KOLOM JUM’AT LXXVI
Jum’at, 19 Mei 2023
Bahasa internasional adalah bahasa yang digunakan untuk komunikasi internasional. Dalam kata lain, bahasa yang digunakan oleh sebuah negara untuk meyampaikan kepentingannya kepada negara lain. Seperti kepentingan diplomasi, kerjasama internasional atau hubungan bilateral. Sehingga kebutuhan terhadap bahasa internasional bagi sebuah negara tidak dapat dipungkiri lagi. Kemudian yang menjadi pertanyaan adalah, bahasa apa sajakah yang bisa menjadi bahasa internasional?
Bahasa internasional yang sudah menjadi konsensus dan diakui oleh seluruh negara dunia adalah Bahasa Inggris. Tentunya hal demikian menjadi kebanggaan tersendiri bagi penutur Bahasa Inggris. Lantas sebagai warga negara Indonesia yang baik, mengapa Bahasa Indonesia tidak menjadi bahasa internasional? Padahal dari sisi sejarah, Bahasa Indonesia telah digunakan oleh 300 Juta jiwa dan digunakan sebagai bahasa persatuan. Ujung pangkal problem ini ternyata disebabkan oleh jumlah kosa kata Bahasa Indonesia yang masih sangat terbatas, dengan sekurang-kurangnya 127 Ribu kosa kata. Dengan demikian, faktor yang menjadikan sebuah bahasa menjadi bahasa internasional adalah kekayaan bahasa itu sendiri.
Namun, faktor kekayaan saja ternyata juga tidak cukup. Ada faktor lain yang juga sangat berpengaruh bagi bisa tidaknya sebuah bahasa menjadi bahasa internasiona. Seperti Bahasa Inggris menjadi internasional disebabkan oleh kolonialisasi kerajaan Inggris di beberapa negara, baik di bidang hiburan, budaya, bisnis dan teknologi. Karena itu Inggris mampu mengalahkan bahasa lain yang kosa katanya lebih banyak dari bahasa Inggris, seperti bahasa Arab. Bahasa Arab mempunyai kosa kata yang jauh lebih banyak jika dibandingkan dengan bahasa Inggris. Hal ini dibuktikan dengan jumlah kosa kata yang dimiliki bahasa Inggris. Ia hanya memiliki kurang lebih 250.000 kata. Jika kekayaan suatu bahasa menjadi latar belakang untuk dijadikan sebuah bahasa internasional, maka bahasa Arablah pemenangnya. Karena dikatakan dalam sebuah penelitian bahwa bahasa Arab mempunyai kurang lebih 12,3 juta kosa kata. Dengan demikian, rasio kekayaan bahasa Arab jauh lebih banyak dibandingkan dengan bahasa Inggris.
Sebagai bahasa terkaya di dunia, bahasa Arab mempunyai potensi yang sangat besar untuk menjadi bahasa internasional. Karena itu, tepat pada 18 Desember 1973, organisasi pendidikan, keilmuan, dan kebudayaan PBB yaitu UNESCO (United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization) menetapkan bahasa Arab sebagai bahasa internasional keenam. Pengakuan UNESCO terhadap bahasa Arab sebagai bahasa internasional dilatarbelakangi oleh peran strategis bahasa Arab itu sendiri. Yaitu kedudukannya sebagai bahasa salah satu kitab suci agama yang penganutnya tersebar di seluruh dunia. Kekayaan bahasa Arab selain dari kosa kata juga dikuatkan dengan keilmuan bahasa Arab yang sangat banyak. Dijelaskan oleh Syaikh Musthofa Al Gholayini dalam kitabnya, “Jami’ ad Durus fi an Nahwi Wa as Shorfi” bahwa bahasa Arab mempunyai 13 cabang keilmuan, di antaranya ilmu nahwu, ilmu shorof, ilmu arudh, ilmu qawafi dan ilmu balaghah.
Pencapaian bahasa Arab sebagai bahasa internasional memberikan tugas dan tantangan besar terhadap bahasa Arab itu sendiri untuk terus menjaga eksistensinya di dunia modern. Terutama berkaitan dengan pembelajaran bahasa Arab. Eksistensi Bahasa Arab dapat terus terjaga apabila keilmuan bahasa Arab terus dipahami oleh para penuturnya.
Telah menjadi pengetahuan umum bahwa, pengguna bahasa Arab tidak hanya penduduk di negara Arab, melainkan juga penduduk non-Arab. Mereka tidak sedikit yang juga menggunakan bahasa Arab. Penggunaan bahasa Arab bagi penduduk non-Arab dapat kita ketahui dari banyaknya studi-studi keagamaan yang masih menggunakan turats sebagai basis ilmu pengetahuan. Sehingga, tantangan terbesar bagi bahasa Arab saat ini adalah tentang bagaimana melakukan trasnsformasi pengetahuan keilmuan bahasa Arab kepada generasi penerus. Trasnformasi pengetahuan dapat dilakukan dengan metode pembelajaran yang mudah dan sederhana. Metode dalam sebuah pemelajaran mempunyai posisi yang sangat vital dalam menentukan kesuksesan proses transformasi keilmuan.
Penulis melihat bahwa metode pembelajaran bahasa Arab untuk masyarakat Arab ataupun non-Arab masih sangat minim. Sementara bidang keilmuannya sangat luas sekali. Walaupun akhir-akhir ini sudah terdapat metode pembelajaran keilmuan tertentu yang sudah berkembang, seperti metode Amtsilati, Tamyiz dan Metode 33. Akan tetapi, belum ada metode pembelajaran bahasa Arab yang bisa menyatukan berbagai cabang keilmuan bahasa Arab secara lebih mudah dan sederhana. Sehingga pembelajaran bahasa Arab masih terasa berat dan sulit bagi masyarakat non-Arab.
Dengan demikian, perlu sebuah metode yang lebih mudah dan sederhana yang mampu mensimplifikasikan atau memudahkan pembelajaran bahasa Arab, baik bagi penutur Arab dan non-Arab. Karena itu ke depan, terdapat tugas besar bagi bahasa Arab untuk terus melakukan inovasi dalam menciptakan metode-metode pembelajaran yang memudahkan pengguna bahasa Arab, sehingga dapat memudahkan transformasi keilmuan bahasa Arab kepada generasi selanjutnya, baik bagi penutur bahasa Arab murni atau non-Arab.
Oleh: Muhammad Ulil Albab, santri Mansajul Ulum dan Mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa Arab Institut Pesantren Mathali’ul Falah, Pati.