Bulan Dzulhijjah adalah salah satu bulan yang ditunggu-tunggu oleh umat Islam, karena dalam bulan tersebut terdapat moment berharga bagi seluruh umat muslim dunia, yaitu pelaksanaan ibadah haji. Seperti yang telah kita ketahui bersama bahwa menunaikan ibadah haji adalah bagian dari rukun Islam yang harus dikerjakan bagi orang yang mampu. Bahkan, di beberapa daerah di Indonesia, antrean tunggu pemberangkatan haji sampai lebih dari 15 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat muslim Indonesia yang ingin melakukan ibadah haji harus mengantre lebih dari 15 tahun.
Terlepas dari hal di atas, terdapat hal yang menarik untuk dibahas terkait dengan bulan Dzulhijjah, yaitu disunnahkannya melakukan puasa pada tanggal 08 – 09 Dzulhijjah atau populer dengan istilah puasa Tarwiyah dan Arafah. Secara historis, puasa Tarwiyah, Arafah dan hari Raya Idul Adha tidak dapat dipisahkan dari kisah Nabi Ibrahim AS, yaitu ketika Nabi Ibrahim AS mendapatkan wahyu baru berupa perintah untuk menyembelih putra tercintanya, Nabi Ismail AS. Wahyu ini didapatkan Nabi Ibrahim melalui sebuah mimpi pada tanggal delapan Dzulhijjah. Sehingga, atas dasar peristiwa ini, terdapat sebuah syariat berupa disunahkan melakukan puasa pada tanggal tersebut atau populer dengan istilah “Puasa Tarwiyah”.
Setelah melakukan puasa Tarwiyah pada tanggal delapan Dzulhijjah, umat muslim juga disunahkan untuk melakukan puasa satu hari setelahnya, yaitu pada tanggal sembilan Dzulhijjah atau terkenal dengan “Puasa Arafah”. Adapun sejarah puasa Arafah berawal dari Nabi Ibrahim AS yang menyampaikan kisah mimpinya itu kepada putranya, Nabi Ismail AS pada tanggal sembilan Dzulhijjah. Pada saat itu, Nabi Ibrahim dengan perasaan yang sangat berat menyampaikan wahyu yang ia terima kepada putranya, yaitu perintah untuk menyembelih Nabi Ismail AS. Setelah mendengar kabar tersebut, Nabi Ismail berkata ”Wahai ayahku! Laksanakanlah apa yang di perintahkan Allah kepadamu dan engkau akan menemuiku Insyaalah sebagai seorang yang sabar dan patuh kepada perintah.” Kemudian Nabi Ibrahim memeluk Nabi ismail lantas berkata ”Bahagianya aku mempunyai seorang putra yang taat kepada Allah berbakti kepada orangtua dan ikhlas menyerahkan dirinya untuk melaksanakan perintah Allah SWT.”
Hingga pada akhirnya, tepat di tanggal sepuluh Dzulhijjah, Nabi Ibrahim melakukan wahyu yang ia terima. Dalam hal ini, Nabi Ibrahim akan melaksanakan perintah Allah SWT untuk menyembelih putra yang amat disayangniya. Sebelum prosesi penyembelihan dilaksanakan, Nabi Ismail AS mengajukan permintaan kepada sang ayah untuk dibaringkan menghadap kiblat serta mengikat tangan serta kakinya agar tidak menyusahkan sang ayah. Akan tetapi, di detik terakhir sebelum penyembelihan, Allah mengganti Nabi Ismail AS dengan seekor kambing besar dari surga. Hal ini sebagai hadiah yang diberikan oleh Allah SWT kepada Nabi Ibrahim atas ketaqwaannya. Oleh karena itu, setiap tanggal sepuluh Dzulhijjah diperingati sebagai hari Raya Idul Adha atau Hari Raya Kurban.
Adapun keutamaan puasa Tarwiyah di antaranya adalah melebur dosa selama satu tahun. Sebagaimana sebuah hadits yang berbunyi,
صَوْمُ يَوْمِ التَّرْوِيَّةِ كَفَّارَةٌ سَنَةً وَصَوْمُ يَوْمِ عَرَفَةَ كَفَّارَةٌ سَنَتَيْنِ
Artinya: “Puasa pada hari Tarwiyah (8 Dzulhijah) akan mengampuni dosa setahun yang lalu. Sedangkan puasa hari Arafah (9 Dzulhijjah) akan mengampuni dosa dua tahun.” (HR Abus Syekh Al-Ishfahani dan Ibnun Najar).
Sedangkan dijelaskan dalam sebuah hadits bahwa, puasa Arafah dapat melebur dosa satu tahun yang lalu dan dosa satu tahun yang datang di masa depan.
صَوْمُ يَوْمِ عَرَفَةَ يُكَفِّرُ سَنَتَيْنِ مَاضِيَّةً وَمُسْتَقْبَلَةً
Artinya: “Puasa hari Arafah dapat menghapuskan dosa dua tahun yang telah lepas dan akan datang.” (HR Muslim).
Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa puasa Arafah dan Tarwiyah merupakan simbol sejarah bagi umat Islam yang menekankan pentingnya sebuah ketaatan kepada Allah SWT. Sebagaimana ketaatan Nabi Ibrahim AS kepada Allah SWT sehingga beliau rela menyembelih putranya sendiri, walaupun pada akhirnya Allah menggantikan Nabi Ismail dengan sebuah kambing. Di sisi lain, puasa Tarwiyah dan Arafah mempunyai fadhilah yang sangat besar. Semoga di tahun ini, kita semua dapat melakukan puasa tersebut. Amin. Wallahu a’lam.
Oleh: Faruq Zidane, Santri Mansajul Ulum.