Menu

Mode Gelap

Cerpen · 1 Nov 2024 10:29 WIB ·

Doa Ilmu


 Doa Ilmu Perbesar

“Bapak, kenapa bapak selalu berdoa agar mendapatkan ilmu? Kan Bapak sudah tua, tidak lagi terlalu membutuhkan hal itu. Bahkan Bapak sudah pandai bertani. Brokoli yang Bapak tanam juga tumbuh besar. Kenapa Bapak masih berdoa untuk mendapatkan ilmu?”

Gadis usia 13 tahun sedang menatap bapaknya dengan dahi berkerut. Sehabis sholat tanpa melepas mukena, ia menarik tangan bapaknya. Menunggu jawaban.

“Rara, mau mendengar cerita Bapak?” Lelaki yang memiliki guratan lembut di sekitar wajahnya itu mengusap lembut kepala putri kesayangannya. Bukannya menjawab, ia malah bertanya.

“Bapak jawab dulu!”

“Ini mau dijawab, Sayang.”

“Kok malah mau cerita?”

“Dengerin dulu makanya.”

“Iya, iya.”

Dengan mulut cemberut, Rara membaringkan kepalanya di atas paha Bapak. Menatap wajah Bapak yang sudah tidak muda lagi. Menyimak.

“Begini ceritanya.”

***

Dulu ada seorang lelaki dewasa berumur sekitar 30 tahun. Ia sudah beristri, memiliki rumah besar dan sawah yang berhektar-hektar. Dia anak tunggal, pemegang warisan satu-satunya.

Lelaki itu tidak bekerja. Ia hanya menyuruh orang untuk merawat sawahnya, dan uang pun mengalir setiap bulannya. Pekerjanya adalah seorang kakek tua yang bisa dipercaya dan memang pandai bertani. Lelaki itu bisa bertani, namun ilmunya hanya sekedar ilmu warisan saja. Sehingga dirinya tidak bisa lebih baik dalam mengurus sawah yang luas.

Namun, kakek tua yang dipercaya itu tidak bertahan lama bekerja di sana. Ia meninggal. Lelaki berusia 30 tahun itu sedih dan bingung bagaimana melanjutkan mengurus sawahnya tanpa bantuan kakek tua. Ia sudah menganggap sang kakek sebagai keluarganya.

Setelah kematian sang kakek, sawah menjadi kosong, kering, dan rusak parah. Namun, tak berselang lama, sang pemilik sawah itu menemukan pemuda lulusan terbaik jurusan pertanian.

Awalnya sawah yang asalnya kosong dan gersang menjadi hijau berisikan sayuran. Bahkan, kembang kol yang ditanam pun beratnya bisa sampai 3 kg.

***

Kembali ke Rara dan Bapak.

“Bapak, Rara mau tanya. Kembang kol itu yang hampir mirip sama brokoli kan? Tapi warnanya putih.” Tanya Rara memotong cerita Bapak. Lelaki berkepala empat itu pun mengangguk sembari mengusap kepala putri satu-satunya dan kembali melanjutkan cerita.

***

Tiga tahun berlalu dengan lancar. Lelaki pemilik sawah yang biasa dipanggil pak juragan itu sudah mulai percaya dengan pekerja barunya. Namun suatu hari ada hal yang mengganjal di hatinya. Kejanggalan itu ia rasakan saat melihat sang pemuda merawat tanaman yang aneh. Tanaman yang tidak diketahui oleh pak juragan. Namun, masih dengan prasangka baiknya. Ia tetap percaya ketika pemuda itu menjawab pertanyaannya dengan jawaban bahwa tanaman itu adalah tanaman yang didapat dari seseorang. ‘Ketela London’, katanya.

Seminggu setelah perasaan ganjil itu, di depan rumah pak juragan terparkir sebuah motor dan mobil polisi. Pak juragan yang saat itu sedang menyiram bunga di depan rumah, menemui para polisi yang mulai turun dari kendaraan masing-masing.

“Ada apa ya, Pak?”

“Ini benar rumah Pak Juragan?”

“Iya, dengan saya sendiri.”

“O-oh…”

Dengan masih bingung antara percaya dan tidak, polisi itu melihat pak juragan yang tidak seperti juragan pada umumnya. Hanya memakai kaos oblong dan celana selutut. Mengeluarkan selembar foto.

Pak juragan yang melihat sebuah foto yang tidak asing pun bertanya.

“Ada apa dengan foto ini?”

“Apakah yang di foto itu pekerja pak juragan?”

“Iya. Kenapa?”

“Pekerja bapak ini sudah melanggar hukum dengan menanam ganja di sawah. Tersangka sudah kami tangkap dan sekarang berada di dalam mobil. Kami ke sini juga akan mengajak bapak selaku pemilik sawah untuk ikut ke kantor polisi mengurus masalah ini.”

“Tapi, Pak. Saya benar-benar tidak tahu apa yang ditanam pekerja saya. Saat saya tanya pun katanya itu adalah Ketela London.”

“Bapak sabar dulu. Lebih baik bapak jelaskan saja di kantor polisi nanti.”

Singkat cerita, pak juragan dinyatakan tidak bersalah. Dan mulai dari kejadian itu, ia tidak bisa percaya kepada orang-orang.

Setiap hari, pak juragan selalu meminta do’a kepada Allah agar mendapat ilmu yang bermanfaat untuk dirinya, terutama untuk sawahnya yang sudah kosong melompong.

Berhari-hari pak juragan mencoba bertani di sawahnya dengan ilmu warisan dari ayahnya dulu, namun keberhasilan tak berpihak kepadanya.

Suatu hari, di musim hujan yang deras sekali, pak juragan yang saat itu sedang diperjalanan pulang dari membeli bibit tanaman untuk percobaan yang sudah beberapa kali, tidak membawa jas hujan. Ia pun berteduh di depan toko yang sudah tutup. Di sampingnya, terdapat lelaki tua yang juga sedang berteduh, lelaki itu mengingatkannya kepada kakek tua pekerja pertamanya dulu.

Dari pertemuan itu, do’a pak juragan terbukti dikabulkan oleh Allah. Pak juragan mendapat ilmu dari lelaki tua itu. Tentang cara menanam sayuran, padi yang baik dan lain sebagainya. Hingga diajari cara mencampur pupuk yang membuat tanaman menjadi lebih besar dari tanaman biasanya.

Setiap hari, pak juragan pulang pergi ke rumah lelaki tua yang jaraknya antar kota. Ia tak pernah lelah, bahkan malah semangat untuk mendapat ilmu dari lelaki tua itu.

Dan dari sana, pak juragan tidak pernah absen untuk selalu meminta do’a kepada Allah agar mendapat ilmu yang bermanfaat bagi hidupnya. Karena, menurut pak juragan, ilmu itu sangat penting bagi kehidupan, walaupun ia sudah tak muda lagi.

***

Kembali ke Rara dan Bapak di rumah.

“Jadi, gimana, Ra? Sudah tahu kan jawabannya dari cerita Bapak?”

Tidak ada jawaban dari putrinya, Bapak pun menghadap ke bawah kearah dimana Rara berbaring. Dan ternyata ia sudah terlelap.

Bapak pun hanya tersenyum melihatnya. Ia pun beralih menghadap ke dinding di depannya yang tertempel. Di sana terdapat pigura yang memperlihatkan hamparan tanaman terlarang dengan dua lelaki yang tersenyum di depannya.

Oleh: Puspita Kamal, Santri Mansajul Ulum

Tulis Komentar
Artikel ini telah dibaca 78 kali

Baca Lainnya

Cincin di atas Kepala

11 Juli 2025 - 10:23 WIB

Semesta Teramati

13 Juni 2025 - 09:49 WIB

Semesta Teramati

16 Mei 2025 - 07:36 WIB

AK24

18 April 2025 - 09:54 WIB

Lima Butir Jagung

21 Maret 2025 - 11:38 WIB

24 Hours

21 Februari 2025 - 12:47 WIB

Trending di Cerpen