Malam hari adalah waktu yang ideal bagi para penuntut ilmu untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang mendukung proses pembelajaran. Hal ini dikarenakan pada malam hari mempunyai suasana yang kondusif dan tenang. Sehingga mendukung pencari ilmu untuk lebih fokus dan konsentrasi dalam memahami pelajaran. Akan tetapi, banyak orang yang belum memaksimalkan waktu tersebut dengan kegiatan yang bermanfaat. Justru malam hari digunakan untuk bermain game dan scrolling konten-konten murahan di media sosial. Bagi seseorang yang sedang dalam proses tholabul ilmi (mencari ilmu), biasanya mereka begadang untuk muthola’ah (mengulang materi yang telah disampaikan oleh guru). Hal ini dilakukan sebagai upaya dalam mencari ilmu. Dijelaskan oleh Alodokter bahwa begadang mempunyai dampak kesehatan bagi tubuh. Di sisi lain, di dalam kitab Ta’limul Muta’alim ditekankan bahwa melek di malam hari (Qiyamul lail) mempunyai banyak keutamaan. Tulisan ini akan membahas terkait kedua hal tersebut..
Efek Begadang bagi Kesehatan
Begadang di dalam dunia kesehatan dipandang sebagai kebiasaan yang memiliki dampak serius bagi tubuh. Hal ini dikarenakan malam hari adalah waktu untuk istirahat bagi tubuh. Selain menyebabkan kantuk dan kelelahan, kurang tidur juga berpotensi meningkatkan risiko penyakit, seperti diabetes, obesitas, tekanan darah tinggi, dan penyakit jantung. Dilansir dari New York Times, sebuah studi menunjukkan bahwa kurang tidur di masa muda dapat meningkatkan risiko Demensia (penurunan fungsi otak) ketika seseorang mencapai usia 70-an.
Jika begadang dilakukan secara terus menerus akan tampak buruk bagi kesehatan di antaranya; gangguan fungsi otak, penurunan sistem imun, risiko penyakit kronis dan masih banyak lainnya. Hal ini jika menjadi kebiasaan seorang tholibul ilmi akan mengganggu dalam mencari ilmu. Sehingga, kesehatan juga harus diperhatikan agar badan kita tetap dalam kondisi fit saat mencari ilmu dan mudah untuk berkonsentrasi dengan baik.
Begadang dalam Ta’limul Muta’allim
Pada hakikatnya begadang dipandang sebagai kebiasaan yang tidak baik, baik dari kesehatan dan agama. Walaupun demikian, kitab Ta’limul Muta’allim menekankan bahwa melek di waktu malam mempunyai banyak manfaat. Di antaranya adalah meluangkan waktu untuk ber muthola’ah karena malam hari adalah waktu kondusif dan produktif untuk mereview materi-materi yang telah diajarkan. Di sisi lain, suasana yang tenang menjadikan untuk memahami pelajaran dengan lebih mendalam. Hal demikian menjadi pelampiasan seorang santri dalam bersungguh-sungguh untuk mencari ilmu, terutama yang mempunyai tanggungan hafalan, juga menjadikan mutholaah di malam hari sebagai waktu menghafal dengan kondusif disertai suasana yang tenang menjadikan para santri lebih mendalam pada saat memahami pelajaran.
Dalam konteks ini juga bisa dikaitkan dengan qiyamul lail (beribadah di malam hari), dengan menggali keutamaan sepertiga malam terakhirnya. Sepertiga malam terakhir diyakini sebagai malam turunnya para malaikat dan terbukanya pintu-pintu rahmat. Sehingga waktu ini sangat baik digunakan untuk berdoa dan beribadah seperti salat tahajud, salat witir, dan salat sunnah lainnya.
Kita sebagai santri menjadikan malam sebagai sarana untuk meraih apa yang diinginkan dan juga untuk meraih cita-cita di masa depan dengan cara, ber muthola’ah di malam hari dan dengan qiyamul lail. Dengan demikian, mutholaah di malam hari harus diselingi dengan mengatur waktu untuk menjaga kesehatan kita dalam mencari ilmu, karena dalam mencari ilmu kita harus memperhatikan kesehatan kita, alasannya, tubuh kita akan lebih terjaga dan dapat mudah memahami pelajaran serta berkonsentrasi dalam mencari ilmu.
Dari penjelasan di atas dapat dipahami bahwa melek di malam hari atau begadang mempunyai dampak negatif bagi kesehatan. Di sisi lain, begadang untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang positif seperti muthola’ah mempunyai banyak keutamaan. Oleh sebab itu, sebagai santri, kita harus bijaksana dalam mengelola waktu, di satu sisi kita harus memaksimalkan malam hari untuk kegiatan yang baik. Di sisi lain, kita juga harus memberikan kesempatan yang cukup kepada badan kita untuk beristirahat. Wallahu A’lam.
Oleh: Abdullah Najih, Santri Mansajul Ulum.










