Menu

Mode Gelap

Cerpen · 16 Des 2022 10:47 WIB ·

Mimpi di Edinburg


 Sumber gambar: Id.Pinterest.com. Perbesar

Sumber gambar: Id.Pinterest.com.

Setelah melihat kertas tersebut seketika kepala Faruq mulai dibuat pusing olehnya. Ia sama sekali tidak mengerti kalimat-kalimat yang asing dalam surat tersebut. “Melihatnya saja sudah pusing bagaimana saya mau membantu,” pikir Faruq.

“Jadi ini adalah surat milik santri yang diduga bersangkutan dengan ajnabiyah. Sekali lagi, ini masih dugaan.” Jelas Nadjib.

“Aku pikir tulisan itu malahan sebuah kode, karena tulisan tersebut tidak dapat difahami.” Sahut Kang Usman.

Coba kamu amati lagi, Ruq.” Sambungnya.

Faruq pun kembali memeriksa surat yang ada di tanganya itu. Sir Lelayouyims. Apakah itu nama orang? Hai teman lama lettetos. Itu adalah kalimat sapaan. Sedangkan di sampingnya ada angka dua ribu seratus dan di kalimat paling akhir tertulis: Di dekat sesuatu yang membuat Newton berfikir. “Memangnya apa yang membuat newton berfikir?” Pikir Faruq dengan dihantui oleh berbagai pertanyaan. “Wah, nyerah dah! Nggak ngerti aku maksudnya.” Guman Faruq.

Sudah hampir lima belas menit berlalu ketiga otak orang itu masih buntu dan tidak mendapatkan jalan keluar sama sekali. Hingga akhirnya mereka merasa seperti orang yang putus asa tak berkutik.

“Hah! Aku sudah pusing. Kita panggil saja orangnya dan di interogasi langsung.” keluh Nadjib memecahkan keheniangan suasana kantor.

“Sepertinya aku mendapatkan sedikit petunjuk.” Ucap Faruq.

Seketika hal tersebut menyita perhatian kedua temanya “Apa itu, Ruq?” sahut Usman dan Nadjib secara bersamaan.

“Sejak tadi kita sudah berfikir dan jelas kalimat itu sepertinya tidak berarti. Jadi aku pikir ini adalah sebuah kalimat anagram yang bertujuan untuk mengelabuhi orang yang bukan dituju.”

“Anagram itu apa ya? Aku nggak ngerti, Ruq.” Tanya Nadjib yang merasa kebingungan.

“Ya, kalau sepemahamanku sih, anagram itu adalah sebuah kalimat yang mana huruf-huruf dalam kalimat tersebut dapat kita ubah-ubah hingga menjadi sebuah kalimat yang baru tanpa mengurangi ataupun menambahi pada kalimat aslinya. Seperti contoh kata ‘’ubi’’ dapat kita ubah menjadi ‘’ibu’’ tanpa mengurangi atau menambahi hurufnya.” Jelas Faruq.

“Baiklah jadi singkatnya artinya apa, Ruq?” Tanya ketua pondok penasaran.

“Di paragraf pertama ada kalimat yang berjumlah empat belas huruf dan aku menemukan kalimat baru dalam Bhs. Inggris dengan jumlah huruf yang sama yakni I really miss you!” Jelas Faruq.

“Buset dah…!” Ucap Nadjib yang sangat syok mengetahui artinya.

“Kemudian kalimat di bawahnya ‘Hei teman lama lettetos’ menjadi Let meet at the mona lisa yang kurang lebih makna leterleknya adalah mari bertemu di mona lisa.” Lanjut Faruq.

“Eh, tunggu dulu! Bukanya mona lisa itu nama lukisan ya?” Sela Nadjib.

“Yup! Betul, Jib! Itu adalah lukisan minyak abad enam belas yang dilukis oleh seniman dari Italia, Leonardo Da Vinci.” Dan hal yang membingungkanya adalah lukisan itu sekarang dipamerkan di museum Louvre di Paris.

“Apa mungkin mereka akan ketemuan di Paris?” “Apa kamu yang salah menempatkan posisi huruf-huruf anagramnya, Ruq?” Tanya kang Usman memastikan.

“Nggak mungkin, Kang. Soalnya sejak tadi aku udah membolak balik hurufnya dan kalimat itulah yang paling tepat untuk dibentuk.” Jawab Faruq meyakinkan.

“Djib, coba kamu cari apa makna kalimat yang ada di paragraf paling akhir itu. Kamu kan yang ahli pelajaran fisika.” Pinta Kang Usman.

“Sepertinya aku juga menemukan penjelasanya.” Seloroh Nadjib dengan Pe-de.

“Apa jawabanya, Djib?” Desak Faruq yang sangat penasaran.

“Sesuatu yang membuat Isaac Newton berfkir,  tentu saja itu adalah buah apel. Dalam kisah Newton saat menemukan teori gravitasinya ia tertimpa buah apel yang jatuh dari pohon dan mengenai kepalanya hingga dirinya terinspirasi dan berfikir tentang adanya gravitasi bumi.” Jelas Nadjib dengan meyakinkan.

“Ya, Djib! Kamu jenius! Bagaimana aku nggak kepikiran ya.” Sahut Faruq yang sangat kegirangan.

“Jadi arti keseluruhanya adalah : I really miss you, let meet at the mona lisa, 21.00, di dekat penjual buah apel.  Dan aku kira angka-angka yang ada dalam surat itu bukanlah angka biasa melainkan angka yang merujuk pada waktu, yakni jam 21.00, bukan dua ribu seratus. Jadi inti dalam surat itu merujuk pada suatu tempat di dekat penjual buah apel yang mana tempat tersebut terdapat lukisan Leonardo Da Vinci yakni The Mona Lisa ‘’ jelas kang Usman.

“Jadi sekarang pertanyaanya adalah dimana tempat itu berada?” Sambungnya lagi.

“Aku pernah ingat! Sepertinya di jalan Pecinan aku pernah melihat sebuah toko di dekat penjual buah apel dan di toko tersebut menjual berbagai buku-buku dan poster-poster ilmuwan dari abad pertengahan hingga modern. Mungkin saja toko tersebut menjual poster lukisan Mona Lisa karena Leonardo Da Vinci juga termasuk dalam deretan ilmuwan abad pertengahan.” Jawab Nadjib.

Pada saat itu pula sebuah jam arloji kuno berbunyi, menunjukan bahwa waktu sudah menunjukan pukul 21.00. Artinya pertemuan pemilik surat itu telah berlangsung.  Tak lama kemudian ketiga orang itu pun bergegas meninggalkan area pesantren Darl Talamidz dan pergi menuju lokasi dugaan. Sementara di tempat lain terlihat seorang pemuda keluar dari pintu bangunan tua dengan senyuman mengambang di raut wajahnya. Ia nampak begitu bahagia malam ini. Entah apa yang telah terjadi.

Tulis Komentar
Artikel ini telah dibaca 726 kali

Baca Lainnya

Cincin di atas Kepala

11 Juli 2025 - 10:23 WIB

Semesta Teramati

13 Juni 2025 - 09:49 WIB

Semesta Teramati

16 Mei 2025 - 07:36 WIB

AK24

18 April 2025 - 09:54 WIB

Lima Butir Jagung

21 Maret 2025 - 11:38 WIB

24 Hours

21 Februari 2025 - 12:47 WIB

Trending di Cerpen