanat itu?” Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab: “Jika urusan diserahkan bukan kepada ahlinya, maka akan tunggulah terjadinya kiamat”.
Oleh: Ridho Syarif Hidayatullah, Santri Mansajul Ulum.