Berita tentang Isra’ Mi’raj waktu itu sangat menggemparkan bagi masyarakat Arab. Bukan hanya orang kaum kafir Quraisy yang mencela nabi, tapi sebagian orang Islam juga ada yang dihinggapi rasa keraguan. Karena mustahil perjalanan tersebut dapat ditempuh dalam waktu semalam saja. Hal tersebut sempat membuat perpecahan para sahabat karena banyak yang tidak mempercayainya. Namun tidak dengan sahabat Abu Bakar Ash-Shiddiq. Beliau dengan cepat langsung percaya tentang apa yang disampaikan oleh Rasulullah.
Pelajaran penting yang perlu kita contoh dari Abu Bakar Ash-Shiddiq waktu itu adalah bagaimana kita bisa menjadi seorang yang mampu menciptakan hal baru lalu mampu diikuti dan disukai oleh banyak orang. Kalau sesuatu sudah dipercaya oleh banyak orang lalu kita mengikutinya itu adalah hal yang wajar. Namun apabila tidak ada yang percaya lalu kita sendiri yang mempercayainya itu merupakan hal yang sulit.
Semisal contoh ada orang yang mengatakan kalau garam itu rasanya manis. Apakah kita bisa langsung percaya karena garam biasanya rasanya adalah asin. Hal tersebut sama dengan apa yang telah dilakukan oleh Abu Bakar Ash-Shiddiq. Disaat banyak orang Islam yang tidak percaya dengan peristiwa Isra’ Mi’raj karena tidak bisa dinalar oleh akal sehat. Hanya Abu Bakar Ash-Shiddiqlah yang mampu untuk percaya. Bisa jadi semisal kita yang hidup pada zaman itu menganggap berita dari Nabi Muhammad SAW. adalah dusta dan omong kosong belaka.
Apabila yang dilakukan oleh Abu Bakar Ash-Shiddiq diterapkan pada zaman sekarang adalah bagaimana cara kita menciptakan hal baru yang mampu untuk diikuti oleh banyak orang. Itu merupakan hal yang berat untuk diterapkan. Hal tersebut juga tidak akan pernah bisa terwujud apabila kita hanya melakukan tidur dan bermalas-malasan.
Bagi seorang santri yang mana di pesantrennya sudah banyak diajarkan berbagai macam ilmu, apabila tidak pernah memiliki keinginan untuk mempelajarinya maka dipastikan tidak akan bisa menjawab persoalan-persoalan yang muncul seiring perkembangan zaman. Hal ini tidak boleh dianggap remeh karena kalau bukan para santri yang menjadi pemimpin untuk menjawab persoalan yang muncul maka siapa yang akan menjawabnya.
Apakah hanya dengan mengandalkan google mampu dibuat sebagai pegangan tanpa disertai dengan data yang valid?. Maka dari itu diperlukan semangat belajar yang tinggi supaya bisa menjawab permasalahan yang bermunculan untuk bisa diikuti oleh banyak orang. Berbagai macam permasalahan pasti akan muncul ketika seorang santri sudah terjun di masyarakat. Apabila tidak dibekali dengan ilmu agama yang banyak sudah pasti tidak akan mampu memberikan jawaban untuk mengatasinya. Wallahu ‘alam.
Oleh: Muhammad Sholihul Huda, Santri Mansajul Ulum.