KOLOM JUM’AT CXVII
Jum’at, 14 Februari 2025
Istilah “santri” tidak bisa dipisahkan dari pondok pesantren. Pondok pesantren sendiri adalah lembaga pendidikan Islam tradisional di Indonesia yang bertujuan untuk mendalami ilmu agama dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Sejak ratusan tahun lalu, pesantren telah menjadi bagian penting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa.
Pada masa kolonial, pesantren berperan besar dalam dunia pendidikan dan perjuangan melawan penjajahan. Pesantren memiliki keunikan tersendiri. Pertama, pesantren hadir sebagai respons terhadap perubahan sosial, terutama dalam menjaga nilai-nilai moral. Kedua, pesantren berfungsi untuk menyebarkan ajaran Islam ke seluruh pelosok Nusantara.
Banyak pelajar dari berbagai jenjang, mulai dari Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah, memilih pesantren sebagai tempat belajar. Bahkan setelah lulus sekolah, banyak santri yang melanjutkan ke perguruan tinggi. Namun, jenjang perkuliahan menjadi tantangan baru bagi santri karena lingkungan yang berbeda dan tuntutan akademik yang lebih tinggi.
Menempuh pendidikan di perguruan tinggi bagi santri bukan sekadar melanjutkan studi, tetapi juga membutuhkan perjuangan dan penyesuaian, baik dalam lingkungan sosial maupun akademik. Santri harus memiliki niat yang kuat dalam mencari ilmu, bukan hanya untuk kepentingan duniawi, tetapi juga untuk meraih ridha Allah. Seperti yang disebutkan dalam kitab Ta’limul Muta’allim karya Imam Az-Zarnuji:
“Di waktu belajar hendaklah berniat mencari ridha Allah, kebahagiaan akhirat, memerangi kebodohan, dan mengembangkan agama. Jangan diniatkan untuk mencari pengaruh, kenikmatan dunia, atau kehormatan di hadapan penguasa.”
Selain niat yang kuat, santri juga dihadapkan pada berbagai faktor yang mempengaruhi keinginan melanjutkan studi, seperti dorongan keluarga dan motivasi pribadi. Namun, banyak santri yang belum memiliki kesiapan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan perguruan tinggi.
Dalam kitab Idhotun Nasyi’in karya Syaikh Musthafa Al-Ghalayini disebutkan bahwa banyak orang tua yang lebih mengutamakan pendidikan profesional, seperti kedokteran, dibandingkan dengan pendidikan moral dan sosial. Padahal, pendidikan karakter sangat penting dalam membentuk generasi yang berakhlak baik dan berkontribusi bagi masyarakat.
Perguruan tinggi bukan hanya tempat mencetak tenaga profesional, tetapi juga calon pemimpin masa depan. Oleh karena itu, pendidikan tinggi perlu menanamkan nilai-nilai karakter, moral, dan akhlak. Dalam hal ini, pengalaman di pesantren dapat menjadi modal berharga bagi santri dalam mengembangkan diri dan berkontribusi di lingkungan kampus.
Salah satu wadah bagi santri untuk mengamalkan ilmunya di perguruan tinggi adalah melalui LDK (Lembaga Dakwah Kampus). LDK merupakan organisasi mahasiswa yang berfokus pada dakwah Islam dan tersebar di berbagai perguruan tinggi di Indonesia. Dengan bergabung dalam LDK, santri dapat berperan dalam menyebarkan nilai-nilai Islam di lingkungan akademik serta membangun karakter kepemimpinan.
Mahasiswa, termasuk santri, memiliki peran strategis dalam perubahan sosial. Kampus merupakan tempat yang subur untuk menanamkan pemikiran Islam, yang diharapkan nantinya akan tersebar ke masyarakat luas. Oleh karena itu, peran santri tidak hanya terbatas di pesantren, tetapi juga dapat berkembang di perguruan tinggi melalui organisasi dakwah dan kegiatan sosial.
Sebagai penutup, marilah kita terus memajukan dunia pendidikan dengan tetap berpegang pada nilai-nilai Islam. Semoga generasi santri di Indonesia tumbuh menjadi pribadi yang berkarakter, mengamalkan ilmunya dengan ikhlas, serta memberikan manfaat bagi masyarakat dan bangsa. Wallahu a’lam.
Oleh: Jawahir Ageng, alumni Mansajul Ulum.