KOLOM JUM’AT LXX
Jum’at, 17 Februari 2023
Isra’ Mi’raj merupakan sebuah peristiwa yang luar biasa dalam sejarah agama Islam. Karena pada waktu itulah Rasulullah mengalami perjalanan yang sangat menakjubkan. Bahkan dikatakan mustahil oleh kebanyakan orang. Beliau telah melakukan perjalanan di malam hari yang dimulai dari Masjid al-Haram di Makkah menuju Masjid al-Aqsa di Palestina. Kemudian dilanjutkan menuju langit ke tujuh. Sebenarnya perjalanan tersebut Rasulullah tidak melakukannya semalam penuh, melainkan hanya setengah malam saja, yaitu mulai dari tengah malam hingga menjelang waktu subuh tiba.
Waktu itu, tepat pada tanggal 27 Rajab Rasulullah tengah bertafakur di Masjidil Haram pada malam hari. Tahun itu dalam sejarah Islam dikenal dengan sebutan tahun duka cita (‘am al-huzni). Kondisi Islam tengah mengalami masa-masa yang sulit. Para kaum kafir Quraisy memboikot orang-orang Islam. Semua akses perdagangan atau berbagai macam interaksi sangat dibatasi bagi orang Islam.
Bersamaan dengan itu juga Rasulullah ditinggalkan oleh dua orang yang sangat dicintainya. Yakni istrinya Sayyidah Khodijah yang dengan begitu sabar telah menemani dakwah Rasulullah sejak periode awal kenabian. Dan juga pamannya Abu Tholib yang begitu gigih melindungi Rasulullah dari ancaman kaum kafir Quraisy.
Perjalanan Isra’ Mi’raj ini semata-mata tidak hanya bertujuan untuk menunjukkan tanda-tanda kebesaran Allah, tapi juga sebagai pelipur lara atas cobaan bertubi-tubi yang ditimpa oleh Rasulullah. Dari kisah ini terdapat sebuah pelajaran bahwasannya ketika kita tengah mengalami sebuah masalah hendaknya kita semakin mendekatkan diri kepada Allah supaya ketenangan dapat kita peroleh.
Dalam peristiwa Isra’ Mi’raj Allah telah menjelaskan di Al-quran dalam dua surah yang berbeda. Hal ini terjadi bukan tanpa tujuan sama sekali, karena Isra’ dan Mi’raj merupakan dua buah peristiwa yang berbeda. Isra’ merupakan sebuah mu’jizat perjalanan Rasulullah di Bumi yang mana tak satupun penduduk bumi mampu melakukannya selain Rasulullah. Dan Mi’raj adalah sebuah mu’jizat perjalanan Rasulullah di langit yang mana tak satupun penduduk langit juga dapat melakukannya. Dalam perjalanan Isra’ terdapat dalam surah al-Isra’ ayat 1.
سُبْحٰنَ الَّذِيْٓ اَسْرٰى بِعَبْدِهٖ لَيْلًا مِّنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ اِلَى الْمَسْجِدِ الْاَقْصَا الَّذِيْ بٰرَكْنَا حَوْلَهٗ لِنُرِيَهٗ مِنْ اٰيٰتِنَاۗ اِنَّهٗ هُوَ السَّمِيْعُ الْبَصِيْرُ
Artinya: “Maha Suci (Allah), yang telah memperjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada malam hari dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar, Maha Melihat.”
Sementara itu, perjalanan Mi’raj Allah menjelaskannya dalam surah an-Najm ayat: 13-18, yang artinya: “Dan sungguh, dia (Muhammad) telah melihatnya (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain, (yaitu) di Sidratilmuntaha. Di dekatnya ada surga tempat tinggal, (Muhammad melihat Jibril) ketika Sidratilmuntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya, penglihatannya (Muhammad) tidak menyimpang dari yang dilihatnya itu dan tidak (pula) melampauinya. Sungguh, dia telah melihat sebagian tanda-tanda (kebesaran) Tuhannya yang paling besar.”