KOLOM JUM’AT LX
Jum’at, 14 Oktober 2022
Nabi Muhammad SAW merupakan Nabi dan Rasul terakhir yang diutus oleh Allah SWT sekaligus menjadi suri tauladan bagi seluruh umat Islam. Seluruh ucapan, perbuatan, dan sikap beliau menjadi sumber ajaran Islam yang dapat menuntun umat Muslim dalam kebaikan. Tepat pada tanggal 12 Robi’ul awal 571 M beliau dilahirkan. Banyak dari beberapa pakar sejarah telah mengabadikan kisah Rasulullah SAW. Mulai dari masa kecil, remaja, dewasa hingga masa kepemimpinan beliau. Kisah-kisah perjalanan Nabi Muhammad dari berbagai sudut pandang semua dapat dijadikan ibrah yang harus kita teladani. Meneladani yang dimaksud yaitu mengikuti perilaku baik Rasulullah SAW yang diikuti oleh para sahabat maupun umat Islam di zaman sebelumnya.
Salah satunya, beliau dikenal sebagai sosok yang memiliki akhlak yang mulia serta kecintaannya terhadap ilmu. Rasulullah telah memberikan banyak perubahan positif terhadap perkembangan dalam peradaban dunia, sebagai contoh umat Islam dapat bertoleransi terhadap umat lainnya dan sebaliknya. Atas izin Allah SWT, yang telah menurunkan wahyu kepadanya, sehingga terbuktilah sosok yang memberi manfaat dan kebaikan bagi seluruh alam semesta.
Banyak pelajaran (Ibrah) yang dapat kita teladani untuk diamalkan dalam kehidupan sehari-hari, seperti:
1) Akhlak Rasul. Akhlak Nabi yang dapat kita tiru diantaranya adalah selalu berprasangka baik, tidak pernah berbuat keji, berbicara kasar dan rendah hati. Rasulullah berdakwah dengan mengedepankan akhlak. Beliau menjalani kehidupan sehari-hari sebagai contoh baik kepada para umatnya. Dikutip dari salah satu hadist riwayat al-Bukhari dan Abu Hurairah bahwa “Rasulullah merupakan Nabi yang diutus Allah untuk menyempurnakan kesalehan akhlak.” Sebagai umatnya, hendaklah menyadari betapa pentingnya akhlak untuk menemani dalam menuntut ilmu.
2) Berilmu. Kita dapat melihat beberapa kutipan dari sebuah hadist riwayat, salah satunya dari Imam at-Thabarani, dijelaskan bahwa Nabi Muhammad menghimbau kepada segenap umat muslim dengan perintahnya:
“Jadilah engkau orang yang berilmu, orang yang belajar, orang yang mendengarkan ilmu atau orang yang mencintai ilmu.”
Dengan adanya beberapa riwayat hadist ataupun firman Allah yang telah menjelaskan mengenai ilmu, maka dapat disimpulkan bahwa orang yang berilmu merupakan salah satu teladan umat muslim terhadap Nabi Muhammad SAW.
Sebagai penuntut ilmu, maka perlu disadari bahwa akhlak dan ilmu merupakan satu kesatuan yang saling berkesinambungan, pengajaran ilmu pengetahuan akan lebih diterima dengan simpati dan baik, apabila komunikasi yang dijalin dengan siapapun dilakukan dengan aturan tata krama yang rendah hati. Sekalipun ilmu yang disampaikan hanyalah ilmu selain keagamaan, namun cara penyampaiannya dengan akhlak, maka itu lebih bernilai islami karena sesuai dengan keteladanan Rasulullah SAW.
Oleh karena itu, kita dapat merasakan betapa pentingnya akhlak diatas ilmu, karena orang yang sedikit ilmunya akan tetapi akhlaknya baik, itu lebih mulia dibandingkan dengan orang yang memiliki banyak ilmu akan tetapi tidak berakhlak.
Contoh tersebut dapat dijadikan teladan bagi umat muslim, terutama para penuntut ilmu dalam menumbuhkan kesadaran diri untuk memebersamai akhlak di tengah proses menuntut ilmu.
Selain contoh diatas, Rasulullah SAW juga memberikan teladan yang baik setiap kali mengajarkan ilmu. Beliau dapat menggambarkan pengajaran yang baik. Yang dimaksud baik adalah pengajaran yang disampaikan sesuai dengan takaran orang yang diajari olehnya. Melihat orang-orang terdahulu yang masih minim akhlaknya, seperti orang Badui, Nabi mampu memberikan ilmu yang diajarkan sesuai dengan keadaannya. Sehingga mereka dapat memahaminya dengan baik. Seperti, ketika beliau merasa sangat malu akibat mendengar pertanyaan masyarakat Badui yang sangat vulgar. Meskipun begitu, Rasulullah SAW dapat mengatasi dan menjelaskannyn dengan baik melaui kata-kata kinayah.
Salah satu contoh pertanyaan yang dijelaskan oleh Rasul adalah hadist “الماء من الماء “. Hadist tersebut diambil dari salah satu sabda Rasulullah yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Penjelasan hadist tersebut secara harfiah memiliki arti yang sama (lafadz الماء yang pertama dan kedua). Akan tetapi mengandung pengertian yang berbeda. Yang pertama memiliki arti air, sedangkan yang kedua berarti air mani.
Kesimpulan dari hadist tersebut yang dimaksudkan adalah diwajibkannya mandi disebabkan keluar mani. Sehingga sebagian ulama menjadikan hadist tersebut sebagai dalil untuk hukum terkait orang yang junub. Selain memberikan pengaruh besar melalui ajaran-ajaran islami dan akhlak yang baik, beliau juga tidak memberatkan umatnya dalam banyak hal. Seperti pelaksanaan shalat tarawih, siwakan, dan shalat tahajud yang tidak dilakukan secara rutin, dengan tujuan agar tidak menjadi wajib. Ketika dihukumi wajib, tentu hal itu akan memberatkan umatnya.
Keteladanan Nabi Muhammad dalam seluruh aspek kehidupan manusia telah dijelaskan, baik oleh hadis maupun Alquran. Salah satu ayat yang menyatakan keteladanan Nabi terdapat dalam firman Allah SWT pada surat Al-Ahzab ayat 21, yang artinya:
“Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan yang banyak mengingat Allah.”
Oleh karena itu, umat Muslim dianjurkan untuk dapat meneladani Nabi Muhammad SAW dan mampu menerapkan dalam kehidupan sehari-hari baik terhadap keluarga ataupun masyarakat.
Sebagai pemimpin, beliau telah memberikan suri teladan yang begitu hebat. Berbahagia dan banggalah bagi orang-orang yang termasuk bagian dari umat Muhammad SAW, Nabi akhir zaman. Semoga senantiasa mendapat syafaatnya kelak di hari kiamat. Amiiiiiin.
Oleh: Nur Nailin Nikmah, Alumni Mansajul Ulum tahun 2017.