Isu kekerasan seksual di lingkungan pesantren kembali memanas, termasuk di Kabupaten Pati. Kasus yang melibatkan sejenis maupun lawan jenis menjadi perhatian yang serius. Sebagai langkah pencegahan, Pengurus Pondok Pesantren Mansajul Ulum Putri menggelar Dialog Interaktif dengan tema Upaya Pencegahan Kekerasan Seksual di Lingkungan Pesantren pada Jumat, 22 Agustus 2025. Dialog ini dimoderatori oleh Fika Nurun Tajalla santri putri Mansajul Ulum sekaligus mahasiswa IPMAFA Pati. Sementara narasumber utama adalah Ibu Aliyatul Himmah M.A., pengurus LAPPA (Layanan Aduan dan Pemberdayaan Perempuan) PC Fatayat NU Pati.
“Tujuan diadakannya acara ini tak lain untuk menyadarkan para santri akan pentingnya memahami bentuk-bentuk kekerasan seksual, karena hari ini kekerasan seksual tidak hanya terjadi di luar pesantren, namun di dalam pesantren pun sudah banyak yang menjadi pelaku dan korban,” tutur Khilyatun Nafisah selaku ketua panitia. Ibu Umdah El-Baroroh pengasuh PP. Mansajul Ulum Putri turut menegaskan pentingnya memahami kekerasan seksual di lingkungan pesantren. “Kekerasan itu bisa terjadi dimanapun, jadi kita perlu mamahami hal ini agar bisa menjaga diri sendiri, keluarga, teman, dan orang lain.”
Dalam pemaparannya, Ibu Aliyatul Himmah tidak langsung membahas tentang kekerasan seksual, namun beliau mengajak para santri untuk mengenal terlebih dahulu tentang sistem reproduksi. “Mengenal alat reproduksi itu perlu, tapi seringnya banyak kalangan menganggap hal itu tabu. Dan akhirnya mereka lebih memilih untuk tidak tahu.” Kekerasan seksual tidak serta merta hadir dalam tindakan besar. Ia kerap hadir dari hal-hal kecil yang dianggap sepele, salah satunya adalah rasa memiliki laki-laki terhadap tubuh perempuan.
Banyak laki-laki merasa berhak atas tubuh perempuan karena status hubungan tertentu, baik istri, tunangan, maupun pacar. “Jahatnya laki- laki itu setiap kali ia mendapat perempuan, dia bakal menganggap bahwa segala hal yang dimiliki perempuan terlebih bagian tubuh adalah miliknya. Jadi seakan-akan laki- laki memanipulasi perempuan agar selalu menuruti permintaaannya dengan dalih cinta.”
Hal ini bertolak belakang dengan gagasan yang disampaikan Dr. Nur Rofiah, Bil.,Uzm. dalam bukunya Nalar Kritis Perempuan. Ia menegaskan “Setelah milik Tuhan, tubuh perempuan milik dirinya sendiri.”
Oleh: Luluk Nurmala Khayati