Peran seorang ibu sangatlah besar. Beban dan tanggung jawab seorang ibu tidaklah hanya sesederhana kata mengandung, melahirkan, mengasuh dan membesarkan anak-anaknya namun seorang ibu adalah madrasatul ula untuk anak-anaknya yang mana istilah tersebut bukan hanya karena takdir tapi karena memang ibu lah yang menjadi orang pertama yang ikhtiarnya mempengaruhi bagaimana jadinya anak mereka kelak. Ketika seorang anak terlahir maka seorang ibu bertanggung jawab dalam agama, tumbuh kembang, kesehatan, pembentukan karakter dan lainnya. Sehingga mau tidak mau orang tuannya terutama para ibu harus menjadi dokter, psikolog, dan ustadzah dadakan untuk anak-anaknya.
وَ عَنْهُ اَيْضًا اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ قَالَ مَا مِنْ مَوْلِدٍ اِلَّا يُوْلَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَاَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ اَوْ يُنَصِّرَانِهِ اَوْ يُمَجِّسَانِهِ
Dan diriwayatkan dari Abu Hurairah juga, bahwa sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda: tidak ada seorang manusia yang terlahir kecuali dia terlahir atas fitrah (kesucian seperti tabula rasa, kertas yang belum ditulis apapun, masih putih). Maka kedua orang tuanyalah yang membuatnya menjadi Yahudi, Nasrani, ataupun Majusi.
Lah kok malah menakutkan ya jadi ibu. Tenang saja, karena Allah memberikan banyak privilege untuk seorang ibu. Karena sabda Nabi, surga seorang anak tidak berada dibawah telapak kaki ayah, dan kata ayah hanya Nabi sebutkan satu kali saat menjawab pertanyaan sahabatnya dan masih banyak keistimewaan lainnya.
Tanggung jawab yang besar tadi tidak hanya dimulai ketika anak mereka telah terlahir namun sejak dalam kandungan bahkan sebelum mereka direncanakan. Berangkat dari tanggung jawab tersebut, seorang ibu haruslah memiliki ilmu dan pengetahuan yang begitu kompleks dari berbagai aspek sehingga mampu maksimal dalam berikhtiar membentuk sebaik-baik anak yang mereka impikan. Berbesar hati dan berbanggalah wahai kalian para ibu bergelar sarjana ataupun diatasnya jika takdirmu hanyalah menjadi ibu rumah tangga. Bukankah ilmu sosiologimu mampu membantu anakmu menjadi pribadi yang sukses dalam hablun minannasnya, bukankah ilmu psikologimu mampu memudahkanmu mengerti bagaimana inginnya anakmu dan membentuk kepribadiannya. Bukankah ilmu ekonomimu pun mampu memudahkanmu dan anakmu dalam mengelola ekonomi keluarga. Semua ilmu yang engkau pelajari tak akan ada yang sia-sia walau itu ilmu sepele sekalipun. Jadi belajar dan teruslah belajar.