Menu

Mode Gelap

Opini Santri · 19 Nov 2024 17:31 WIB ·

Penyebab dan Cara Menghadapi Generasi Stroberi


 Sumber: sitama.co.id Perbesar

Sumber: sitama.co.id

Apa itu generasi stroberi? Generasi stroberi merupakan istilah untuk menggambarkan kelompok generasi muda yang dianggap terlalu sensitif, mudah rapuh, atau tidak tahan terhadap stress dan tantangan. Istilah ini adalah neologisme bahasa Tionghoa untuk orang Thailand yang lahir setelah 1990 yang “gampang mengkerut” seperti stroberi. Pemilihan buah stroberi untuk penyebutan baru ini juga karena buah stroberi itu tampak indah dan eksotis, tetapi jika dipijak atau ditekan ia akan mudah sekali hancur. Anak-anak yang masuk dalam kelompok Gen Z adalah mereka yang terlahir dalam kisaran tahun 1997-2012. Belakangan ini, Gen Z sering dinilai sebagai generasi stroberi. Hal tersebut dilatarbelakangi oleh Gen Z yang mudah tertekan.

Mengapa hal tersebut dapat terjadi? Faktor utama mengapa anak muda Indonesia disebut generasi stroberi adalah sistem parenting yang didapati. Pada jurnal penelitian yang dilakukan oleh Aulia, S., Meilani, T., dan Nabillah, Z. (2022). Didikan yang diperoleh sehingga Gen Z menjadi generasi stroberi, seperti:

  1. Terlalu dimanja.
  2. Kurang memiliki waktu bersama orang tua.
  3. Memberikan narasi negatif kepada anak .
  4. Terlalu melindungi (overprotectif).
  5. Terlalu memaksa dan menuntut.

Kita percaya bahwa saat ini prestasi akademik tidak sepenuhnya menjamin masa depan. Disiplin ilmu yang dipelajari melalui ruang kelas belum tentu dibutuhkan di masa depan, termasuk apa yang kita pahami ini belum tentu relevan dengan permasalahan di masa depan.

Anies Baswedan dalam salah satu sambutannya pernah mengatakan anak muda hari ini tidak perlu lagi diberi pertanyaan menjadi apa di masa depan? Tetapi anak muda sekarang harus diberi pertanyaan akan membuat apa di masa depan? Anak muda hari ini sebenarnya sudah memiliki segalanya, yaitu kreatifitas, inovasi, sikap adaptif, inovatif dan kreatif. Anak muda hari ini tidak perlu diragukan lagi akan hal ini. Kemajuan teknologi dan komunikasi membuat anak muda lebih banyak refrensi untuk berkarya.

Cara berfikir mereka juga dipengaruhi oleh kualitas otak mereka. Perkembangan otak manusia dapat diprediksi sesuai dengan kualitas teknologi yang ada pada zaman itu. Misalnya pada tahun 90-an kualitas gadged belum secanggih zaman sekarang, penyimpanan memorinya rendah, gampang ngelag, juga fitur-fitur yang ada pada gadget pun sangat terbatas. Di samping kekurangan itu semua, dia juga punya kelebihan yaitu tahan banting. Orang-orang zaman dulu dididik dengan keras, tetapi jarang sekali mereka terkena tekanan atau gangguan mental. Hal ini berbeda dengan kondisi saat ini, banyak orang yang menjadi pasien dari psikiater. Fenomena di atas menunjukkan bahwa generasi sekarang mempunyai mental yang tidak sekuat mental orang zaman dahulu , mereka lebih sensitif, mudah rapuh, gampang stress. Selain itu, dapat dilihat dari kualitas gadget saat ini, yang jika jatuh akan mudah rusak. Memang fitur-fitur yang ada lebih canggih dari pada zaman dahulu, hal ini membuktikan bahwa generasi saat ini gampang mencerna sesuatu, lebih cepat memahami sesuatu, dan lebih tanggap terhadap hal yang baru.

Cara menumbuhkan mental stroberi menjadi mental yang tangguh bisa juga didukung dari faktor orang tua. Ada beberapa solusi yang bisa dilakukan oleh para orang tua untuk mendidik anaknya, yaitu:

1. Membangun mental anak

Kunci terpenting untuk bisa menghadapi tantangan dan kesulitan dari dalam hidup adalah dengan memiliki mental yang kuat. Mental yang kuat bisa diperoleh dari didikan orang tua yang mengajarkan anaknya tentang menghadapi tantangan dan kesulitan sejak dini. Hal ini dapat dilakukan dengan cara membiarkan anak mencoba hal-hal baru, memotivasi anak ketika si anak mengalami kesulitan dan memberikan contoh yang baik.

2. Membangun kepercayaan kepada anak

Orang tua harus bisa merasa percaya kepada anaknya, agar mereka merasa dicintai, dan dihargai. Caranya adalah bisa dengan cara berkata jujur kepada anak, memberikan perhatian dan dukungan terhadap anak, tepati janji kepada mereka.

3. Melatih anak mengambil keputusan

Orang tua harus mengajarkan kepada anaknya mengambil keputusan sejak dini. Hal ini bisa dilakukan dengan cara membiarkan anak mengambil keputusan sendiri, mendengarkan, dan memberikan penjelasan yang sesuai ketika mereka bertanya, memberikan peringatan dan dukungan kepada anak ketika dia membuat keputusan yang salah.

4. Memahami anak

Setiap anak memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Maka para orang tua harus mengetahui tentang hal itu. Mereka tidak bisa disamakan dengan siapapun, karena mereka punya kepribadian tersendiri. Orang tua harus mengetahui hal ini agar dapat mengasuh anaknya dengan cara yang tepat. Hal ini dapat diperoleh dengan berkomunikasi secara rutin, antusias mendengarkan pendapat dan cerita anak, dan memberikan kesempatan kepada anak untuk mengekspresikan diri.

Dampak generasi stroberi ini membuktikan bahwa Bangsa Indonesia telah menjadi bangsa yang kreatif dan inovatif, dan peka terhadap perkembangan teknologi dengan mereka menguasai platform media sosial menjadi bukti bahwa Bangsa Indonesia peka terhadap perkembangan teknologi. Namun, ini juga pertanda bahwa Bangsa Indonesia sudah mulai kehilangan jati dirinya. Terlihat dari perkembangan mental generasi stroberi ini sangat buruk dibandingkan dengan generasi-generasi sebelumnya. Bukan hanya itu, nilai-nilai Pancasila sudah mulai terkikis dan luntur dengan adanya arus globalisasi. Hal ini dibuktikan dengan Bangsa Indonesia saat ini sudah terpengaruh dengan budaya barat. Maka dari itu, kita sebagai pemuda yang akan meneruskan perjuangan bangsa kita harus berani menghadapi tantangan, dan tidak boleh gentar terhadap guncangan di era globalisasi.

Oleh: Safara Elanaja, Santri Mansajul Ulum.

Tulis Komentar
Artikel ini telah dibaca 103 kali

Baca Lainnya

Strategi Mitigasi Kriminalitas Keuangan

21 Januari 2025 - 17:57 WIB

Manfaat Pupuk Organik terhadap Tanah

14 Januari 2025 - 16:30 WIB

Sifat yang Harus Dimiliki Pemimpin

7 Januari 2025 - 17:34 WIB

Problematika Guru Masa Kini

31 Desember 2024 - 15:35 WIB

 Ibu: Aktor yang Tidak Terpisahkan dalam Kehidupan Seseorang

24 Desember 2024 - 17:57 WIB

Hukum Perempuan Bekerja Malam Hari

17 Desember 2024 - 17:15 WIB

Trending di Opini Santri