KOLOM JUM’AT XLIX
Jum’at, 8 Juli 2022
Idul Adha merupakan salah satu hari raya dalam Agama Islam. Jika kita menengok nilai historis dari perayaan Idul Adha ini, maka pikiran kita akan teringat kisah teladan Nabi Ibrahim AS, yaitu ketika beliau diperintahkan oleh Allah SWT untuk menempatkan istrinya Hajar yang sedang menyusui bersama Nabi Ismail putranya.
Mereka ditempatkan di suatu lembah yang tandus, gersang, tidak tumbuh sebatang pohon pun. Lembah itu demikian sunyi dan sepi tidak ada penghuni seorangpun. Akan tetapi Nabi Ibrahim dan istrinya , Siti Hajar menerima perintah itu dengan ikhlas. Sebagai bentuk peribadatan dan ketaatan kepada Allah yang serta menjadi cobaan berat bagi nabi Ibrahim , yang mana beliau di perintah allah untuk menyembelih putra kesayangannya.
Nabi ibrahim mendapat perintah tersebut untuk menyembelih nabi Ismail AS melalui mimpi dan disampaikan kepada Siti Hajar . Seketika itu istri beliau tidak percaya . namun ketika mimpi yang dialami Nabi Ibrahim sama seperti mimpi beliau untuk menyembelih putranya berulang-ulang beliau yakin bahwa mimpi tersebut memang benar-benar perintah dari Allah SWT. Di dalam kitab Misykatul Anwar , diterangkan bahwa mimpi beliau tidak terlepas dari salah satu perkataannya sebelum diperintahkan untuk berqurban . Nabi Ismail berkata jika Allah memperintah untuk berqurban 1.000 ekor domba/kambing, 300 sapi dan 100 ekor unta maka Nabi Ibrahim dengan suka rela akan mengorbankan itu semua. serta perkataan beliau ini jangankan hanya hewan ternak putra beliau ismail juga rela beliau qurbankan jika Allah memang memerintahkan hal itu.
Pada tahun ini, kita sebagai umat Islam akan memperingati momen Idul Adha tersebut, sebagai perintah dan suri tauladan pada diri dari perjalanan spiritual nabiyullah ibrahim dan putra belui Nabi Ismail yang diperingati setiap tanggal 10 bulan Dzulhijah atau 70 hari setelah Idul Fitri. Seperti halnya syari’at-syariat sebelumnya yang diturunkan oleh Allah memiliki beberapa hikmah yang bermanfaat kepada kepada umat manusia. Demikian pula syariat berqurban, dalam kesempatan ini penulis akan menjelaskan tentang hikmah disyariatkan ibadah qurban.
Pertama, ketakwaan. Pengertian taqwa terkait dengan ketaatan seorang hamba pada Allah dalam menjalankan perintah dan menjauhi larangan-Nya. Konsep Agama Islam mengemas kehidupan secara harmoni seperti halnya kehidupan dunia akhirat. Bahwa meraih kehidupan di akhirat yang akan datang memang sangat perlu melalui kehidupan di dunia yang merupakan ladang untuk memperbanyak amal-amal yang baik serta memohon ridho-Nya agar tercapai kebahagiaan dan ketentraman kehidupan dunia dan akhirat . Sehingga kehidupan di dunia tidak terpisah dari upaya meraih kehidupan hasanah di akherat nanti. Tingkat ketakwaan seseorang dengan demikian dapat diukur dari kepeduliannya terhadap sesamanya. Kesiapsediaan Nabi Ibrahim untuk menyembelih anak kesayangannya atas perintah Allah menandakan tingginya tingkat ketakwaan Nabi Ibrahim. Lalu dengan kuasa Allah ternyata yang disembelih bukan Ismail melainkan domba. Peristiwa ini pun mencerminkan Islam sangat menghargai nyawa dan kehidupan manusia, Islam menjunjung tinggi peradaban manusia.
Kedua, hubungan antar manusia. Ibadah-ibadah umat Islam yang diperintahkan Allah senantiasa mengandung dua aspek tak terpisahkan yakni kaitannya dengan hubungan kepada Allah/hablumminallah dan hubungan dengan sesama manusia atau hablumminannas. Ajaran Islam sangat memerhatikan solidaritas sosial dan mewujudkan sikap kepedulian sosial melalui perilaku spiritual tersebut. Contoh kecil, Saat kita menjalani puasa tentu akan ikut merasakan bagaimana susahnya hidup seorang dhu’afa yang sulit dalam memenuhi kebutuhan dirinya. Kemudian dengan menyembelih hewan qurban dan membagikannya kepada kaum muslimin merupakan salah satu bentuk kepedualian sosial seoarang muslim kepada sesamanya yang tidak mampu. Kehidupan saling tolong menolong dan gotong royong dalam kebaikan merupakan ciri khas ajaran Islam.
Ketiga, peningkatan kualitas diri. Akhlak terpuji yang dicontohkan Nabi Muhamad SAW seperti membantu sesama manusia dalam kebaikan, kebajikan, memuliakan tamu, mementingkan orang dan senantiasa sigap dalam menjalankan segala perintah agama dan menjauhi hal-hal yang dilarang. Dalam Islam kedudukan akhlak sangat penting. Karen ia merupakan buah dari pohon Islam yang berakar dari akidah serta berdaun syariah. Segala aktivitas manusia tidak terlepas dari sikap yang melahirkan perbuatan dan tingkah laku manusia.
Oleh: Annajmus Tsaqib, Santri PP. Mansajul Ulum.