KOLOM JUM’AT LIII
Jum’at, 5 Agustus 2022
Hari silih berganti. Bulan pun bergerak. Tahun demi tahun telah terlewati. Tepat pada hari Sabtu (30/07/22) lalu, kita telah memasuki awal bulan dalam kalender Hijriyah, yakni 1 Muharram 1444 H. Orang Jawa menyebut bulan Muharram dengan istilah “Sasi Suro”. Di dalamnya terdapat peristiwa agung yang biasa disebut dengan “Bodo Suro”.
Bagi masyarakat Muslim, bulan Muharram memang menjadi momentum mulia karena menjadi bulan pembuka tahun baru Hijriyah. Wajar saja jika dalam kondisi ini disebut sebagai “Hari Raya Umat Islam”. Jadi tidak hanya tahun baru Masehi saja yang biasa dirayakan oleh orang-orang pada umumnya. Tahun baru Hijriyah juga banyak memberikan kenangan yang terdapat di dalam bulan Muharram ini.
KH. Sholeh Darat menyebutkan dalam kitab Lathaifut Thaharah wa Asrarus Shalah tentang kemuliaan bulan Muharram: “Bahwa awal Muharram itu adalah tahun barunya seluruh umat Islam. Adapun tanggal 10 Muharram adalah “Hari Raya” yang digunakan untuk bergembira dengan shadaqah. Hari raya ini adalah untuk mensyukuri nikmat Allah, bukan hari raya dengan shalat. Tetap hari raya dengan pakaian rapi dan memberikan makanan kepada para faqir. Bagi orang Islam sebaiknya harus mengetahui tahun baru Islam ini”. Maka ketika suasana seperti ini, umat muslim Jawa selalu menggelar acara Suronan dengan berdo’a bersama di musholla dan masjid.
Pada bulan Muharram ini -termasuk dalam bulan-bulan yang haram (asyhurul hurum)- Allah memiliki suatu hari, yang merupakan hari mulia dalam Islam. Hari itu adalah hari Asyura, hari ke sepuluh di bulan Muharram. Menurut beberapa riwayat disebutkan bahwa terdapat banyak kejadian maupun hal-hal penting yang berhubungan dengan hari Asyura’ pada masa lalu. Diantaranya sebagai berikut:
(1) Nabi Adam A.s bertaubat kepada Allah dari dosa-dosanya dan taubat tersebut diterima oleh Allah.
(2) Berlabuhnya kapal Nabi Nuh A.s di bukit Zuhdi dengan selamat, setelah dunia dilanda banjir yang menghanyutkan dan membinasakan.
(3) Selamatnya Nabi Ibrahim A.s dari siksa raja Namrud, berupa api yang membakar.
(4) Sembuhnya Nabi Ayyub A.s dari penyakitnya yang menjijikkan.
(5) Selamatnya Nabi Musa A.s dan umatnya, kaum bani Israil dari pengejaran Fir’aun di laut merah. Beliau dan umatnya yang berjumlah sekitar lima ratus ribu orang selamat memasuki gurun Sinai untuk kembali ke tanah leluhur mereka.
Selain peristiwa-peristiwa di atas, masih banyak lagi peristiwa lain yang terjadi pada hari sepuluh Muharram. Karena itulah, sangat wajar bila hari Asyura’ dianggap sebagai hari yang bersejarah. Lantaran di dalamnya penuh peristiwa kenangan dan pelajaran yang berharga bagi umat Islam.
Selain peristiwa-peristiwa penting yang telah disebutkan, hari Asyura juga merupakan hari yang dianjurkan untuk mengamalkan puasa Asyura. Sayyidah Aisyah, istri Nabi SAW. menyatakan bahwa hari Asyura adalah hari orang-orang Quraisy berpuasa di masa Jahiliya., Nabi Saw. juga ikut mengerjakannya. Setelah Nabi berhijarah dari Makkah ke Madinah, beliau terus mengerjakan puasa itu dan memerintahkan para sahabat agar berpuasa di hari tersebut. Rasulullah SAW. bersabda:
من شاء أن يصومه فليصمه ومن شاء أن يتركه فليتركه
Artinya: “Barang siapa yang berkehendak berpuasa Asyura puasalah dan siapa yang tidak berkehendak boleh meninggalkannya.” (HR. Bukhari, No: 1489; Muslim, No: 1987).
Tak hanya puasa Asyura pada tanggal 10 Muharram yang dianjurkan. Pada tanggal 9 Muharram juga dianjurkan puasa Tasu’a (hari kesembilan bulan Muharram). Demikian pula pada hari kesebelas pun dianjurkan oleh Nabi Muhammad Saw. untuk berpuasa. Imam Syafi’I dalam kitabnya al-Um dan al-Imla’ menegaskan bahwa disunnahkan berpuasa selama tiga hari pada bulan Muharram; puasa Asyura, Tasu’a dan puasa hari kesebelas.
Dari uraian di atas dapat kita simpulkan, bahwa hari Asyura merupakan hari bersejarah yang diagungkan dari masa ke masa. Kita sebagai umat muslim hendaknya menyambut hari itu dengan banyak mengambil pelajaran yang bermanfaat dari sejarah masa lalu dan sesuai dengan tuntutan Rasulullah sebagaimana disebutkan, yaitu:
Pertama, mengerjakan puasa sunnah pada hari Asyura. Keutamaan puasa pada hari ini diantaranya disebutkan dalam hadits Nabi:
سئل عن صيام يوم عاشوراء؟ قال : يكفر السنة الماضية
Artinya: “Nabi SAW. ditanya tentang puasa hari Asyura, beliau menjawab: “Puasa pada hari Asyura menghapuskan dosa setahun yang lalu”.” (HR. Muslim, No: 1977).
Kedua, mengerjakan puasa Tasu’a atau puasa sunnah pada hari kesembilan di bulan Muharram. Dengan demikian, kita disunnahkan melakukan puasa Asyura dengan menambah satu hari sebelumnya, yaitu hari Tasu’a.
Ketiga, memperbanyak sedekah. Dalam menyambut bulan Muharram diperintahkan agar memperbanyak sedekah, membantu anak-anak yatim, membantu keluarga, kaum kerabat, orang-orang miskin dan mereka yang membutuhkan. Semua itu kita lakukan dengan tidak memberatkan diri sendiri dan disertai keikhlasan serta semata-mata mengharap ridha Allah.
Di Indonesia, Tanggal 10 Syura juga diperingati sebagai salah satu peringatan tradisional yang sangat dijunjung tinggi. Bahkan bulan ini diyakini sebagai bulan yang keramat. Masyarakat menghormatinya dengan melakukan ritual-ritual selametan yang bermacam-macam. Misalnya dengan membuat ‘bubur suro’ atau ‘bancaan suro’ yang dibagikan kepada para tetangga. Di beberapa daerah tertentu, tanggal 10 Muharram juga diperingati secara istimewa. Terutama, jika terdapat momen khusus, seperti haul. Misalnya, haulnya Mbah Sunan Kudus di Kudus. Masyarakat di sekitar makam, mengadakan peringatan ‘buka luwur’ untuk mengenang perjuangan dan jasa-jasa beliau.
Di Kajen, ada haul Mbah Ahmad Mutamakkin yang diperingati dengan serangkaian acara yang bermacam-macam. Ada acara keagamaan, seperti takhtiman Alquran, pengajian umum, tahlil, dan musyarah keagamaan (bahtsul Masail). Ada pula kegiatan sosial kemasyarakat seperti lomba-lomba, pawai marching band, dan lain-lain. Haul Mbah Mutamakkin juga diperingati secara budaya melaui ritual ‘Buka Selambu’. Semua itu dilakukan untuk memberi penghormatan kepada Mbah Mutamakkin sebagai tokoh yang telah berjasa dalam berdakwah dan membuka desa Kajen dan sekitarnya. Itulah beberapa peristiwa penting di bulan Muharram yang bisa kita ambil pelajaran dan hikamhnya.
Oleh: Fitriyani Miladiyah, Alumni Mansajul Ulum tahun 2020 dan Mahasiswa UIN Walisongo.