“Sesungguhnya Konstantinopel itu akan ditaklukan. Maka sungguh (pemimpin pasukan itu ) adalah sebaik-baiknya pemimpin, & sungguh (penaklukan itu) adalah pasukan terbaik.“ ( HR. Ahmad )
Selasa, 29 Mei 1453, merupakan hari yang sangat bersejarah, terutama bagi umat Islam. Karena pada hari tersebut, kota Konstantinopel, kota yang belum pernah ditaklukkan selama berabad-abad akhirnya jatuh ke tangan Turki Ustmani setelah melalui penyerangan panjang oleh Sultan Mehmet II, atau lebih dikenal dengan Sultan Muhammad Al-Fatih.
Kota Konstantinopel didirikan pada abad ke 7 SM. oleh Bangsa Romawi kuno & ditetapkan sebagai ibu kota Romawi Timur pada tahun 330 M oleh kaisar Constantine I. Letak Konstantinopel yang setrategis menyebabkan bangsa-bangsa disekitarnya banyak yang ingin menguasainya. termasuk umat Islam. Umat Islam termotivasi untuk mengembangkan peradaban umat Islam & mengambil wilayah sterategis, seperti Konstantinopel untuk mempermudah proses penyebaran agama Islam. kota Konstantinopel sangat sulit untuk ditaklukan, karena kota tersebut diiringi oleh tiga perairan di ketiga sisinya, serta memiliki tiga lapis pertahanan, yaitu tiga lapis tembok dan parit lebar pada bagian timur. Meski begitu, Sultan Mehmet II tidak patah semangat, karena beliau percaya bahwa kabar penaklukan Konstantinopel dari Raslullah pasti akan terjadi.
Persiapan Sebelum Perang
Sebelum memulai pengepungan, Sultan Mehmet II membuat beberapa persiapan terlebih dahulu guna meningkatkan keberhasilannya dalam peperangan yang akan datang. Di antara persiapan-persiapannya adalah:
- Memperkuat pasukan dengan menambah jumlah tentara hingga 150.00 lebih & membentuk pasukan Janissari atau Inkisariyyah (pasukan elit yang dilatih dengan khusus dan rahasia).
- Membangun benteng Rumali Hisari di seberang Kota Konstantinopel untuk mencegah bala bantuan Romawi memasuki Konstantinopel.
- Menambah jumlah kapal perang hingga mencapai 400 unit kapal.
- Membuat Basilica, Meriam super berukuran sebesar gajah yang menurut riwayat tembakannya dapat merobohkan tembok dalam sekali serang. Meriam ini dirancang oleh Orban, seorang insinyur ahli Meriam yang juga merupakan tahanan di konstantinopel. Selain itu Sultan Mehmet II II juga membuat mesin pengepungan seperti manjanik, menara berjalan, dan puluhan meriam berukuran sedang.
- Memperkuat mental pasukan dengan memberi motivasi dan dorongan moral dari para ulama’ dan Sultan Mehmet II sendiri.
Hari Pertempuran
Pada hari Kamis tanggal 6 April, pasukan Turki Usmani yang dipimpin oleh Sultan Mehmet II telah tiba di timur kota Konstantinopel, mereka memulainya dengan mendirikan tenda-tenda dan mendengarkan khotbah penyemangat dari Sultan Mehmet II untuk pertempuran di kemudian hari.
Pada hari berikutnya Sultan Mehmet II menyebar pasukan daratnya di depan tembok terluar Konstantinopel dan membaginya menjadi 3 bagian, Sultan Mehmet II juga menempatkan meriam-meriamnya termasuk meriam basilica di depan gerbang-gerbang tembok tehodoisus (tembok terluar). Pada saat yang bersamaan kapal-kapal Turki Ustmani disebarkan di laut Marmara & selat Bhosporus. Akan tetapi kapal-kapal tersebut tidak dapat memasuki Golden Horn karena dihalangi oleh rantai raksasa yang membentang dari Konstantinopel hingga ke Galata.
Di hari-hari berikutnya terjadilah pertempuran sengit antara Turki Ustmani sebagai penyerang dan Byzantium yang melakukan pertahanan. Pasukan Artileri Usmani menembakan meriam-meriam ke beberapa tempat di tembok Thedoisus hingga banyak bagian tembok yang jebol, namun pasukan Byzantium tetap bersikeras mempertahankanya dengan cara ditambal menggunakan batu, kayu dan tanah.
Karena belum menunjukkan tanda-tanda kemajuan & belum bisa melakukan serbuan dari teluk Golden Horn, Sultan Mehmet II mulai menyerahkan tentara Janissari untuk melakukan penyerangan. Hingga akhirnya terbukalah beberapa lubang pada tembok bagian barat setelah ditembaki oleh meriam selama berhari-hari.
Adanya jalan ke dalam kota membuat pasukan Usmani segera merangsek masuk ke dalam kota, namun karena sempitnya celah tembok & kuatnya pasukan Byzantium, Sultan Mehmet II terpaksa menarik mundur pasukannya & menunggu di kesempatan yang lain.
Pertempuran teluk Golden Horn
Pada tanggal 18 April, beberapa kapal Turki Usmani mencoba untuk memutus rantai yang berada di teluk Golden Horn agar dapat melakukan pengepungan dari arah selatan. Namun karena dihadang oleh kapal-kapal Byzantium & pasukan pertahanan yang berada di balik rantai, armada laut Turki Usmani terpaksa harus ditarik mundur agar tidak mengalami kerugian yan lebih besar.
Dua hari setelahnya, terjadi pertempuran lain antara pasukan Usmani & bala bantuan dari Romawi Barat yang berusaha memasuki kota. Tetapi kapal-kapal Romawi berhasil meloloskan diri dari cegatan Turki Usmani karena arah angin yang lebih berpihak pada Romawi.
Setelah mengalami dua kekalahan di teluk Golden Horn,tiba-tiba sebuah ide brilian terbesit di benak Sultan Mehmet II, yaitu memindahkan kapal-kapal dari tempat berlabuhnya menuju ke dalam teluk Golden Horn dengan cara menariknya lewat jalur darat yang terletak di antara dua pelabuhan menggunakan gelondongan kayu yang telah di lumuri dengan minyak. Rencana ini dijalankan secara diam-diam pada malam hari tanggak 21 April dan selesai pada keesokan paginya.
Keberhasilan recana Sultan Mehmet II mengejutkan seluruh Konstantinopel, mereka yang sebelumnya merasa aman karena tembok bagian selatan dilindungi olah peraiaran kini harus membagi fokusnya menjadi dua dan menarik sebagian pasukan yang berada di tembok utama menuju ketembok bagian selatan yang lebih lemah.
Strategi Perang Urat Syarat
Atas instruksi Sultan Mehmet II, meriam-meriam Turki Usmani yang sebelumnya tersebar di berbagai tempat, kini diletakkan di depan tembok-tembok terlemah & memfokuskan serangannya ke titik tertentu saja. Hingga akhirnya setelah di bombardir selama berhari-hari tembok Theodoisius mengalami kerusakan berat & tidak dapat dipertahankan lagi. Di sisi lain, pasukan Turki Usmani juga memanfaatkan jumlahnya yang besar dengan cara melakukan penyerangan selama 24 jam tanpa henti agar pasukan Byzantium tidak dapat beristirahat sama sekali sehingga kondisi psikologi mereka menjadi lemah & syarat mereka menjadi tegang. Seni berperang ini kemudian dikenal sebagi Psywar atau Perang Urat Saraf yang digunakan untuk melemahkan kondisi psikologi musuh.
Terowongan dan Menara Berjalan
Pada fase pengepungan berikutnya, Turki Usmani membuat suatu terobosan baru. Pada langkah pertama, alih-alih menjebol tembok utama yang lebih tebal dan kuat daripada yang pertama, Turki Usmani justru menyerang dengan cara menggali terowongan yang menuju ke dalam kota, namun dikarenakan getaran yang ditimbulkan pada waktu penggalian, pasukan Byzantium yang menyadarinya segera melakukan tindakan pencegahan dengan cara meledakkan terowongan dengan bubuk mesiu, akibatnya banyak dari pasukan muslim yang gugur di sana.
Langkah ke-2 yang dilakukan Turki Usmani adalah menyerang mengguanakan menara kayu berada yang dilapisi dengan kulit yang dibasahi air agar dapat menahan api. Menara Berjalan Turki Usmani juga di bangun lebih tinggi daripada Tembok Byzantium agar pasukan Usmani tidak perlu lagi bersusah bersusah payah memanjat tembok. Awalnya serangan ini terlihat menjanjikan, tapi saat menara Turki Usmani sudah dekat dengan tembok, tameng kulit basah yang melapisi menara Turki Usmani tidak bisa menahan api dari bom api yang di lontarkan pasukan Byzantium. Akibtnya menara-menara Turki Usmani rusak terbakar & banyak pasukan dari kedua belah pihak ikut mati terbakar.
Detik-Detik Jatuhnya Konstantinopel
Walaupun dua rencana sebelumnya gagal, Sultan Mehmet II tetap optimis bahwa ia akan menaklukkan Konstantinopel, rapat-rapat digelar, perisapan-persiapan akhir dilakukan, pidato diteriakkan di seluruh pasukan Usmani, hingga pada hari Ahad, 27 Mei setelah melakukan perundingan terakhir dengan kaisar Konstantinoel, mulailah penyerangan umum dari Turki Usmani.
Penyerangan dilakukan secara serentak, baik lewat jalur darat maupun laut, serangan akbar dari seluruh pasukan Turki Usmani berhasil meyudutkan musuh. Gelomang demi gelombang pasukan datang tanpa henti, mayat-mayat dari pasukan Turki Usmani yang syahid menggunung hingga tingginya menyamai ketinggian temok, selama dua hari pasukan musuh melakukan perlawanan sengit, mencoba bertahan dari gempuran pasukan Turki Usmani yang tiada habisnya. Hingga pada hari Selasa, 29 Mei 1453 Kaisar Constantin terbunuh pada waktu pertempuran Turki Usmani berhasil meruntuhkan Tembok Utara dan segera menyebar masuk ke seluruh penjuru kota. Pada hari itu panji-panji Islam dikibarkan, teriakan takbir menggema di seluruh penjuru kota, di hari itu kota Konstantinopel akhirnya jatuh ke tangan muslim setelah 8 abad lamanya serta namanya berubah menjadi Instanbul.
Kejatuhan Konstantinopel memberikan pegaruh besar terhadap arus sejarah dunia, kebijakan Turki Usmani yang menutup akses bangsa eropa ke Konstantinopel yang merupakan jalur perdagangan menuju asia membuat bangsa-bangsa eropa mencoba mencari jalur alternatif lain menuju asia. Dengan didukung oleh penemuan kompas, teropong dan peta, bangsa eropa mulai melakukan penjelajahan samudera, banyak para penjelajah yang kemudian lahir dari peristiwa penaklukan Konstantinopel, mulai dari Tome pires, Cerdinan magellhan dan Chritopher colombus yang bahkan menemukan dunia baru Amerika. Jika ditelusuri lebih jauh, dapat disimpulkan bahwa peristiwa penaklukan konstantinopel tidak hanya berdampak pada Romawi atau Kristen saja, tetapi juga secara tidak langsung mengubah peta dunia, menumbuhkan kolonialisme dan kapitalisme. Wallahu ‘alam.
Oleh: Arul Efansah, Redaktur EM-YU.