Menu

Mode Gelap

Kolom Jum'at · 11 Agu 2022 02:46 WIB ·

Keutamaan Bulan Sya’ban dan Peristiwa Penting di Dalamnya


 Sumber gambar : tribunnews.com Perbesar

Sumber gambar : tribunnews.com

KOLOM JUM’AT XXXIII
Jum’at, 18 Maret 2022

Agama Islam mengajarkan kepada umatnya untuk selalu berbuat kebaikan. Hal tersebut bukan tanpa alasan, mengingat kita semua di ciptakan tiada lain hanya untuk beribadah kepada Allah. Kebaikan yang di ajarkan dalam agama Islam tentu bermacam macam, salah satunya adalah amalan yang di kerjakan ketika memasuki bulan Sya’ban. Bulan Sya’ban juga biasa di sebut Ruwah oleh orang Jawa. Kata Ruwah sendiri merupakan serapan dari bahasa Arab “arwah” lalu di jawakan menjadi Ruwah.

Penyebutan Ruwah tersebut ternyata mengacu pada tradisi masyarakat Yaman yang selalu mengirim doa kepada keluarga yang sudah meninggal, khususnya mengirim doa kepada Nabi Hud as yang dimakamkan di Yaman. Keterangan ini sebagaimana yang disampaikan oleh Gus Baha’ pada salah satu pengajiannya yang mengutip dari apa yang pernah di sampaikan oleh gurunya, K.H. Maimoen Zubair.

Bulan Sya’ban ini dianggap sebagai bulan yang mulia. Kemuliaan tersebut lantaran adanya beberapa peristiwa dan keutamaan yang terdapa pada bulan tersebut. Diceritakan bahwa ada dua peristiwa penting yang terjadi pada bulan Sya’ban, yaitu:

  1. Pindahnya kiblat dari Bait al-Maqdis ke Ka’bah.

Setelah hijrah ke Madinah, Nabi Muhammad masih tetap berkiblat ke Baitul Maqdis selama kurang lebih 17 bulan. Seperti yang dinukil Sayyid Muhammad Abbas Al-Maliki dalam kitabnya Ma Dza Fi Sya’ban dari kitab Jami’ li Ahkam Al-Qur’an karya Imam Qurthubi yang mengatakan: “Ketika di Madinah umat Islam melaksanakan shalat menghadap ke Bait al-Maqdis selama 17 bulan 3 hari. Hal ini karena kedatangan Nabi Muhammad ke Madinah terjadi pada hari Senin tanggal 12 bulan Rabi’ul Awal. Kemudian pada hari Selasa pertengahan bulan Sya’ban tahun kedua hijriah, Nabi Muhammad melaksanakan shalat menghadap Ka’bah atas perintah dari Allah.”

Sementara itu Imam Nawawi dalam kitab Nihayah al-Zein menyebut bahwa bulan Sya’ban adalah bulan yang paling mulia setelah asyhur al-hurum (bulan yang dimuliakan). Salah satunya karena adanya perpindahan arah kiblat.

  1. Turunnya ayat Al Qur’an tentang perintah bershalawat.

Pada bulan Sya’ban Allah telah menurunkan QS. Al-Ahzab ayat 56:

“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kalian kepada Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya”.

Bulan Sya’ban menjadi bulan yang sangat istimewa, karena hanya  pada bulan ini turun ayat yang memerintahkan untuk bershalawat kepada Nabi Muhammad. Sebagai umat Nabi yang istimewa, kita tidak boleh menyia-nyiakan bulan yang sangat istimewa ini tanpa memperbanyak bersholawat.

Selain peristiwa-peristiwa diatas, kemuliaan bulan Sya’ban juga disebabkan oleh banyak keutamaan yang tidak dimiliki oleh bulan-bulan yang lain. Misalnya:

  1. Bulan di angkatnya amal ibadah.

Pada bulan Sya’ban amal ibadah manusia dilaporkan kepada Allah. Sayyid Muhammad bin Abbas Al-Maliki dalam kitabnya Ma Dza fi Sya’ban mengistilahkan pelaporan amal perbuatan manusia di bulan Sya’ban ini dengan sebutan al-Raf’ul Akbar Wa al-Ausa’, yaitu laporan terbesar dan terluas. Keutamaan ini telah menyebabkan bulan Sya’ban semakin istimewa. Karena bulan ini menjadi bulan yang ditunggu dan mendebarkan bagi manusia yang mengetahuinya.

  1. Bulan di mana Rasulullah banyak melaksanakan puasa

Dari sekian banyak puasa sunnah, puasa Sya’ban termasuk puasa yang paling banyak keutamaan dan sangat dianjurkan untuk mengerjakannya. Bahkan Rasulullah sendiri sangat senang melakukan puasa Sya’ban dan memperbanyak puasa di bulan tersebut. Oleh sebab itu, Syeikh Nawawi al-Bantani dalam kitab Nihayah al-Zein berkata: “Puasa Sya’ban (disunnahkan) karena Rasulullah menyukai puasa pada bulan itu. Barang siapa yang puasa Sya’ban, dia akan memperoleh syafaat Rasulullah di akhirat kelak.”

Penjelasan Syekh Nawawi ini diperkuat oleh banyak hadis dari para sahabat yang menunjukkan bahwa Rasulullah menyukai puasa Sya’ban dan memperbanyak puasa pada bulan tersebut. Ibnu Khuzaimah dalam kitab Shahih–nya menampilkan sebuah riwayat dari sayyidah Aisyah yang berbunyi: “Bulan yang paling disukai Rasulullah untuk berpuasa ialah  Sya’ban, kemudian dilanjutkan dengan puasa Ramadhan.” Selain dari dua dalil di atas, masih ada banyak hadis shahih yang memperkuat kesunnahan puasa di bulan ini. Tetapi dua dalil di atas sudah cukup untuk menggambarkan kecintaan Rasul pada bulan Sya’ban.

Namun demikian, ada pula hadis riwayat Abu Hurairoh yang mengharamkan puasa pada separuh kedua bulan Sya’ban yang artinya: “Ketika Sya’ban sudah melewati separuh bulan, maka janganlah kalian berpuasa”.

Berdasarkan hadis ini maka puasa Sya’ban haram dilakukan bila dimulai pada tanggal 16. Puasa Sya’ban harus dimulai sebelum tanggal tersebut, seperti mulai tanggal 1 atau paling maksimal tanggal 15. Bila sampai tanggal 15 belum berpuasa, maka haram berpuasa pada tanggal 16 sampai akhir Sya’ban sesuai petunjuk hadis tersebut. Dalam menjelaskan permasalahan ini secara lebih detail Imam Zainuddin Al Malibari menegaskan dalam kitab Fathul Mu’in, bahwa keharaman puasa tersebut bila tidak terdapat alasan syar’i yang mendasarinya. Jika terdapat alasan syar’I, seperti melaksanakan puasa wajib atau karena kebiasaan puasa sunnah yang sudah biasa dilakukan, maka tidak ada keharaman dalam menjalankan puasa Sya’ban.

  1. Adanya malam nisfu Sya’ban

Keutamaan lain yang dimiliki oleh bulan Sya’ban adalah adanya malam nishfu Sya’ban. Di dalam malam tersebut terdapat berbagai keutamaan yang menyangkut peningkatan kualitas kehidupan umat Islam, baik sebagai individu maupun dalam lingkup kemasyarakatan. Pada malam ini umat Islam dianjurkan untuk memperbanyak dzikir dan meminta ampunan serta pertolongan dari Allah.

Secara harfiyah istilah Nishfu Sya’ban berarti hari atau malam pertengahan bulan Sya’ban atau tanggal 15 Sya’ban. Imam Ghazali mengistilahkan malam Nishfu Sya’ban sebagai malam yang penuh dengan syafaat (pertolongan). Menurut al-Ghazali, pada malam ke-13 bulan Sya’ban Allah memberikan sepertiga syafaat kepada hambanya. Sedangkan pada malam ke-14, seluruh syafaat itu diberikan secara penuh. Dengan demikian, pada malam ke-15, umat Islam dapat memiliki banyak sekali kebaikan sebagai penutup catatan amalnya selama satu tahun. Karena pada malam ke-15 bulan Sya’ban inilah, catatan perbuatan manusia akan dinaikkan ke hadapan Allah.

Para ulama menyatakan bahwa Nishfu Sya’ban juga dinamakan sebagai malam pengampunan atau malam maghfirah. Karena pada malam itu Allah menurunkan pengampunan kepada seluruh penduduk bumi, terutama kepada hamba-Nya yang saleh.

Dengan demikian, kita sebagai umat Islam semestinya tidak melupakan begitu saja, bahwa bulan Sya’ban adalah bulan yang mulia. Sesungguhnya bulan Sya’ban merupakan bulan persiapan untuk memasuki bulan suci Ramadhan. Dari sini, umat Islam dapat mempersiapkan diri sebaik-baiknya dengan mempertebal keimanan dan mempe rbanyak amal ibadah sehingga bisa memaksimalkan ibadahnya pada bulan Ramadhan.

Berbagai macam keutamaan dan peristiwa penting yang terkandung dalam bulan Sya’ban sudah selayaknya menjadi motivasi kepada kita untuk selalu melakukan amal kebaikan.

Oleh: Muhammad Ni’amul A’la, Santri Pondok Pesantren Mansajul Ulum.

 

Tulis Komentar
Artikel ini telah dibaca 14 kali

Baca Lainnya

Bayang-Bayang Feodalisme dalam Sistem Pendidikan Indonesia

6 September 2024 - 12:23 WIB

Maqashid Syari’ah: Landasan Pesantren dalam merumuskan Konsep Fikih Digital 

23 Agustus 2024 - 13:38 WIB

Santri Era Society 5.0 Melek Digital Mapan Spiritual

9 Agustus 2024 - 17:03 WIB

Strategi Cemerlang Sultan Al-Fatih dalam Penaklukan Konstantinopel

26 Juli 2024 - 12:25 WIB

Keistimewaan Ilmu Nahwu

12 Juli 2024 - 19:19 WIB

Melestarikan Dakwah Islam Rahmatan Lil Alamin Era Modern Melalui Tulisan

28 Juni 2024 - 07:24 WIB

Trending di Kolom Jum'at