Menu

Mode Gelap

Kolom Jum'at · 8 Nov 2024 14:45 WIB ·

Dampak Buruk Konsumsi Makanan Berlebih dalam Perspektif Dokter dan Ulama’


 Dampak Buruk Konsumsi Makanan Berlebih dalam Perspektif Dokter dan Ulama’ Perbesar

KOLOM JUM’AT CX
Jum’at, 8  November 2024

Dalam pandangan dokter dan ulama, konsumsi makanan berlebihan bukan hanya menjadi masalah kesehatan jasmani, tetapi juga memiliki implikasi rohani yang serius. Meskipun lezat dan memuaskan di saat itu, dampak jangka panjangnya bisa merusak tubuh dan jiwa. Mari kita telaah bersama bagaimana makan berlebihan dapat mengganggu keseimbangan antara fisik dan rohani kita.

Konsumsi makanan berlebihan dapat mengarah pada berbagai masalah kesehatan, termasuk obesitas, penyakit jantung, dan diabetes. Dokter akan menyoroti risiko-risiko ini dan menyampaikan pentingnya menjaga pola makan yang seimbang untuk kesehatan tubuh. Di sisi lain, ulama’ akan menekankan bahwa makan berlebihan juga melanggar prinsip-prinsip syariah yang menuntut keseimbangan dan pengendalian diri. Dalam Islam, konsep kesederhanaan dan menjaga keseimbangan dalam segala hal, termasuk dalam makanan, sangat ditekankan. Dengan demikian, baik dari perspektif kesehatan maupun rohani, konsumsi makanan berlebihan dapat membawa dampak yang merugikan.

Dari perspektif kesehatan, konsumsi makanan berlebihan dapat menyebabkan peningkatan risiko berbagai penyakit.

Seperti kutipan yang diterangkan dalam sebuah artikel yang diunggah dalam hellosehat.com, berikut risiko yang terjadi akibat makan berlebihan:

1.Bertambahnya berat badan dan risiko obesitas

Tubuh mengubah sebagian kalori dalam makanan menjadi energi. Jika kalori yang masuk ke tubuh lebih banyak dari yang keluar, maka akan mengalami kenaikan berat badan. Kenaikan berat badan akibat kebiasaan makan berlebihan bisa menyebabkan overweight (kelebihan berat badan) atau bahkan obesitas.

  1. Meningkatkan risiko diabetes tipe 2

Menurut sebuah penelitian dalam Journal of Eating Disorders, makan terlalu banyak memiliki efek dalam meningkatkan risiko diabetes tipe 2.

Awalnya, kebiasaan ini dapat menyebabkan penumpukan lemak dalam perut (lemak viseral).Begitu lemak perut menumpuk, tubuh jadi lebih mudah mengalami peradangan. Kondisi ini lalu berujung menjadi resistensi insulin. insulin yang diproduksi pankreas tidak mampu menurunkan gula darah sehingga kadarnya selalu tinggi.

  1. Meningkatkan risiko penyakit jantung

Efek negatif ini akan semakin besar bila Anda terlalu banyak makan junk food, seperti gorengan, minuman manis, dan daging olahan. Karena junk food merupakan sumber lemak trans, gula tambahan, dan natrium dalam jumlah yang besar.

  1. Mengganggu proses biologis tubuh

Makan berlebihan bisa membuat tubuh “kewalahan”. Awalnya, organ pencernaan mengeluarkan banyak hormon dan enzim untuk mencerna makanan. Kemudian pankreas melepaskan banyak insulin yang membuat gula darah menjadi rendah. Gula darah yang rendah membuat tubuh mengira kekurangan energi. Hal ini mengakibatkan ingin makan lebih banyak lagi.

  1. Penyakit kantong empedu

Makan terlalu banyak juga menimbulkan efek negatif pada kantong empedu, terutama bila pola makan Anda didominasi oleh makanan berminyak dan tinggi lemak. Ini karena fungsi utama empedu ialah menguraikan lemak agar lebih mudah dicerna.

Dokter dan ahli gizi menyarankan agar kita menjaga pola makan yang seimbang dengan memperbanyak konsumsi buah, sayuran, biji-bijian, dan protein tanpa lemak, serta membatasi asupan gula tambahan, garam, dan lemak jenuh. Pengetahuan tentang asupan makanan yang sehat dapat membantu mencegah penyakit dan meningkatkan kualitas hidup.

Dari sudut pandang agama, makan berlebihan juga melanggar prinsip-prinsip agama yang menekankan pentingnya menjaga keseimbangan, disiplin, dan pengendalian diri dalam segala hal, termasuk dalam makanan. Bahaya makan berlebihan ini disinggung oleh Imam Al-Ghazali dalam kitab Minhajul Abidin (Beirut: Darul Basyair al-Islamiyah, 2001, halaman 201-209) sebagaimana berikut:

  1. Hati jadi keras dan redup

Banyak makan bisa menyebabkan hati menjadi keras dan cahayanya jadi redup bahkan hilang. Rasulullah Saw bersabda:

 لاَ تُمِيتُوا اَلْقُلُوبَ بِكَثْرَةِ اَلطَّعَامِ وَ اَلشَّرَابِ وَ إِنَّ اَلْقُلُوبَ تَمُوتُ كَالزَّرْعِ إِذَا كَثُرَ عَلَيْهِ اَلْمَاءُ

Artinya: “Janganlah kalian mematikan hati dengan banyak makan dan minum, sesungguhnya hati itu seperti tanaman yang akan mati apabila terlalu banyak air.”

  1. Mendorong berbuat dosa

Menurut Abu Ja’far, “perut itu akan memengaruhi pada anggota tubuh lain, jika perut lapar semua anggota tubuh jadi kenyang (tenang). Jika perut kenyang, semua anggota tubuh jadi lapar dan mendorong berbuat dosa”.

Secara umum, perbuatan seseorang itu tergantung dari apa yang dia makan dan minum. Jika perutnya diisi barang haram, maka akan cenderung berbuat haram. Jika perut diisi sesuatu yang tidak berguna, maka akan cenderung berbuat sesuatu yang tidak berguna.

  1. Kecerdasan berkurang

Makan berlebihan bisa menyebabkan berkurangnya kecerdasan dan ilmu. Imam Ad-Darani mengatakan bahwa jika seseorang menginginkan hajat dunia atau akhiratnya terpenuhi, maka ia harus mampu mengondisikan makannya dan makan itu bisa mempengaruhi akal.

  1. Semangat beribadah menurun

Terlalu banyak makan bisa membuat tubuh malas beraktifitas sehingga enggan untuk melaksanakan ibadah. Dikisahkan, Iblis hampir saja menjerat Nabi Yahya, karena saat itu Nabi Yahya dalam keadaan kenyang. Sejak mengetahui bahaya itu, Nabi Yahya tidak pernah kenyang seumur hidupnya. Sufyan Ats Tsauri berkata: “Ibadah itu ibarat pekerjaan, tempat bekerjanya itu khalwat dan perkakas untuk bekerjanya adalah lapar”

  1. Sulit merasakan manisnya ibadah

Banyaknya asupan makanan yang masuk ke dalam perut bisa mengakibatkan sulit merasakan manisnya ibadah. Abu Bakar As Shidiq berkata: “Sejak masuk Islam, aku tidak pernah merasakan kenyang agar aku bisa merasakan manisnya ibadah kepada Tuhanku. Dan aku tidak pernah menghilangkan dahaga agar aku rindu bertemu dengan Tuhanku.” Rasulullah Saw memberikan sebuah isyarat melalui sabdanya:

مَا فَضَلَكُمْ أَبُو بَكْرٍ  بِفَضْلِ صِيَامٍ وِلاَ صَلاَةٍ، وَاِنَّمَا هُوَ بِشَيْءٍ وَقَرَ فِي صَدْرِهِ

Artinya: “Tidaklah Abu Bakar berhasil mengungguli kalian karena ia lebih banyak berpuasa dan shalat, akan tetapi dengan sesuatu yang tertanam di dalam dadanya.”

Imam Ad-Darani berkata: “Ibadah paling manis yang aku rasakan adalah ketika perutku melekat dengan punggungku”.

  1. Terjerumus dalam hal syubhat dan haram

Banyak makan bisa membuat seseorang terjerumus dalam perkara syubhat dan haram. Rasulullah SAW bersabda: 

اَلْحَلَالُ لَا يَأتِيْكَ إلّاَ قُوْتاً وَالْحَرامُ لاَ يَأتِيكَ إلاّ جُزَافاً

Artinya: “Barang halal itu tidak datang kepadamu melainkan sebagai kekuatan, sedangkan barang haram tidak datang kepadamu kecuali serampangan.”

  1. Kesulitan saat sakaratul maut

kesulitan saat sakaratul maut itu tergantung pada kadar kelezatan dunia yang dinikmatinya. Siapa saja yang banyak menikmati dunia, maka akan mendapatkan kesulitan lebih banyak.

  1. Menyibukkan hati dan badan

Perut kenyang bisa membuat hati dan badan menjadi sibuk. Awalnya sibuk untuk mendapatkan makanan, kemudian menyajikan dan memakannya sampai habis. Ketika sudah mulai terasa akan efek samping dan bahaya dari makanan, barulah sadar dan mulai mencari cara agar bisa selamat dari ancaman yang sudah mengintai. Rasulullah Saw bersabda:

أَصْلُ كُلِّ دَاءٍ الْبَرَدَةُ، يَعْنِيْ التُّخْمَةُ، وَ أَصْلُ كُلِّ دَوَاءٍ الأَزْمَةُ، يَعْنِيْ الْحِمْيَة

Artinya: “Pangkal segala penyakit adalah kekenyangan dan pangkal segala obat adalah diet (sedikit makan).”

Imam Malik bin Dinar berkata: “Wahai saudara-saudaraku, aku telah bolak-balik masuk toilet, hingga aku malu kepada Tuhanku, sebab banyak makan. Andai saja Allah memberiku rezeki berupa krikil yang dapat kuisap hingga aku mati.” Mengingat hal itu, mengakibatkan seseorang sibuk mencari dunia, thama’ pada manusia dan menyia-nyiakan waktu.

  1. Mengurangi pahala

Makan terlalu banyak bisa mengurangi timbangan pahala di akhirat kelak, Allah berfirman dalam Surat Al-Ahqaf [21] ayat 20: 

وَيَوْمَ يُعْرَضُ ٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ عَلَى ٱلنَّارِ أَذْهَبْتُمْ طَيِّبَٰتِكُمْ فِى حَيَاتِكُمُ ٱلدُّنْيَا وَٱسْتَمْتَعْتُم بِهَا فَٱلْيَوْمَ تُجْزَوْنَ عَذَابَ ٱلْهُونِ بِمَا كُنتُمْ تَسْتَكْبِرُونَ فِى ٱلْأَرْضِ بِغَيْرِ ٱلْحَقِّ وَبِمَا كُنتُمْ تَفْسُقُونَ

Artinya: “(dikatakan kepada mereka,) ‘Kamu telah menghabiskan (rezeki) yang baik dalam kehidupan duniamu dan bersenang-senang dengannya’. Pada hari ini kamu dibalas dengan azab yang menghinakan karena kamu takabur di bumi, padahal tidak berhak (untuk sombong), dan (juga) karena kamu selalu durhaka.”

Terlalu banyak makan bisa diartikan dengan terlalu banyak menikmati kelezatan dunia serta dapat berpotensi kehilangan kesempatan untuk memperbanyak amal ibadah.

  1. Kesulitan di akhirat

Seseorang yang terlalu banyak makan saat di dunia bisa mengakibatkan kerugian dan kesulitan di akhirat kelak. Makanan halal yang dimakan akan dihisab oleh Allah, makanan haram yang dimakan akan dibalas dengan siksaan, dan segala keindahan dunia pada akhirnya akan binasa.

Dalam Islam terdapat ajaran-ajaran yang mengingatkan umatnya untuk tidak makan berlebihan dan menghindari kemubaziran. Rasulullah Muhammad SAW bersabda, “Sesungguhnya, banyaknya makanan yang cukup bagi seorang adalah yang memelihara punggungnya tegak. Jika dia terpaksa, hendaklah dia menyantap sepertiga makanannya, kemudian hendaklah dia minum sepertiga dan meninggalkan sepertiga yang lain.” (HR. Ahmad)

Selanjutnya, Syaikh Az-Zarnuji menjelaskan beberapa kiat yang dapat mengurangi makan berlebih.

وَطَرِيْقُ تَقْلِيْلِ الْأَكْلِ: أَنْ يَأْكُلَ الْأَطْعِمة الدَّ سِيْمَةَ وَيُقَدِّمُ فِي الْأَكْلِ الْأَلْطَفَ وَالْأَشْهَى، وَلَا يَأْكُلَ مَعَ اْلجِيْعَانِ إِلَّا إِذَا كَانَ لَهُ غَرَضٌ صَحِيْحٌ فِي كَثْرَةِ اْلأَكْلِ، بِأَنْ يَتَقَوَّى بِهِ عَلَى الصِّيَامِ وَالصَّلَاةِ وَالْأَعْمَاِل الشَّاقَّةِ فَلَهُ ذَلِكَ.

Artinya: “Adapun cara untuk mengurangi makan adalah memakan makanan yang berlemak, dan dalam makan mendahulukan makanan yang paling lembut, dan yang paling minati/disukai, dan jangan makan bersama orang-orang yang sangat lapar, kecuali baginya ada tujuan yang baik dengan banyak makan, seperti agar kuat puasa, sholat, dan melakukan pekerjaan-pekerjaan barat, kalau demikian maka diperbolehkan. (Syaikh Az-Zarnuji, Ta’limul muta’allim, h. 47. Dar As-sudaniyah Lil Kutub).

Dengan demikian, dari perspektif kesehatan dan rohani, penting untuk memahami bahwa konsumsi makanan berlebihan tidak hanya berdampak negatif pada tubuh, tetapi juga pada jiwa. Mengambil langkah-langkah untuk menjaga keseimbangan dalam pola makan dan menghindari kelebihan dapat membawa manfaat besar bagi kesehatan dan kehidupan rohani kita. Wallahu ‘alam. 

Oleh: Miftahul Hidayat, Santri Mansajul Ulum.

Tulis Komentar
Artikel ini telah dibaca 77 kali

Baca Lainnya

Tantangan Santri Menjadi Mahasiswa di Perguruan Tinggi

14 Februari 2025 - 17:21 WIB

Lunturnya Bahasa Jawa di Era Modern

31 Januari 2025 - 23:29 WIB

Perempuan Guru Ulama Laki-laki Terkemuka

17 Januari 2025 - 09:35 WIB

Peradaban Babilonia: Refleksi dan Resolusi saat Tahun Baru

3 Januari 2025 - 19:35 WIB

Pentingnya Pendidikan Kesetaraan Gender bagi Laki-Laki

20 Desember 2024 - 18:02 WIB

Kritisisme, Juru Damai Rasionalisme dan Empirisme

6 Desember 2024 - 07:47 WIB

Trending di Kolom Jum'at