Beredarnya video yang ditayangkan oleh salah satu media nasional swasta (Trans7) telah menggegerkan dunia jurnalisme. Tayangan dalam program Expose Uncensored 13 Oktober 2025 itu membincang budaya “perbudakan” di kalangan pesantren. Video tersebut menjadi trending topik di Indonesia. Akibat dari video tersebut, pada 14 Oktober 2025 per 09.10 AM Google trend melaporkan bahwa kueri “trans7 boikot”, “xpose”, “kasus trans7”, “lirboyo” dan “pemilik trans7” meningkat pesat dan kueri “trans 7 kenapa” meningkat lebih dari 1.000 %.[1]
Selain itu, X mencatatat bahwa tagar #BOIKOTTRANS7 menjadi salah satu dari trending topik di Indonesia.[2] Program Expose Uncencored membangun narasi tentang perbudakan di kalangan pesantren. Program tersebut bertajuk “Kemuliaan Umat, Rela Jalan Ngesot Sambil Ngasih Amplop”. Jurnalis Trans7 membangun argumen dan meyakinkan penonton adanya praktek budaya feoadalisme zaman penjajahan yang diterapkan dalam kehidupan santri.[3] Sayangnya program tersebut tidak diproduksi dengan sistem jurnalisme yang imbang dan jujur.
Nilai Pesantren: Menghormati dan Khidmah Kepada Guru
Pesantren merupakan salah satu lembaga pendidikan tertua di Indonesia.[4] Walaupun menggunakan sistem pendidikan yang konservatif, lembaga ini telah berhasil memunculkan kader-kader bangsa yang berkualitas. Keberhasilan ini tidak lepas dari sistem pendidikan yang menekankan aspek spiritualitas dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga pesantren masih memegang erat nilai-nilai agama sebagai pedoman kehidupan.[5]
Salah satu nilai yang dipegang teguh di lingkungan pesantren adalah menghormati dan memuliakan guru. Guru mempunyai posisi yang sangat krusial bagi seorang santri. Saking pentingnya guru bagi seorang santri, terdapat sebuah istilah murabbi ruh atau orang yang merawat ruh kehidupan. Istilah ini mempunyai makna yang lebih sakral dibandingkan dengas sekadar istilah “guru”. Sebutan ini diberikan kepada orang-orang yang telah mendedikasikan hidupnya untuk mengajar dan memberikan nasihat-nasihat kepada santri-santrinya, baik yang masih di pesantren maupun yang sudah keluar dari pesantren.
Meurut Syaikh Az-Zarnuji, budaya memuliakan guru merupakan sikap penting yang harus dilakukan oleh seorang penuntut ilmu. Beliau mengatakan:
إعلم بان طالب العلم لا ينال العلم ولا ينتفع به الا بتعظيم العلم واهله وتعظيم الاستاذ وتوقيره
Artinya: “Ketahuilah bahwa seorang yang menuntut ilmu tidak akan mendapatkan ilmu dan kemanfaatan ilmu kecuali dengan menghormati dan memuliakan guru”
Selain itu, Sayyid Muhamad bin Alawi Al Maliki menegaskan
ثبات العلم بالمذاكرة و بركته بالخدمة ونفعه برضى الشيخ
Artinya: “Ilmu itu kokoh karena belajar, keberkahannya karena mengabdi, dan kemanfaatannya karena rida guru.”
Dua kutipan di atas menjadi nilai luhur yang dipegang oleh para santri di pesantren. Hal itu mereka lakukan agar ilmu yang mereka peroleh dari guru menjadi ilmu yang berkah (berguna bagi diri sendiri) dan manfaat (berguna bagi orang lain).
K.H. Anwar Manshur, Pengasuh pesantren Lirboyo, adalah salah satu ulama yang sangat dihormati oleh para santri. Beliau mendedikasikan hidupnya untuk mengajar para santri. Bahkan, untuk menunjang pembelajaran beliau menggunakan kaca pembesar saat mengaji. Diceritakan oleh Gus Bagus dalam NU Online bahwa beliau adalah sosok yang sangat rajin dan istiqomah. Setiap pukul 7 pagi beliau mulai mengaji kitab non-stop sampai menjelang waktu dhuhur. Selain itu, setiap bulan Ramadhan, beliau selalu melakukan salat malam pukul 2 dini hari dan dilanjutkan i’tikaf di masjid Lawang Songo Lirboyo.[6]
Bagi guru di pesantren, tidak ada istilah pensiun sebagaimana para pegawai negeri. Karena tujuan utama dari mereka adalah mendidik para santri dengan ikhlas tanpa mengenal waktu dan berharap upah. Dedikasi diberikan oleh para Kiai kepada santri menjadikan para santri menghormati dan memuliakannya sepanjang zaman. Sehingga tidak mengherankan saat bertemu beliau para santri menunduk dan mencium tangannya. Semua hal ini dilakukan oleh santri sebagai wujud penghormatan kepada orang yang berjasa dalam membimbing dan mengajarkan banyak ilmu dan nilai dalam kehidupan.
Nilai lain yang dipegang teguh oleh santri adalah Khidmah, yaitu mengabdikan diri kepada guru. Hal ini merupakan wujud dari bentuk terima kasih serta berbalas budi atas kebaikan dan dedikasi guru kepada santri. Walaupun demikian, khidmah yang telah dilakukan santri kepada gurunya tidak berbanding dengan apa yang telah diberikan guru kepadanya.
Di sisi lain, khidmah menjadi salah satu cara yang dilakukan oleh santri untuk mendapatkan ilmu yang barokah. Terdapat 3 bentuk khidmah yang dapat dilakukan oleh santri, yaitu khidmah bi al-nafs, khidmah bi al-mal, dan khidmah bi al-du’a.[7] Santri yang membersihkan ndalem atau rumah pengasuh dan membersihkan bunga di depan rumah merupakan bagian dari cara khidmah bin nafs atau mengabdikan diri kepada guru dengan tenaga.
Dengan demikian, tayangan Trans7 yang mempertontonkan cium tangan santri kepada kiai, pemberian amplop, beberes rumah, jalan menunduk dan ‘ngesot’ bukanlah bagian dari praktik feodalisme. Karena tidak ada unsur pemaksaan dari pihak Kiai kepada santri. Semua itu dilakukan oleh santri dengan ikhlas dan senang hati, bahkan dengan rasa bangga. Karena aktivitas tersebut merupakan manifestasi dari adab dan etika seorang santri kepada gurunya.
Kecerobohan Tim Kreatif
Saat akademisi luar negeri seperti Martin van Bruinessen dari Utrecht University dan Ronald Lukens-Bull dari University of North Florida tertarik dengan pesantren di Indonesia dan melakukan penelitian terhadap sistem pendidikan di pesantren karena dinilai efektif dan terbukti dalam mengahsilkan santri yang berkualitas, justru media nasional swasta dalam negeri (Trans 7) melalui program Expose Uncensored mendiskreditkan lembaga pesantren karena dinilai melakukan praktek feodalisme zaman penjajahan.[8] Bahkan dikatakan oleh Ronald bahwa dalam artikel yang berjudul Pesantren, Madrasa, and the Future of Islamic Education in Indonesia bahwa:
“I would argue that the pesantren and other forms of Islamic education will contribute to the future of Indonesia as a plural, peaceful and democratic society.”
Artinya: “Saya berpendapat bahwa pesantren dan bentuk pendidikan Islam lainnya akan berkontribusi pada masa depan Indonesia sebagai masyarakat yang majemuk, damai, dan demokratis.”
Walaupun Trans7 memiliki tagline Smart, Entertaining & Family dan berhasil mendapatkan penghargaan selama 19 tahun berturut-turut,[9] tetapi ternyata ia belum mampu menghadirkan narasi jurnalisme yang cerdas sesuai tagline yang ditonjolkan. Hal itu terbukti dalam program Expose Uncensored yang memframing pesantren berdasarkan objective truth atau kebenaran objektif tanpa mengimbangi pemahaman tentang nilai yang dikembangkan oleh pesantren. Hal ini mengindikasikan adanya kecerobohan dan ketidakprofesionalan tim kreatif program tersebut. Bahkan program tersebut berujung menjadi tontonan yang penuh dengan hasutan dan ujaran kebencian yang menimbulkan konflik sosial di masyarakat. Narasi kebencian itu sudah tercium jelas dari pemilihan judul, diksi yang dipakai, hingga intonasi suara yang disampaikan. Dengan model narasi itu, semakin menunjukkan bahwa media Trans7 telah gagal menjadi media yang ‘smart’ apalagi ‘menghibur’. Sebaliknya, program tersebut menunjukkan bahwa Trans7 adalah media murahan yang hanya bisa menarik rating pemirsanya dengan cara mengadu domba agar viral di Masyarakat dengan model jurnalisme yang murahan!
Karena itu atas nama kemanusiaan dan kebangsaan yang menjunjung tinggi nilai perdamaian dan sikap saling menghormati, kita harus menuntut tanggung jawab dari media Trans7 agar mengembalikan citra baik pesantren dan para Ulama, sebagai guru bangsa yang sangat dihormati oleh masyarakat.
Oleh: Muhammad Ulil Albab, Pimpinan Redaksi EM-YU.
[1] “Google Trends,”
Google Trends, accessed October 14, 2025, https://trends.google.co.id/trends/explore?q=trans%207&date=now%201-d&geo=ID&hl=id.
[2] “(21) #BOIKOTTRANS7 – Search / X,” X (Formerly Twitter), October 13, 2025, https://x.com/search?src=trend_click&q=%23BOIKOTTRANS7.
[3] “Rembang Terkini | Media Asli Rembang on Instagram: ‘Viral Di Sosmed, Media TV Nasional Dianggap Gagal Paham, Publik Kecam Framing Negatif Tayangan Trans 7 Tentang Kehidupan Santri. Menurut Kalian Gimana? #boikottrans7,’” Instagram, October 13, 2025, https://www.instagram.com/rembang.terkini/reel/DPw6gQbk1S3/.
[4] “Mengenal Pondok Pesantren, Lembaga Pendidikan Tertua Di Indonesia – UICI,” accessed September 29, 2025, https://uici.ac.id/mengenal-pondok-pesantren-lembaga-pendidikan-tertua-di-indonesia/.
[5] “Saat Mahfud Bernostalgia Jadi Santri Di Ponpes…,” accessed September 29, 2025, https://www.kompas.id/artikel/saat-mahfud-bernostalgia-jadi-santri-di-ponpes.
[6] “KH Anwar Manshur Istiqamah Ngaji dan Shalat Malam Berjam-jam, Ini Kesaksian Santrinya,” NU Online, accessed October 14, 2025, https://www.nu.or.id/jatim/kh-anwar-manshur-istiqamah-ngaji-dan-shalat-malam-berjam-jam-ini-kesaksian-santrinya-uVMI8.
[7] “Tiga Macam Khidmah Santri kepada Pesantren,” Tebuireng Online, January 6, 2024, https://tebuireng.online/tiga-macam-khidmah-santri-kepada-pesantren/.
[8] Instagram, “Rembang Terkini | Media Asli Rembang on Instagram.”
[9] “TRANS7 | Tentang Kami,” accessed October 14, 2025, https://www.trans7.co.id/about#award.