Menu

Mode Gelap

Opini Santri · 26 Nov 2024 18:03 WIB ·

Peran Guru di balik Kesuksesan Pendidikan Anak


 Peran Guru di balik Kesuksesan Pendidikan Anak Perbesar

Baru-baru ini masyarakat Indonesia telah digegerkan dengan kasus guru honorer yang dipenjarakan oleh wali murid lantaran dituduh telah menganiaya sang anak -murid- . Menanggapi hal tersebut, tidak sedikit masyarakat Indonesia khususnya para guru yang ikut prihatin terhadap pola pendidikan yang terjadi saat ini. Bagaimana tidak, guru yang seharusnya dihormati dan dihargai belakangan ini dituduh menjadi pelaku penganiayaan terhadap anak didiknya. Tuduhan ini terjadi karena guru tersebut menasehati anak didiknya yang telah melakukan kesalahan. Begitupun orang tua, mereka dengan mudah percaya dengan apa yang telah diadukan sang anak tanpa mencari tahu informasi atau keterangan yang lebih dalam dan jelas dari pihak lain, yaitu guru.

Biar bagaimanapun dalam dunia pendidikan antara guru, murid, dan orang tua haruslah tetap ada hubungan atau komunikasi baik mengenai perkembangan anak didik, khususnya dalam ranah pendidikan. Menjadi guru tidak hanya bertugas mengajar atau mentransfer ilmu-ilmu kepada anak didiknya saja, namun, guru juga memeliki peran lain yaitu sebagai fasilitator dan motivator bagi anak didiknya. Fasilitator; berarti guru berperan dalam proses mendidik anak didiknya untuk mencapai tujuan dari proses belajar tersebut serta memberikan jalan kemudahan dalam proses kegiatan pembelajaran. Motivator; berarti guru berperan untuk mendorong siswa agar memiliki rasa gairah dan semangat yang tinggi dalam belajar. Bukan tidak boleh atau dilarang  jika orangtua ikut serta mengawasi anak-anaknya ketika berada di lembaga pendidikan, karena biar bagaimanapun anak adalah tanggung jawab orangtua. Namun, orangtua juga harus menghargai adanya peran guru dalam lembaga pendidikan tersebut.

Melihat kasus di atas, guru menjadi tidak leluasa melaksanakan tugasnya yaitu menjadi fasilitator serta motivator untuk anak didiknya. Kebanyakan guru terpaksa menjadi pihak yang diatur atau menuruti keinginan orangtua demi keberlangsungan pendidikan sang anak. Dengan dalih, bahwa mereka belajar bukan cuma-cuma tetapi mengeluarkkan biaya yang cukup mahal.

Berbeda dengan pola pendidikan zaman dahulu. Pada zaman dulu, orangtua menyerahkan sepenuhnya anak-anak kepada sang guru. Mereka ridho  dan legowo dengan apa yang dilakukan guru terhadap anaknya selama itu untuk kebaikan. Hal ini telah dikisahkan dalam kitab ta’limul muta’allim bahwa ada seorang kepala negara bernama Harun Ar-Rasyid yang mengirimkan putranya untuk berguru dengan seorang ulama bernama Syekh Asmu‘i. Tujuannya agar si anak belajar ilmu dan adab kepada beliau.

Suatu hari, Khalifah Harun Ar-Rasyid mendapati putranya sedang menuangkan air untuk gurunya dengan satu tangan, sedang, tangan yang satunya menganggur.  Melihat pemandangan seperti itu, Khalifah Harun Ar-Rasyid menegur Syekh Asmu‘i bahwa beliau mengirim putranya kepada Syekh Asmu‘i untuk belajar ilmu dan adab tapi, mengapa menyuruhnya untuk menuangkan air dengan satu tangan, sedang kamu tidak memerintahkannya untuk mencuci kakimu dengan tangan yang satunya?

Begitulah kisah indah dalam dunia pendidikan. Khalifah Harun Ar-Rasyid menunjukkan sikap sebagai orang tua yang hebat pemahamannya terhadap pendidikan. Menitipkan dan menyerahkan anak sepenuhnya terhadap seorang guru.

Dalam filosofi bahasa jawa, dikatakan bahwa “GURU” itu digugu lan ditiru. Maksudnya, seorang guru itu harus bisa dipercaya dan ditiru oleh anak didiknya.  Segala perintah dan aturan-aturan yang diberikan oleh guru haruslah dilaksanakan dan ditaati oleh murid selama itu dalam hal kebaikan. Jika guru dalam mengajar dalam tanda kutip “galak, keras” atau lainnya, mungkin sudah menjadi ciri khas dan sebagian dari metode-metode guru untuk mendidik anak didiknya. Karena tidak mungkin guru menjerumuska anak didiknya melakukan perilaku tercela. Seorang guru pastinya ingin melihat anak didiknya berhasil dalam bangku pendidikan. Menjadi guru yang seperti itu tentu harus memperkuat kinerja “asah asih dan asuh” mereka.

Melihat zaman yang semakin modern ini, peran guru dalam pembangunan kesejahteraan juga sangatlah penting. Guru memang dituntut untuk selalu memberikan performa yang prima dan energik dalam pembelajaran, terkhusus pada pembelajaran yang diampunya. Dalam memilih metode pembelajaran pun guru harus menimbang kesanggupannya. Namun, faktor kesanggupan guru bukan menjadi alasan untuk tidak memunculkan hal yang kreatif dan inovatif. Menjadi seorang guru tidaklah harus ‘sense of humor’ yang banyak disukai oleh peserta didiknya, tetapi cukup menjadi guru yang mampu menciptakan metode yang sesuai untuk peserta didiknya sehingga mampu memunculkan antusias siswa. Dengan ini guru akan menjadi guru yang disukai dan diterima oleh anak didiknya.

Guru memiliki tugas mulia yaitu menghantarkan anak didiknya untuk meraih cita-cita dimasa depan. Masalah disukai itu bonus. Pembelajaran dikatakan berhasil adalah pembelajaran yang tidak hanya menambah pengetahuan peserta didik tetapi juga berpengaruh terhadap sikap dan perspektif peserta didik dalam realita kehidupan.

Kembali lagi, jika dalam proses belajar mengajar guru melakukan kesalahan, tidak menuntut kemungkinan karena guru juga manusia biasa yang tentu banyak khilaf dan salahnya. Jadi, sebagai siswa, mahasiswa, santri dan semua yang berstatus sebagai pelajar marilah kita hormati dan taati  serta doakan guru-guru kita dimanapun dan kapanpun itu, karena tidak ada yang namanya mantan guru dan mantan murid. Selamanya akan terus seperti itu. Wallahu a’lam.

Penulis: Siti Ma’rifah, Santri Mansajul Ulum.

Tulis Komentar
Artikel ini telah dibaca 55 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

Apakah Utang Negara Menjadi Tanggung Jawab Warga Indonesia?

18 Februari 2025 - 16:49 WIB

Hari Valentine: Sejarah, Latar Belakang dan Hukum Merayakan

11 Februari 2025 - 17:15 WIB

Tantangan Santri dalam Menghadapi Gelombang Informasi di Dunia Maya

4 Februari 2025 - 20:06 WIB

Membangun Karakter Sehat dan Tanggung Jawab di Kalangan Santri

28 Januari 2025 - 18:49 WIB

Strategi Mitigasi Kriminalitas Keuangan

21 Januari 2025 - 17:57 WIB

Manfaat Pupuk Organik terhadap Tanah

14 Januari 2025 - 16:30 WIB

Trending di Opini Santri