KOLOM JUM’AT CXI
Jum’at, 22 November 2024
Semakin maraknya kasus kekerasan baik berupa fisik, verbal, maupun psikologis yang terjadi terutama di lingkungan pesantren, mengakibatkan adanya perspektif yang sangat negatif dan muncul kehawatiran di kalangan masyarakat. Oleh karena itu, pesantren yang ramah anak sangatlah dibutuhkan dalam menjaga keseimbangan.
Isu kekerasan di pesantren tentu merupakan tantangan yang serius dan memerlukan perhatian bersama baik dari pengasuh, pesantren, pemerintah, masyarakat, orang tua, dll. Meskipun kita tahu bahwa tak semua pesantren terlibat dalam kekerasan, untuk itu bisa ditinjau dari berbagai sudut pandang termasuk budaya, sosial, pendidikan, tata kelola, serta kondisi psikologis seseorang.
Kita bisa mengambil contoh kasus pada pada tahun 2021, tepatnya di daerah Jawa Timur. Di mana seorang santri meninggal dunia dikarenakan mengalami kekerasan fisik dari santri seniornya. Mirisnya kekerasan ini digunakan sebagai dalih untuk mendisiplinkan korban. Belum sampai berita itu reda langsung disusul lagi kasus yang berbeda pada tahun 2022, kasus besar yang terjadi di Bandung, Jawa Barat. Di mana seorang pimpinan pesantren dinyatakan bersalah atas pelecehan seksual terhadap banyak santri perempuan selama beberapa tahun yang baru terungkap.
Kasus ini masih menjadi sorotan bagi semua orang yang mana pesantren menjadi lingkungan terjadinya kekerasan. Dari situ keresahan masyarakat semakin menjadi-jadi yang mana orang tua dengan sepenuhnya menyerahkan anaknya untuk dididik menjadi lebih baik, dengan berat hati sangat kecewa karena tak sesuai dengan harapannya. Di mana pesantren yang sangat terkenal atau terpercaya sebagai wadah pendidikan dengan segudang ilmu pengetahuan, dan banyak juga harapan besar yang tidak seperti realitanya.
Pesantren merupakan lembaga tertua di Indonesia, yang memiliki peran sangat strategis dalam pembentukan karakter dan pendidikan agama pada generasi muda. Namun, di tengah pesatnya perkembangan pendidikan modern dan meningkatnya kesadaran akan hak-hak anak, muncul kebutuhan yang mendesak untuk menciptakan pesantren ramah anak.
Pesantren ramah anak ialah pesantren yang mengutamakan kesejahteraan, keselamatan, serta perkembangan para santri baik dari segi intelektual serta kontekstual. Konsep utamanya sendiri yakni bertujuan menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, bukan hanya berfokus pada pendidikan agama tapi juga memiliki tanggungjawab untuk mencetak generasi yang berkarakter baik, kuat secara mental, dan memiliki kepedulian sosial.
Hal ini perlu digaris bawahi untuk dijadikan sebagai cambuk bagi kita yang notabenenya menyandang status santri. Karena hal ini juga merupakan bagian internal dari lembaga itu sendiri. Maka, sebisa mungkin harus ikut andil dan mempunyai tanggungjawab dalam mengimplementasikannya. Pendekatan yang bisa kita terapkan antara lain:
- Pendidikan tentang Hak Anak
Santri perlu diberikan pemahaman mengenai hak-hak mereka. Seperti hak atas pendidikan, yakni setiap individu berhak mendapatkan pendidikan yang berkualitas tanpa adanya diskriminasi. Kemudian perlindungan dari kekerasan guna untuk menjaga HAM dan menciptakan lingkungan yang aman bagi individu maupun kelompok.
- Menerapkan Nilai-nilai Islami
Santri diajarkan untuk menerapkan nilai kasih sayang, keadilan, serta perlindungan terhadap sesama, dengan demikian maka akan tercipta suasana pesantren yang harmonis dan toleran. Misalnya: mengajarkan santri untuk saling membantu tanpa menggunakan adanya kekerasan fisik maupun verbal. Selain itu, ketika santri mempunyai masalah atau konflik, santri juga diarahkan menyelesaikan masalahnya melalui musyawaroh.
- Kelompok Perlindungan Santri
Di sini peran antara pengurus dan santri senior sangat dibutuhkan dalam memastikan lingkungan untuk tetap aman dan nyaman. Selain itu, dijadikan sebagai wadah santri untuk menyalurkan aspirasi atau kendala mereka lebih tepatnya menempatkan diri mereka sebagai konselor santri.
- Partisipasi dalam Keputusan
Santri harus sering dilibatkan dalam pengambilan keputusan, misalnya santri harus dilibatkan dalam membuat tata tertib pondok yang perlu dievaluasi setiap tahunnya dengan efesien. Hal ini dikarenakan ketika seseorang terlibat dalam pengambilan keputusan, sebisa mungkin dia akan mematuhi dan menghargainya karena ia merasa ikut andil dalam membuat peraturan tersebut.
- Pendampingan Psikologis
Memberikan dukungan terhadap para santri, baik dukungan mental atau emosional dalam menghadapi berbagai tantangan dalam kehidupan mereka, dengan tujuan membantu dalam memahami perasaan, mengelola stres, mengatasi masalah, dan meningkatkan kesejahteraan psikologi secara keseluruhan.
- Membuat Kegiatan Ekstrakulikuler
Tak bisa dipungkiri bahwa seseorang lahir itu dibekali akal dan keunikannya masing-masing. Oleh karena itu, kegiatan ekstrakuler di sini hanya sebagai penunjang atau sebagai wadah untuk mengembangkan minat dan bakat santri supaya lebih kreatif dan inovatif.
- Disiplin edukatif
Sering disalah pahami Panishmen dijadikan sebagai ajang kekerasan, namun peran disiplin edukatif di sini hadir sebagai pendekatan atau peralihan sebagai pembelajaran yang lebih mendidik. Seperti menerapkan pannishmen sebagai efek jera dengan mempertimbangkan rasa manusiawi. Contoh: ketika seorang santri melanggar peraturan maka disuruh untuk membaca istighfar atau menghapalkan bait alfiyah dan bisa juga disuruh untuk membersihkan pondok, dll.
- Solidaritas Antarsantri
Santri harus didorong untuk menjaga satu sama lain dari tindakan kekerasan, bulliying, atau pelecehan. Langkah yang tepat ialah dengan memberikan edukasi, sosialisasi, atau membekali santri dengan adanya seminar dan pelatihan. Sehingga mendukung terciptanya lingkungan yang bebas dari kekerasan dan penuh kasih sayang antar sesama.
Setelah menelisik pendekatan di atas, santri diharapkan lebih banyak berpartisipasi aktif dalam menciptakan lingkungan yang aman, mendukung, dan sesuai dengan prinsip-prinsip hak anak. Implementasi pesantren ramah anak di kalangan santri tentu juga memerlukan pendekatan secara holistik, yakni melibatkan antara pendidikan, kepemimpinan, pengawasan, serta dukungan emosional dan sosial yang kuat. Oleh karena itu, pasti dibutuhkan adanya kerjasama dan dukungan dari berbagai pihak baik santri, pengurus, pengasuh, pemerintah, dan masyarat yang ikut andil dalam mencapai tujuan yang sama. Dengan demikian, pesantren dapat menjadi tempat yang benar-benar lebih kondusif bagi perkembangan holistik santri serta menjadi lembaga pendidikan yang unggul dalam menanamkan nilai-nilai agama, tapi tetap harus menjaga keseimbangan, keamanan, dan kesejahteraan untuk para penerus bangsa.
Oleh: Fika Nurun Tajalla, Santri Mansajul Ulum.