Berbicara tentang tingkah laku manusia kita tidak akan bisa lepas dari yang namanya moral atau akhlak. Hal ini dikarenakan moral atau akhlak itu selalu berkaitan dan mengikat pada setiap perilaku manusia dalam kehidupan sehari-hari. Moral atau akhlak sangatlah penting untuk dimiliki setiap individu, hal tersebut disebabkan akhlak atau akal ini menjadi barometer atau tolak ukur tersendiri tentang baik dan buruknya perilaku seseorang.
Akan tetapi di era modern seperti sekarang ini, eksistensi moral semakin jauh ditinggalkan. Semakin banyak penyimpangan moral yang dilakukan. Semua budaya tentang perilaku-perilaku yang baik perlahan menghilang tergerus oleh perkembangan zaman. Hingga akhirnya terjadi sebuah masalah yang cukup besar sampai saat ini, yaitu krisis moral. Lantas apa yang dimaksud dengan “krisis moral” dan mengapa hal tersebut dapat terjadi? Serta faktor apa saja yang melatarbelakangi terjadinya hal tersebut?
Apa Itu Krisis Moral?
Krisis moral juga dapat dipahami sebagai degradasi moral. Krisis atau degradasi berarti kemunduran, kemerosotan, atau penurunan dari suatu hal. Sedangkan moral sebagaimana dijelaskan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah akhlak atau budi pekerti. Berdasarkan pengertian sederhana ini, dapat kita artikan krisis moral merupakan suatu fenomena adanya kemerosotan atas budi pekerti seseorang maupun sekelompok orang yang dapat yang dapat menyebabkan masalah dalam keshidupan sehari-hari mereka.
Indikasi Degradasi Moral
Menurut Lickona (2013), ada 10 indikasi gejala penurunan moral yang perlu mendapatkan perhatian agar berubah ke arah yang lebih baik;
1. Kekerasan dan tindakan anarki.
2. Pencurian.
3. Tindakan curang.
4. Pengabaian terhadap aturan yang berlaku.
5. Tawuran antar kelas.
6. Ketidaktoleran.
7. Penggunaan bahasa yang tidak baik.
8. Kematangan seksual yang terlalu dini dan penyimpangannya.
9. Sikap perusakan diri.
10. Penyalahgunaan narkoba.
Krisis Moral di Indonesia
Indonesia dikenal bukan hanya negara yang sangat indah, namun juga dikenal dengan negara yang sangat ramah dan bermoral. Tapi kasus-kasus seperti tawuran pelajar, bullying, kasus korupsi, perampokan, narkoba, seks bebas, pelecehan seksual, kasus mutilasi, dan lain sebagainya yang terjadi saat ini membuat anggapan itu semuanya sirna seketika. Bahkan melansir cnnindonesia, diberitakan terdapat sebuah kasus guru yang mencabuli santrinya. Hal demikian, sangat jelas menggambarkan kegiatan-kegiatan yang tidak bermoral.
Tidak dapat dipungkiri bahwa krisis moral yang terjadi saat ini semakin marak dan merajalela di kalangan masyarakat. Hal ini terjadi terutama di kalangan pelajar dan anak muda yang belum bisa mengendalikan emosinya dan jiwanya yang masih berupa jiwa-jiwa yang selalu berkeinginan kuat untuk meraih kebebasan dan kesenangan dunia.
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Reckiit Benckiser Indonesia lewat merek alat kontrasepsi Durex terhadap 500 remaja di lima kota besar di Indonesia menemukan, 33 persen remaja pernah melakukan hubungan seks penetrasi. Dari hasil tersebut, 58 persennya melakukan penetrasi di usia 18 sampai 20 tahun. Selain itu, para peserta survei ini adalah mereka yang belum menikah. Sedangkan remaja korban narkoba mencapai 1,1 juta atau 3,9 %.
Data tersebut diambil pada tahun 2008, dengan mengambil sampel di 33 provinsi di Indonesia. Data Pusat Pengendalian Gangguan Sosial DKI Jakarta menyebutkan pelajar SD, SMP, dan SMA yang terlibat tawuran mencapai 0,08 % atau sekita 1.318 siswa dari total 1.647.835 siswa DKI Jakarta. Bahkan, 26 siswa di antaranya meninggal dunia.
Persoalan remaja saat ini tidak sampai di situ saja. Akhir-akhir ini banyak bermunculan kasus tentang siswa yang melawan gurunya. Bahkan sampai ada yang tega menganiaya gurunya sendiri sampai meninggal, seperti yang terjadi di Madura. Hal ini tentunya sudah kelewat batas, tidak ada lagi rasa hormat dan etika yang tertanam pada diri siswa tersebut.
Faktor Degradasi Moral
Dari semua yang terjadi tentunya ada aspek yang melatar belakangi maraknya degradasi moral pada generasi muda saat ini. Setidaknya terdapat empat faktor yang berkaitan dengan hal tersebut:
1. Kemajuan teknologi yang disalah gunakan oleh remaja.
Dampak globalisasi teknologi memang dapat memberikan dampak positif jika digunakan dengan benar, contohnya sebagai sarana untuk mencari informasi yang positif. Namun, di waktu bersamaan pula bisa memberikan dampak negatif jika disalah gunakan, contohnya seperti mengakses situs-situs yang terlarang seperti video porno yang semakin mudah untuk diakses secara bebas.
2. Memudarnya kualitas keimanan.
Sekuat apapun iman seseorang, terkadang memang mengalami rasa naik dan turun. Ketika tingkat keimanan menurun potensi melakukan kesalahan juga pasti akan terbuka. Hal ini sangat berbahaya bagi moral seseorang. Jika dibiarkan terus-menerus tentu akan membuat kesalahan semakin kronis dan merusak moral dari diri seorang tersebut.
Seseorang yang melakukan suatu penyimpangan sudah pasti dia adalah orang yang kadar keimanannya lemah. Jika tidak, seharusnya ia sadar bahwa apa yang dilakukannya adalah perbuatan yang salah dan tidak seharusnya dilakukan. Seseorang yang beriman pasti memiliki akhlak dan budi pekerti yang baik serta tidak akan melakukan suatu hal yang menyimpang.
3. Keluarga.
Keluarga dinilai sebagai faktor paling penting dalam meletakkan dasar bagi perkembangan moral atau akhlak, hal ini dikarenakan keluarga merupakan madrasah pertama bagi remaja. Namun, pada kenyataannya banyak dari para orang tua yang kurang paham tentang perannya tersebut.
Selain itu, banyak orang tua siswa yang tidak sepenuhnya mendukung pengajaran yang ada di sekolah. Banyak orang tua siswa yang melaporkan para guru yang memberi sanksi fisik terhadap anaknya. Hal tersebut membuat para guru takut untuk memberi sanksi kepada siswa yang bersalah, sehingga akhirnya menyebabkan banyak murid yang berani kepada gurunya. Kurangnya pengawasan dari orang tua terhadap pergaulan anak juga dapat menyebabkan merosotnya moral anak tersebut.
4. Lingkungan.
Lingkungan juga merupakan salah satu faktor penting dalam mendukung moral seseorang. Perilaku seseorang biasanya akan terbentuk dengan lingkungan yang ia tempati. Semakin baik lingkungan tersebut maka semakin besar pula dorongan yang menjadikan perilaku seseorang tersebut semakin baik. Namun juga sebaliknya, semakin rusak lingkungan yang ada juga akan menjadikan moral seseorang semakin rusak.
Dengan demikian, guna mengatasi degradasi moral yang sedang melanda bangsa Indonesia perlu melibatkan banyak pihak, seperti orang tua, lembaga pendidikan, pemerintahan dan lingkungan masyarakat. Semoga generasi muda saat ini dapat menjalankan dan melanjutkan warisan budaya sopan santun dari nenek moyang kita. Amiin.
Oleh: Azhar El-Miftah, Santri Mansajul Ulum.