Menu

Mode Gelap

Kolom Jum'at · 11 Agu 2022 03:23 WIB ·

Semangat Menyambut Ramadhan


 Sumber gambar : beritakarya.id Perbesar

Sumber gambar : beritakarya.id

KOLOM JUM’AT XXXV
Jum’at, 1 April 2022

Bagi umat Islam, datangnya Ramadhan sangatlah ditunggu. Karena bulan Ramadhan adalah bulan yang penuh berkah dan keutamaan. Kebahagiaan menyambut bulan Ramadhan telah tampak di sekitar kita. Masyarakat, baik tua maupun muda, ramai-ramai mempersiapkan diri. Semua tempat perbelanjaan, seperti pasar, mall, maupun toko semakin ramai dikunjungi oleh para pembeli. Makanan ringan, pakaian, hingga toko bangunan semakin padat oleh pengunjung. Daya beli masyarakat semakin naik lantaran datangnya Ramadhan. Masyarakat ingin mempersiapkan diri sebaik-baiknya untuk menyambut Ramadhan.

Gegap gempitanya penyambutan Ramadhan ini bisa difahami. Karena di dalam bulan Ramadhan terdapat beberapa keistimewaan, seperti turunnya Alquran danadanya lailatul qodar. Selain itu, di dalam bulan ini juga terdapat ibadah yang sangat mulia, yaitu puasa Ramadhan. Rasulullah SAW menjelaskan bahwa puasa adalah seperempat iman (الصوم ربع الإيمان). Selanjutnya, Nabi juga mengatakan bahwa ibadah puasa Ramadhan memiliki keistemewaan khusus karena menjadi ibadah yang khusus milik Allah. Pahala yang diberikan juga melebihi dari pahala amal-amal ibadah yang lain. Sabda Nabi dalam hadis Qudsi menyatakan:

كل حسنة بعشر أمثالها إلى سبعمائة ضعف إلا الصيام فإنه لي وأنا أجزي به.

Artinya: “Setiap pahala kebaikan dilipatkan sepuluh kali sampai dengan tujuh ratus kali, kecuali puasa. Sesungguhnya ia adalah milik-Ku dan Aku akan membalasnya sendiri.”

Karena mulianya ibadah ini, maka orang yang berpuasa di bulan Ramadhan juga mendapatkan kemuliaan yang tidak didapat dari ibadah yang lain. Diantara kemuliaan orang yang ibadah puasa adalah sebagaimana yang disebutkan dalam hadis Nabi:

والذي نفسي بيده لخلوف فم الصائم أطيب عند الله من ريح المسك يقول الله عز وجل إنما يذر شهوته وطعامه وشرابه لأجلي فااصوم لي وأنا أجزي به.

Artinya: “Demi Dzat penguasa diriku, sesungguhnya bau mulut orang yang berpuasa menurut Allah itu lebih harum dibanding aroma minyak misik. Allah berfirman sesungguhnya orang yang berpuasa itu meninggalkan syahwat, makanan, dan minuman karena Aku. Puasa adalah ibadah milik-Ku dan Aku akan membalasnya sendiri.”

Keutamaan ibadah puasa diatas, bukan begitu saja bisa dicapai oleh setiap orang yang menjalankannya. Melainkan ada beberapa syarat dan ketentuan yang harus diperhatikan oleh orang yang berpuasa. Syarat dan ketentuan itu bisa dikategorikan dalam dua hal. Pertama, memperhatikan ketentuan yang terkait dengan syari’at sebagaimana dalam ajaran fiqh. Kedua, memperhatikan ketentuan yang terkait dengan tasawuf.

Ketentuan yang berkaitan dengan syariat, secara global, Imam Ghazali meringkasnya ke dalam enam hal.

  1. Orang yang hendak berpuasa haruslah memastikan diri waktu masuknya Ramadhan. Waktu Ramadhan, sebagaimana ditegaskan dalam Hadis Rasul, adalah dengan melihat hilal atau tanggal yang telah terbit. Jika tidak bisa, maka dengan menunggu sempurnanya 30 hari bulan Sya’ban.
  2. Orang yang hendak berpuasa harus memastikan niat puasa. Niat puasa sendiri bisa dilakukan sepanjang malam. Berarti saat masuk waktu maghrib hingga masuk waktu subuh, itulah waktu niat puasa Ramadhan.
  3. Orang yang berpuasa haruslah menjaga diri dari masuknya segala sesuatu ke dalam rongga tubuh secara sengaja. Termasuk rongga tubuh adalah mulut, hidung, mata, telinga, anus ataupun lobang yang terdapat pada alat kelamin. Baik yang masuk berupa makanan, minuman, atau benda-benda yang lain. Kecuali jika masuknya tidak disengaja atau termasuk hal-hal yang dima’fu, seperti bekam, memakai celak mata, atau debu yang bertebaran di jalan.
  4. Orang yang berpuasa juga harus menjaga diri dari berjimak dengan pasangan sahnya di siang hari bulan Ramadhan. Jika melakukan hal ini dengan sengaja, maka pelakunya terkena kifarat udzma, yaitu memerdekakan budak. Jika tidak mampu harus berpuasa dua bulan berturut. Jika tidak mampu maka harus memberi makan 60 orang miskin.
  5. Menjaga diri dari keluarnya mani secara sengaja. Baik karena pandangan, sentuhan, atau fantasi seksual. Berbeda dengan keluarnya mani yang tidak disengaja, seperti karena mimpi, maka tidak membatalkan puasa.
  6. Orang yang berpuasa juga harus menjaga diri dari sengaja muntah-muntah. Jika muntahnya bukan disengaja, maka tidak membatalkan puasa.

Enam hal diatas adalah ketentuan dasar syari’at yang harus diperhatikan oleh orang yang berpuasa. Namun demikian, ketentuan tersebut belum bisa memastikan bahwa puasa kita akan diterima oleh Allah dan mendapatkan pahala yang dijanjikan-Nya. Nabi mewanti-wanti melalui hadisnya yang berbunyi:

كم من صائم ليس له من صومه إلا الجوع والعطش.

Artinya: “Banyak sekali orang yang berpuasa, tetapi tidak mendapatkan apapun dari puasanya, kecuali lapar dan dahaga.”

Sabda Nabi di atas menunjukkan bahwa puasa dengan menjaga diri dari makan dan minum semata masih belum cukup untuk dapat diterima dan mendapatkan pahala-Nya. Untuk meraih pahala itu, orang yang berpuasa juga perlu memperhatikan ketentuan-ketentuan tasawuf yang menuntun batin kita agar ibadah kita benar-benar murni dan terjaga.

Al Ghazali dalam Ihya’ menjelaskan bahwa orang yang berpuasa perlu menjaga diri dari apapun yang bisa menggugurkan puasa secara batin. Hal-hal yang bisa membantu kita menjaga batin kita diantaranya adalah menjaga mata kita dari pandangan yang haram dan tidak baik, menjaga lisan dari kebohongan, ghibah, atau umpatan. Selain itu perlu pula untuk menjaga telinga kita dari mendengarkan hal yang tidak diperbolehkan syara’, serta menjaga seluruh anggota tubuh kita dari segala kemaksiatan. Bahkan juga menjaga diri dari berlebihan dalam mengkonsumsi makanan halal serta mengupayakan hati agar tetap khusyu’ dan mengingat kepada-Nya.

Dua pengetahuan tentang syari’at dan tasawuf itulah bekal yang perlu kita bawa untuk meraih keutamaan puasa. Dengan bekal itu kita berharap bisa semakin khusyu’ menjalankan ibadah puasa dan diterima oleh Allah sebagai ibadah yang menjadi milik-Nya semata. Wallahu a’lam bisshawab.

Oleh: Umdah El Baroroh, Pendamping Santri Mansajul Ulum.

Tulis Komentar
Artikel ini telah dibaca 45 kali

Baca Lainnya

Pentingnya Memiliki Sanad Keilmuan

11 Oktober 2024 - 16:05 WIB

Masa Depan Kapitalisme: Jurang Kemiskinan, Kesenjangan Sosial dan Krisis Ekologi

27 September 2024 - 19:33 WIB

Bayang-Bayang Feodalisme dalam Sistem Pendidikan Indonesia

6 September 2024 - 12:23 WIB

Maqashid Syari’ah: Landasan Pesantren dalam merumuskan Konsep Fikih Digital 

23 Agustus 2024 - 13:38 WIB

Santri Era Society 5.0 Melek Digital Mapan Spiritual

9 Agustus 2024 - 17:03 WIB

Strategi Cemerlang Sultan Al-Fatih dalam Penaklukan Konstantinopel

26 Juli 2024 - 12:25 WIB

Trending di Kolom Jum'at