Menu

Mode Gelap

Kolom Jum'at · 11 Agu 2022 01:17 WIB ·

Mbah Mutamakkin dan Perkembangan Pendidikan Kajen


 Makam Syekh Ahmad Mutamakkin Perbesar

Makam Syekh Ahmad Mutamakkin

KOLOM JUM’AT XXVI
Jum’at, 28 Januari 2022

Kota santri, itulah sebutan populer untuk desa Kajen yang terletak di kecamatan Margoyoso, kabupaten Pati. Desa yang keberadaannya jauh dari kota dan kebisingan kendaraan ini dihuni oleh ribuan santri dan dipadati dengan berdirinya gedung-gedung perguruan, madrasah dan pondok-pondok pesantren. Di samping populer dengan predikat kota santri dan menjadi obyek ziarah umat Islam di berbagai daerah, desa ini pernah menjadi saksi hidup seorang waliyullah yang bernama Syeikh Ahmad Mutamakkin.

Syeikh Ahmad Mutamakkin adalah putra dari Sumohadi Negoro yang masih keturunan Randen Patah Demak dan putri Raden Tanu keturunan dari Bejagung Tuban. Tetapi ada sebuah sumber yang mengatakan bahwa beliau berasal dari Persia (Zabul) provinsi Kasan, Iran Selatan, sebagaimana pernah diungkapkan oleh KH. Abdurrohman Wahid (Gus Dur) dalam saat memberikan pengarahan pada acara Munas RMI.

Syeikh Ahmad Mutamakkin dikenal juga dengan nama Ki Cebolek. Julukan ini disematkan kepada beliau karena konon beliau pernah bertempat tinggal di desa Cebolek. Entah yang dimaksud Cebolek adalah sebuah desa yang berada di daerah Tuban sebagaimana yang tertulis di kepustakaan Jawa atau desa Cebolek yang sekarang berada di daerah Pati, Jawa Tengah.

Terlepas dari perbedaan pendapat di atas, ada sebuah cerita lengendaris yang menunjukkan bahwa beliau pernah singgah di desa Cebolek kecamatan Margoyoso kabupaten Pati yang pada masa itu termasuk kecamatan Juwana. Pada saat beliau melakukan perjalanan ibadah haji ke tanah suci, beliau diantar oleh muridnya dari bangsa jin. Di tengah perjalanan pulang dari tanah suci beliau dipindahkan ke seekor ikan Mladang yang di sangka sebatang kayu. Di tengah samudera beliau dibawa oleh ikan tersebut dan mendarat di sebuah pantai yang terletak di daerah kecamatan Margoyoso, kabupaten Pati. Selanjutnya beliau bertempat tinggal di sebuah desa yang diberi nama Cebolek.

Setelah berapa lama beliau bertempat tinggal di desa tersebut, pada suatu malam saat akan melaksanakan shalat Isya’ beliau melihat di arah barat ada seberkas cahaya kemilau menjulang ke atas. Dalam hati kecil, beliau ingin membuktikan isyarat tersebut. Keesokan harinya selepas akan menjalankan shalat ashar sampailah beliau di sebuah gundukan tanah di sebelah barat Perguruan Islam Mathaliul Falah, Kajen. Disitu beliau berjumpa dengan seorang lelaki tua bernama Syamsuddin yang menurut pengamatan dari para sesepuh adalah orang pertama yang menghuni desa Kajen. Syamsuddin kemudian mempercayakan serta menyerahkan desa Kajen kepada syeikh Ahmad Mutamakkin. Setelah mendapat kepercayaan tersebut akhirnya beliau hijrah dan menetap di desa Kajen.

Kehadiran syeikh Ahmad Mutamakkin memberi pengaruh besar terhadap desa Kajen.Desa yang dulunya sepi, menjadi sarang penjahat dan pencuri, kini telah menjadi desa yang ramai dengan syiar-syiar agama. Keturunan beliau dari ketiga putra-putrinya, yaitu Nyai Alfiyah Godek, Kyai Bagus dan K. Endro Muhammad juga menyiarkan dan mengembangkan Islam di Kajen dan sekitarnya. Sehingga perkembangan Islam di Kajen berjalan dengan cepat. Saat ini di Kajen terdapat pesantren dengan ribuan  santri. Antara lain: Pondok Pesantren Raudhatul Ulum yang ada di Kajen tengah, Pondok Pesantren Kulon Banon, Pondok Pesantren Mathaliul Huda pusat, Pondok Pesantren Maslakhul Huda putra, Pondok Pesantren Pesarean, Pondok Pesantren Buludana, Pondok Pesantren Manbaul Ulum, Pondok Pesantren Salafiyah,Pondok Pesantren Al-Hikmah, Pondok Pesantren Ar-Raudlah Ath-Thahiriyyah, Pondok Pesantren Ar-Roudlah, Pondok Pesantren Riyadlul Ma’lah Al-Amin, dan lain-lain.

Di samping pondok pesantren, di Kajen berdiri banyak lembaga pendidikan formal, seperti Salafiyah, Al-Hikmah, dan Cordova. Salah satu lembaga pendidikan legendaris di Kajen karena mampu melahirkan ulama’ dan cendekiawan besar adalah Perguruan Islam Mathaliul Falah (PIM) yang dirintis oleh KH. Abdussalam dan dibantu saudaranya KH. Nawawi. Setelah kepemimpinan Kiai Abdussalam, kepemimpinan di madrasaha tersebut kemudian diteruskan oleh KH. Mahfudh Salam, KH. Abdullah Zain Salam, KH. Muhammadun, KH. MA. Sahal Mahfudh, KH. A. Nafi’ Abdillah, dan sekarang dipimpin oleh KH. Mohammad Abbad Nafi’. Di antara lulusan PIM adalah KH. Ulil Albab Arwani, KH. Moh. Aniq Muhammadun, KH. A. Muadz Thohir, KH. Ubaidillah, KH. Imam Aziz, KH. Arwani Faisal, Ulil Abshar Abdalla, Hj. Badriyah Fayumi, Marwan Ja’far, Marzuki, Saiful Umam, M. Yunus Masrukhin dan lain-lain. Diaspora alumni PIM terjadi di banyak tempat dengan profesi yang berbeda-beda. Seperti ulama’, cendekiawan, politisi, aktivis lembaga swadaya masyarakat, dan pengusaha.

Seiring dengan berkembangnya zaman, Kajen telah mengalami transformasi dari kota santri menjadi kota literasi. Ia menjadi daerah yang di dalamnya dipenuhi oleh sarana dan spirit keilmuan, khususnya membaca dan menulis. Hal ini ditandai dengan beberapa hal.

Pertama, berdirinya perguruan tinggi yang berbasis nilai-nilai pesantren, yaitu Institut Pesantren Mathaliul Falah (IPMAFA) yang dirintis oleh KH. MA. Sahal Mahfud bersama para masyayikh di Kajen dan sekitarnya. Kedua, berdirinya Ma’had Aly Fi Qismil Fikihi Wa Ushulihi Pondok Pesantren Maslakul Huda. Ketiga, berdirinya PDF (Pendidikan Diniyah Formal) mulai Ula, Wustha, dan Ulya di Pondok Pesantren Mathaliul Huda Al-Kutsar di bawah asuhan KH. Ahmad Zakki Fuad Abdillah. Yang terakhir, berdirinya lembaga-lembaga kajian dan penerbitan yang diinisiasi oleh kader-kader muda Kajen seperti perpustakaan Mutamakkin Press yang berhasil menerbitkan banyak buku yang berkualitas.

Oleh: Putri Nadillah, Santri Mansajul Ulum dan Siswi Perguruan Islam Mathali’ul Falah, Pati.

Tulis Komentar
Artikel ini telah dibaca 123 kali

Baca Lainnya

Tantangan Santri Menjadi Mahasiswa di Perguruan Tinggi

14 Februari 2025 - 17:21 WIB

Lunturnya Bahasa Jawa di Era Modern

31 Januari 2025 - 23:29 WIB

Perempuan Guru Ulama Laki-laki Terkemuka

17 Januari 2025 - 09:35 WIB

Peradaban Babilonia: Refleksi dan Resolusi saat Tahun Baru

3 Januari 2025 - 19:35 WIB

Pentingnya Pendidikan Kesetaraan Gender bagi Laki-Laki

20 Desember 2024 - 18:02 WIB

Kritisisme, Juru Damai Rasionalisme dan Empirisme

6 Desember 2024 - 07:47 WIB

Trending di Kolom Jum'at