Menu

Mode Gelap

Kolom Jum'at · 12 Agu 2022 07:20 WIB ·

Jangan Urungkan Kebaikan Hanya Karena Omongan Orang!


 Sumber gambar : ayoguruberbagi.kemdikbud.go.id Perbesar

Sumber gambar : ayoguruberbagi.kemdikbud.go.id

KOLOM JUM’AT LIV
Jum’at, 12 Agustus 2022

Dalam kajian ilmu linguistik berlaku hukum timbal balik resiprokal (saling memengaruhi) antara bahasa dan pikiran manusia. Sebagaimana bahasa merupakan produk kebudayaan dan kebudayaan juga akan dipengaruhi oleh bahasa. Kata “julid/julit” misalnya, berasal dari bahasa Sunda “binjulid” yang artinya iri hati atau dengki atau bisa juga berasal dari kata “julita” yang artinya anak-anak. Kata ini mulai populer sejak banyak orang mulai terbiasa mengomentari hal-hal yang mereka temui di sosial media, merasa tidak senang dengan apa yang orang lain lakukan, dan menanggapinya secara berlebihan sehingga pelakunya dianggap kenakan-kanakan.

Entah disadari atau tidak, semenjak kata “julid” semakin marak digunakan semakin banyak pula orang melakukannya. Seseorang cenderung mudah menilai, mengomentari, dan mengkritik apa yang orang lain lakukan menurut sudut pandang pribadinya, meski kepada orang tidak dikenalinya. Hal ini terjadi seiring derasnya arus informasi di internet yang memungkinkan semua orang membagikan aktivitas bahkan isi pikirannya. Sehingga orang lain akan dengan mudah mengetahui dan mengomentarinya.

Tak peduli kebiasaan julid ini berasal dari orang yang dikenal ataupun tidak, tentunya sikap julid akan berdampak buruk bagi korban (orang yang dijulidi), yang mungkin keadaan mentalnya sedang tidak stabil. Terlebih lagi jika memang ia adalah orang yang sensitif, perasaannya mudah tersakiti, dan mudah terbebani dengan perkataan orang lain tentangnya. Maka sikap julid yang oleh pelaku dianggap sesuatu yang sepele dan biasa saja bisa memicu depresi dan menimbulkan dampak yang luar biasa pada diri korban.

Terlepas dari kenyataan bahwa julid adalah sikap yang buruk dan harus dihindari oleh siapapun, setiap orang juga perlu membekali diri untuk menghadapi orang yang julid. Karena tentunya sikap julid orang lain ada di luar kendali dan bisa terjadi pada siapa saja, muda maupun tua, kaya ataukah miskin, yang terpandang maupun orang biasa. Selama apa yang seseorang lakukan merupakan hal yang baik dan benar, ia tidak perlu risau akan perkataan orang tentang hal itu.

Mengutip kalam Imam Syafi’i :

رضا الناس غاية لا تدرك

Artinya: “Ridha manusia adalah tujuan yang tidak bisa diraih”. Sudah merupakan suratan Tuhan bahwa setiap kejadian pasti ada pro dan kontra. Seorang Nabi saja yang sudah jelas membawa risalah yang benar adanya masih mendapatkan perilaku julid dari orang-orang di sekitarnya. Maka hendaknya kita berlapang dada dan tetap berikhtiar dalam melakukan apa yang kita pandang baik sesuai keyakinan kita.

Menukil dari Nadzam Jauharah At-Tauhid karya Syekh Ibrahim Al-Laqqany, beliau mengatakan:

فَخَالِقٌ لِعَبَدْه وَمَـا عَمِـلْ ## مُوَفِّـقٌ لِمَـنْ أَرَادَ أَنْ يَـصِـل

وَخَـاذِلٌ لِمَـنْ أَرَادَ بُعْـدَهُ  ## وَمُنْجِـزٌ لِـمَـنْ أَرَادَ وَعْــدَهُ

Artinya:

“Allah lah yang menciptakan hamba dan segala perbuatannya, Dia yang memberi pertolongan kepada hamba yang dikehendaki memperoleh ridha-Nya, Dia pula yang mengabaikan hamba yang dikehendaki jauh dari rahmat-Nya, dan Dia juga yang mengabulkan janji kepada hamba yang dikehendaki percaya akan janji-Nya”

Pada hakikatnya segala yang diperbuat manusia dikembalikan lagi pada “kehendak-Nya”. Apa yang manusia lakukan bukan murni karena kehendak dan pilihannya sendiri melainkan Allahlah yang menggerakkannya. Segala yang terbersit dalam benak, niat baik maupun buruk yang terlintas, ucapan dan perbuatan yang keluar dari diri manusia adalah atas perwujudan dari “af’aal Allah”. Allah berfirman dalam surah As-Shaffat ayat 96 وَٱللَّهُ خَلَقَكُمْ وَمَا تَعْمَلُونَ “Allah-lah yang telah menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat”

Jika terlintas niat untuk berbuat baik, maka itu dari Allah. Allah-lah yang menggerakkan hati manusia, memberinya kemampuan untuk berbuat ketaatan, dan memudahkannya menuju jalan kebaikan. Karena itu, taufiq (pertolongan) dari Allah sangat berharga. Karena, tidak semua orang bisa mendapatkannya. Ada orang yang Allah kehendaki berbuat maksiat -wal al-‘iyadzu billah- hingga semakin jauh dari-Nya. Lalu apakah perbuatan dengan niat baik yang berasal dari Allah sang Maha Pencipta akan diurungkan begitu saja hanya karena omongan manusia, mahluk ciptaan-Nya juga?

Manusia tidak memiliki pengetahuan apapun tentang rencana dan ketetapan Allah. Ketika sebuah niat baik muncul dari diri seseorang, maka yang menjadi tugasnya adalah mewujudkan niat baik tersebut menjadi nyata. Mungkin saja Allah punya rencana besar di balik niat dan perbuatan baik yang kecil dan diremehkan manusia untuk menunjukkan kekuasaan-Nya. Mungkin juga Allah ingin “membuktikan” janji-Nya kepada manusia bahwa siapa saja yang mau berusaha akan mendapatkan keinginannya. Sementara orang-orang yang julid dengan segala macam perkataan buruknya semata-mata adalah ujian dari-Nya untuk mengetahui seberapa kuat tekad yang dimiliki seorang hamba, sejauh mana ia bisa mempertahankan kegigihannya, dan sebesar apa keyakinan yang ia miliki terhadap Tuhannya.

Mustahil meminta orang lain untuk tidak julid. Mustahil semua orang bisa percaya dan setuju dengan apa yang dilakukan orang lain. Yang bisa dilakukan adalah menanamkan nilai-nilai dan keyakinan pada diri sendiri. Di sinilah pentingnya seseorang belajar dan memiliki ilmu agama, agar apa yang terjadi dalam kehidupannya tidak mudah mematahkan semangat dan harapannya. Karena ia yakin bahwa Allah selalu melihat dan ada untuk dirinya.

Oleh: Irfatin Maisaroh, S. Pd. Guru Madin Mansajul Ulum & Mahasiswi Pasca Sarjana UIN Walisongo, Semarang.

Tulis Komentar
Artikel ini telah dibaca 316 kali

Baca Lainnya

Bayang-Bayang Feodalisme dalam Sistem Pendidikan Indonesia

6 September 2024 - 12:23 WIB

Maqashid Syari’ah: Landasan Pesantren dalam merumuskan Konsep Fikih Digital 

23 Agustus 2024 - 13:38 WIB

Santri Era Society 5.0 Melek Digital Mapan Spiritual

9 Agustus 2024 - 17:03 WIB

Strategi Cemerlang Sultan Al-Fatih dalam Penaklukan Konstantinopel

26 Juli 2024 - 12:25 WIB

Keistimewaan Ilmu Nahwu

12 Juli 2024 - 19:19 WIB

Melestarikan Dakwah Islam Rahmatan Lil Alamin Era Modern Melalui Tulisan

28 Juni 2024 - 07:24 WIB

Trending di Kolom Jum'at