KOLOM JUM’AT LXXXVI
Jum’at, 10 November 2023
Sejarah Hari Pahlawan
Hari Pahlawan 10 November merupakan salah satu peristiwa penting dalam sejarah NKRI. Hal ini dikarenakan pada tanggal tersebut terjadi sebuah pertempuran besar pasca kemerdekaan yang dikenal sebagai pertempuran Surabaya. Setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945 pemerintah mengeluarkan maklumat yang menetapkan sang saka merah putih sebagai bendera nasional. Penetapan tersebut tepatnya pada 1 September 1945. Lalu bendera tersebut dikibarkan oleh rakyat Indonesia hingga meluas ke seluruh daerah-daerah dan salah satunya di Surabaya.
Berdasarkan buku “Bung Tomo Hidup dan Mati Pengobar Semangat Tempur 10 November” karya Abdul Wahid, setelah kemerdekaan telah terjadi pertempuran yang dipicu oleh sejumlah peristiwa, terutaman setelah terjadinya kekalahan Jepang. Rakyat dan pejuang Indonesia berupaya keras mendesak tentara Jepang untuk menyerahkan semua senjatanya kepada Indonesia.
Pada 29 September 1945 tentara Inggris terdiri dari AFNEI (Allied Forces Netherland East Indies) datang bersama dengan Tentara NICA (Netherlands Indies Ciuil Administration). Tugas mereka adalah melucuti senjata tentara Jepang dan memulangkan mereka ke negaranya, membebaskan tawanan perang yang ditahan oleh Jepang, sekaligus mengembalikan Indonesia kepada pemerintahan Belanda sebagai Negara Jajahan.
Hal ini memicu kemarahan warga Surabaya karena mereka menganggap Belanda menghina kemerdekaan Indonesia dan melecehkan bendera merah putih. Maka mereka protes dengan berkerumun di depan Hotel Yamato dan meminta bendera Belanda diturunkan untuk diganti bendera Indonesia.
Menyikapi hal tersebut, perwakilan dari Indonesia berunding dengan pihak Belanda pada 25 Oktober 1945 tetapi berakhir meruncing. Hal itu dikarenakan Ploekman, salah satu perwakilan dari pihak Belanda, mengeluarkan pistol dan akhirnya terjadilah perkelahian dalam ruang perundingan tersebut. Perkelahian tersebut mengakibatkan Ploekman tewas dicekik oleh Sidik di Hotel Yamato. Sejumlah warga ingin masuk ke Hotel akan tetapi Hariyono dan Koesno Wibowo telah berhasil merobek bagian biru bendera Belanda sehingga bendera menjadi merah putih.
Pada tanggal 29 Oktober 1945 pihak Indonesia dan Inggris menandatangani gencatan senjata. Namun keesokan harinya kedua belah pihak bentrok dan menyebabkan Brigadir Jendral Aws Mallaby pemimpin Tentara Inggris tewas tertembak. Lalu mobil yang ditumpangi oleh Brigadir Jendral Aws Mallaby diledakan oleh Milisi.
Dengan ini Mayor Jendral Robert Mansrgh pengganti Mallaby mengeluarkan ultimatum. Ia menyebutkan bahwa semua pimpinan dan orang Indonesia yang bersenjata harus melapor serta meletakan senjatanya di tempat yang sudah di tentukan. Tidak hanya itu, meraka pun meminta orang Indonesia untuk menyerahkan diri dengan mengangkat tangan di atas dengan batas ultimatum pada pukul 06.00 tanggal 10 November 1945.
Ultimatum ini membuat rakyat Surabaya marah sehingga membuat terpecahnya pertempuran pada 10 November. Perang antara dua kubu berlangsung sekitar tiga minggu. Tokoh perjuangan yang menggerakan rakyat Surabaya antara lain Soetomo, K.H. Hasyim Asyari, dan Wahab Hasbullah. Terjadinya pertempuran di Surabaya pada 10 November 1945 itu akhirnya ditetapkan oleh Presiden Soekarno sebagai hari Pahlawan melalui Keputusan Presiden nomor 316 tahun 195 pada 16 Desember 1959.
Peran Penting Ulama
Tidak diragukan lagi perjuangan ulama untuk bangsa dan negara ini sangatlah besar. Semangat mereka mempertahankan NKRI harus dikenang dalam peristiwa 10 November 1945 di Surabaya.
Perjuangan itu juga tidak luput dari kehadiran santri yang turut serta melawan kezaliman sekutu bersama para TKR (Tentara Keamanan Rakyat) yang dipimpin oleh HR Mohammad Mangoendiprodjo. Mereka maju ke medan pertempuran untuk membebaskan diri dari ultimatum penjajah. Dari peristiwa itu lahirlah semangat jihad yang digelorakan oleh kaum santri yang disebut Resolusi Jihad.
Kisah perjuangan para ulama sebagai pahlawan Indonesia, baik sebelum dan pasca kemerdekaan harus dikenang dan dimunculkan dalam catatan Sejarah Indonesia. Sejarah tersebut kemudian juga diajarkan kepada anak-anak muda, baik di sekolah maupun pesantren. Karena kisah tersebut tidak hanya menunjukan sejarah negara, melainkan juga mengajarkan keteladanan kepada anak-anak Indonesia.
Tujuannya adalah untuk mengenalkan makna kepahlawanan kepada mereka dan menanamkan cinta tanah air yang telah diperjuangkan oleh para pahlawan dan ulama hingga tetes darah terakhir. Seperti mempertaruhkan kemerdekaan dengan belajar yang tekun, meraih prestasi di bidang yang diminati, menolong teman yang sedang kesusahan, dan membiasakan mengucapkan terima kasih, maaf, serta tolong kepada orang lain. Dan tak lupa untuk selalu mendo’akan Para Pahlawan yang telah gigih memperjuangkan kemerdekaan, sampai tetes demi tetes darah mengalir untuk kita.
Oleh: M. Salman Al-Farisi, Santri Mansajul Ulum.