Dalam agenda Sambang Pesantren oleh RMI PWNU Jateng di Pondok Pesantren Mansajul Ulum, KH. Liwauddin selaku pengasuh memaparkan agenda sambang dari RMI kali ini akan terbagi menjadi empat majlis, salah satunya adalah forum dialog motivasi santri. Forum yang menjadi salah satu agenda Sambang Pesantren oleh RMI PWNU Jateng tersebut sukses dan disambut dengan antusiasme yang tinggi dari para santri.
Dialog interaktif yang berlangsung di aula utama Pondok Pesantren Mansajul Ulum Putri yang diikuti seluruh pengurus dan seluruh santri putri Mansajul Ulum. Dalam sesi yang dipandu oleh Durrotul Mahbubah, hadir KH. Usman Tahrir, KH. Arif Jatmiko, Lc, M.Si dan Ibu Kamilia Hamidah, MA. sebagai narasumber. Para narasumber membagikan materi inspiratif tentang ngaji dan ngoding : menyatukan ilmu agama dan teknologi.
Dalam pemaparannya, Bu Kamilia menyadarkan bahwa secara tidak langsung konsumen media merupakan korban algoritma digital yang secara tidak sadar sudah dieksploitasi dengan ikhlas. “Santri perempuan harus bisa jadi creator bukan hanya jadi konsumen, harus pintar tapi tidak menggurui. Santri mempunyai kemampuan khusus yang hanya dimiliki santri yaitu kemampuan memahami yang mendalam dan kemampuan adaptasi yang cepat dengan lingkungan”, jelasnya.
Gus Miko turut menguatkan bahwa perempuan itu juga bisa mewarnai dunia media. “Kalian itu lebih hebat daripada orang di luar. Tirakatnya lebih banyak, maka harus bisa mewarnai dunia. Harusnya semakin berat tirakatnya semakin cerah warnanya. Semakin cerah warnanya tidak mungkin diwarnai tapi bisa mewarnai.”
“Mbak-mbak santri yang sangat diharapkan kesuksesannya oleh orang tua. Untuk santri putri , ini banyak yang merasa bahwa kata “putri “ ini menjadi kendala. Pekerjaan yang dikerjakan laki-laki bisa dikerjakan perempuan tapi pekerjaan yang bisa dilakukan perempuan belum tentu bisa dikerjakan laki-laki. Jangan karena kalian ini santri putri terus merasa itu urusan laki-laki , perempuan tidak bisa ikut campur.” Hal ini beliau sampaikan karena masih banyak yang beranggapan bahwa kata “putri” ini menjadi kendala tersendiri.
“Santri juga harus professional dalam menanggapi problematika kehidupan, tidak gampang menyalahkan orang lain tapi harus bisa mencari cara agar bisa membenarkan,” ungkap beliau
Sebelum ditutup dengan doa, Kiai Usman memberikan kiat-kiat mahir kitab kuning bagi santri yang bisa langsung diamalkan. Acara semakin meriah dengan dukungan dari BSI yang memberikan hadiah khusus bagi peserta yang aktif bertanya dalam sesi dialog motivasi santri tersebut.
Reporter: Durrotul Mahbubah, Redaktur Em-Yu