Di era digital yang semakin maju, kehidupan santri di pondok pesantren menghadapi tantangan baru yang tidak mudah. Dulu, para santri terbiasa hidup jauh dari dunia luar dan fokus pada kitab-kitab kuno dan pembelajaran langsung dari Kiai. Namun, saat teknologi merambah ke setiap aspek kehidupan dan dunia digital datang dengan segala kemudahan dan godaannya. Kini, mereka bisa mengakses informasi dalam sekejap mata melalui internet. Hal ini menjadi tantangan untuk para santri dalam menghadapi perubahan zaman dan menjaga keseimbangan antara dunia digital yang terbuka dengan nilai-nilai agama yang mereka pelajari di pesantren.
Salah satu tantangan terbesar adalah kemudahan akses informasi. Dunia maya penuh dengan informasi yang mudah diakses dan tersebar luas. Kemudahan ini datang dengan banyak risiko. Tanpa bimbingan yang tepat, santri bisa dengan mudah terpapar oleh informasi yang tidak sesuai dengan ajaran agama. Dunia maya bukan hanya menyediakan ilmu, tetapi juga tidak sedikit konten yang bertentangan dengan nilai-nilai Islam yang mereka pelajari di pesantren. Mulai dari berita hoaks, video ekstrem, hingga ajaran yang mengarah pada pemikiran radikal. Tanpa filter yang baik, santri bisa saja terbawa arus pemikiran yang jauh dari ajaran agama yang sudah mereka terima di pesantren.
Di satu sisi, ini adalah peluang emas untuk memperluas wawasan dan menggali ilmu, bahkan yang tidak diajarkan secara langsung di pesantren. Kitab-kitab kuno yang dulunya hanya dapat diakses melalui perpustakaan pesantren kini bisa dibaca kapan saja melalui perangkat digital. Banyak juga kajian agama yang bisa diikuti secara online, memungkinkan santri belajar lebih banyak, lebih cepat, dan tanpa batas waktu.
Ini menjadi tantangan berat bagi pondok pesantren dalam menjaga identitas dan nilai-nilai agama di tengah perkembangan teknologi. Tidak jarang, santri yang terbiasa dengan kehidupan yang sederhana dan terstruktur, kini merasa terpengaruh oleh kebebasan yang ditawarkan dunia digital. Mereka mulai menghabiskan waktu lebih banyak di media sosial, berbicara tentang kehidupan orang lain yang lebih bebas, atau bahkan terjebak dalam permainan online yang menguras waktu mereka. Hal ini tentu saja mengganggu tujuan utama mereka berada di pesantren untuk menuntut ilmu agama dan memupuk kedisiplinan dalam hidup.
Namun, bukan berarti teknologi sepenuhnya buruk. Pemanfaatan teknologi yang bijak sebenarnya bisa memberikan banyak manfaat bagi santri. Beberapa Pesantren telah mulai memanfaatkan aplikasi pembelajaran online untuk memperkaya materi yang diajarkan di kelas. Video kajian agama, podcast, bahkan forum diskusi online bisa menjadi sarana yang sangat berguna bagi santri untuk memperdalam pengetahuan mereka. Bagi santri yang memiliki ketertarikan dalam bidang tertentu, internet membuka pintu untuk mengakses literatur yang lebih banyak dan lebih beragam.
Di mana pun dan dengan media apapun kita harus selalu menebar kebaikan. Sama halnya dalam menggunakan media sosial. Sebagaimana Allah selalu menyerukan kepada umat manusia untuk membela perbuatan yang baik dan benar. Orang-orang yang berbuat baik dan benar di jalan Allah merupakan orang-orang yang beruntung. Sebagaimana firman Allah Swt melalui surat Ali Imran ayat 104
وَلْتَكُنْ مِّنْكُمْ اُمَّةٌ يَّدْعُوْنَ اِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُوْنَ بِالْمَعْرُوْفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ ۗ وَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْن
Artinya: “Hendaklah ada di antara kamu segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Mereka itulah orang-orang yang beruntung”
Lalu, bagaimana cara agar santri tetap berada pada jalur yang benar tanpa terperosok dalam dunia digital yang penuh godaan? Di sinilah pentingnya pendidikan digital yang berbasis agama. Kiai dan ustadz perlu mengajarkan kepada santri bukan hanya tentang ilmu agama, tetapi juga tentang bagaimana menggunakan teknologi dengan bijak. Mereka perlu dibekali dengan keterampilan untuk menyaring informasi, mengenali mana yang bermanfaat dan mana yang merugikan. Di beberapa pesantren, sudah ada kurikulum yang memasukkan literasi digital sebagai bagian dari pembelajaran. Mengajarkan santri bagaimana menggunakan internet untuk kebaikan, tanpa melupakan prinsip-prinsip agama.
Pada akhirnya, tantangan santri di era digital bukan hanya soal menghindari godaan teknologi, tetapi juga soal bagaimana mereka bisa memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan kualitas diri mereka—baik dalam ilmu agama, keterampilan digital, dan kehidupan sosial. Dunia digital tidak harus menjadi ancaman jika digunakan dengan bijak dan sesuai dengan nilai-nilai yang telah diajarkan di pesantren. Dengan bimbingan yang tepat, santri bisa menjadi generasi yang tidak hanya unggul dalam hal agama, tetapi juga mampu menghadapi perkembangan zaman dengan cerdas dan bijaksana.
Oleh: Latifah Umi Fadilah, santri Mansajul Ulum.