Allah telah menciptakan manusia di dunia melalui sifat qudroh-Nya. Dalam perjalanannya manusia hanya perlu mengikuti arus kehidupan yang telah ditentukan oleh-Nya. Namun Allah tetap memerintahkan kita untuk selalu berusaha dalam menjalani kehidupan di dunia ini. Sebagai firman-Nya dalam surat Ar-Ra’d yang artinya:
“Allah tidak akan merubah nasib (seseorang) suatu kaum apabila ia tidak ingin atau mau merubah nasibnya sendiri” (QS. Ar-Ra’d: 11).
Perlu kita ketahui bahwa hal-hal yang kita lihat di dunia ini itu sudah ditetapkan oleh Allah di laukhil makhfudz. Dalam kitab Minhajul Abidin diterangkan bahwa:
أَرْبَعَةٌ قَدْ فُرَغَ مِنْهُنَّ: الْخَلْقُ وَالْخُلُقُ وَالْرِّزْقُ وَالْأَجَلُ
Artinya: “Empat perkara yang telah ditentukan yaitu: fisik, watak, rizki, dan ajal”
Walaupun empat perkara tersebut telah ditentukan oleh Allah, tetap saja kita harus melakukan usaha-usaha selama di dunia untuk merawat dan mensyukurinya. Seperti halnya:
1. Fisik
Allah telah menentukan kelahiran kita yang semua itu telah diciptakan dengan bentuk yang sebaik-baiknya. Kita sebagai manusia tidak boleh melakukan perubahan-perubahan yang berdampak besar pada ciri fisik kita. Jika badan kita sudah seperti manusia pada umumnya kita tidak perlu lagi untuk melakukan perubahan padanya. Kecuali apabila di tubuh kita terdapat perbedaan fisik yang tidak sesuai dengan manusia pada umumnya, baru kita boleh merubah fisik kita agar bisa tampil seperti halnya manusia pada umumnya.
2. Watak
Watak adalah kepribadian kita yang sudah melekat pada diri kita sejak lahir. Setiap manusia pasti memiliki watak yang berbeda-beda agar. Hal ini bertujuan agar manusia bisa saling bersosialisasi dan menciptakan kerukunan bersama dengan manusia lainnya. Allah selalu memerintahkan kita agar selalu bersikap baik pada orang lain, walaupun watak yang telah melekat dalam tubuh kita ini selalu ingin menolaknya.
3. Rizki
Dalam kitab Minhajul Abidin imam Al-Ghazali menjelaskan bahwa rizki tersebut dibagi menjadi empat macam, yakni: rizki madlmun, rizki maqsum, rizki mamluk, rizki mau’ud.
a. Rizki Madlmun
Rizki madlmun adalah rizki yang sudah dijamin oleh Allah SWT. Hal ini seperti halnya makanan pokok yang menjadi sebab kekuatan tegaknya tubuh seorang hamba. Berdasarkan dalil aqli dan naqli, seorang hamba wajib untuk pasrah dalam menyikapi rizki madlmun ini.
b. Rizki Maqsum
Rizki maqsum adalah rizki yang sudah dibagi oleh Allah SWT dan tertulis di laukhil mahfudh. Hal ini meliputi seperti apa yang dimakan oleh hamba, apa yang diminum oleh hamba. Masing-masing dari tersebut akan diterima oleh seorang hamba sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan oleh-Nya, tidak akan maju ataupun mundur waktu rizki tersebut sampai pada setiap hamba-Nya.
c. Rizki Mamluk
Rizki mamluk adalah rizki yang dimiliki oleh setiap hamba yang meliputi harta dunia. Yang mana hal ini sesuai dengan kadar kira yang telah dibagi oleh Allah untuk dimiliki setiap hamba-Nya.
d. Rizki Mau’ud
Rizki mau’ud adalah rizki yang sudah dijanjikan oleh Allah SWT kepada hamba-hamba yang bertakwa pada-Nya. Sebagaimana firman Allah dalam surah At-Talaq ayat 1 dan 2 yang artinya:
“…Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya…” (QS. At-Talaq: 1-2)
4. Ajal
Kita tidak pernah tau kapan ajal itu akan datang pada diri kita. Oleh karena itu, kita perlu untuk menyiapkannya agar kita bisa tenang apabila ajal tersebut tiba-tiba datang menjemput kita. Kita harus bisa menyeimbangkan antara amal dunia dan akhirat supaya bisa mendapatkan keberuntungan di keduanya.
Dari teks tersebut dapat kita simpulkan bahwa semua yang kita terima baik di dunia ataupun di akhirat kelak itu sudah ditentukan oleh Allah di laukhil makhfudz. Hal itu hanya dapat berubah jika Allah menghendaki perubahan pada takdir seseorang hamba. Sebagai seorang hamba kita perlu untuk selalu berdo’a agar takdir yang kita terima selalu baik untuk diri kita baik untuk kehidupan di dunia maupun di akhirat kelak. Wallahu ‘alam.
Oleh: Rosyid Syaputra, Santri Mansajul Ulum.