Menu

Mode Gelap

Opini Santri · 26 Des 2023 16:45 WIB ·

Mengingat Kembali Hakikat Manusia Sebagai Khalifah Fil Ard


 Sumber: konde.co Perbesar

Sumber: konde.co

Pandemi Covid 19 beberapa tahun lalu merupakan salah satu sejarah besar dalam keberlangsungan peradaban manusia. Hal ini dikarenakan angka kamatian setiap hari semakin meningkat dan dalam kurun waktu 2 tahun, Covid 19 mampu mempengaruhi kondisi di seluruh negara di penjuru dunia. Bahkan hingga detik ini hiruk pikuk dan suasana mencekam pengisolasian masih membekas di dalam benak kita. Setelah pandemi Covid 19 mulai mereda, penduduk Indonesia mulai dicekam oleh serentetan tragedi, peristiwa dan bencana alam. Seperti gempa, tanah longsor dan banjir yang kerap kali terjadi di Tahun 2022 hingga 2023. Apalagi bencana yang saat ini melanda sebagian daerah di Indonesia akibat dari iklim yang tidak stabil yang menyebabkan musim kemarau berkepanjangan yaitu kekeringan.

Ketika kita merenung sejanak terkait bencana alam tersebut, khususnya kekeringan. Apakah kekeringan itu akan terjadi dengan sendirinya? Memandang faktor dari kekeringan tersebut adalah kondisi iklim yang tidak stabil. Lantas bukankah kondisi iklim yang tidak stabil memiliki sebab? Menurut Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) faktor utama dari sekian banyak bencana yang terjadi di negeri kita adalah kerusakan ekosistem alam. 

Hal inilah yang menunjukkan bahwa terdapat relasi yang salah antara manusia dengan alam. Karena kerusakan ekosistem alam pasti tidak luput dari campur tangan manusia yang tidak bertanggung jawab. Mulai dari pembuangan sampah sembarangan, pembakaran hutan hingga pemanfaatan sumber daya alam yang tidak semestinya. Sebelum kita menyalahkan pihak-pihak tertentu terkait peristiwa tersebut kita perlu mengingat kembali hakikat kita sebagai manusia mengapa kita berada di bumi yang sekarang kita tempati ini? 

Pada dasarnya Allah menciptakan nenek moyang kita yakni Nabi Adam dan menempatkannya di bumi adalah sebagai khalifah fil ard (pemimpin di bumi) seperti yang dijelaskan dalam Al-Qur’an surah Al-Baqarah ayat 30 yang berbunyi:

وَاِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلٰۤىِٕكَةِ اِنِّيْ جَاعِلٌ فِى الْاَرْضِ خَلِيْفَةً ۗ قَالُوْٓا اَتَجْعَلُ فِيْهَا مَنْ يُّفْسِدُ فِيْهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاۤءَۚ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ ۗ قَالَ اِنِّيْٓ اَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُوْنَ

Artinya: “(Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Aku hendak menjadikan khalifah13) di bumi.” Mereka berkata, “Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?” Dia berfirman, “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” 

Ayat tersebut menunjukkan bahwa Allah menciptakan makhluk yang akan menjadi seorang khalifah di bumi ini yakni Nabi Adam. Secara tidak langsung penciptaan khalifah di dalam ayat tersebut juga menjelaskan mengenai hal-hal yang bukan sebagai manusia yang memegang mandat sebagai khalifah fill ard. Adapun fungsi adanya khalifah fill ard adalah membangun kemaslahatan bagi seluruh alam.  Seperti menjaga keberlangsungan ekosistem alam di bumi dan lain sebagainya. 

Akan tetapi, dalam konteks jabatan, sebuah jabatan yang dimiliki tidak sesuai dengan tujuan awal tentang fungsi utama manusia, yaitu khalifah fill ard. Kita meklihat bahwa sebuah jabatan dapat dijadikan sebagai jalan untuk khalifah fill ard, malahan dijadikan menjadi batu loncatan bagi manusia untuk memenuhi keinginannya yang tak pernah usai. Mereka memanfaatkan alam secara berlebihan tanpa memperhatikan dampak negatif dari perbuatan mereka. Kebanyakan manusia berpikir bahwa alam adalah hak mereka dan mereka berhak memanfaatkan alam sesukahatinya. Pemikiran superior seperti ini merupakan pemikiran yang salah dan perlu dibenahi. 

Alam dan manusia merupakan suatu relasi yang tidak dapat terpisahkan. Karena keduanya saling berinteraksi dan memberikan manfaat satu sama lain. Alam tanpa adanya manusia pasti tidak akan terawat dan terkelola dengan baik. Begitu juga sebaliknya manusia pun tidak dapat meneruskan keberlangsungan hidupnya tanpa adanya alam. Maka relasi yang baik antara alam dan manusia sangat perlu dibutuhkan. Relasi yang baik tersebut dapat terealisasikan jika kita mampu menjaga keberlangsungan ekosistem alam. Dimulai dari hal-hal remeh yang bisa kita lakukan setiap saat, seperti membuang sampah pada tempatnya maupun kegiatan-kegiatan positif lainnya seperti reboisasi serta tidak melakukan penggundulan hutan secara liar atau ilegal logging. Dengan tercapainya perilaku-perilaku tersebut maka kita telah mematuhi perintah Allah yang telah memberikan mandat kepada kita sebagai Khalifah fil ard.

Oleh: Vicky Oktavianto, Santri Manasjul Ulum.

Tulis Komentar
Artikel ini telah dibaca 183 kali

Baca Lainnya

Pentingnya Nilai Moral dalam Pendidikan

17 September 2024 - 19:46 WIB

Cantik dari Dalam atau Cantik dari Luar?

10 September 2024 - 19:03 WIB

Peran Negara Lain dalam Kemerdekaan Indonesia di Kancah Internasional

3 September 2024 - 10:47 WIB

Gotong Royong dalam Perspektif Islam

27 Agustus 2024 - 11:19 WIB

Pondok Pesantren: Konsep, Sejarah dan Urgensinya

20 Agustus 2024 - 16:51 WIB

Jangan Berteman dengan Rokok!

13 Agustus 2024 - 08:49 WIB

Trending di Opini Santri