Menu

Mode Gelap

Kolom Jum'at · 11 Agu 2022 00:43 WIB ·

Ibu Sebagai Tonggak Peradaban Dunia


 Sumber gambar : voa islam.com Perbesar

Sumber gambar : voa islam.com

KOLOM JUM’AT XXII
Jum’at, 31 Desember 2021

Belum lama ini kita memeringati Hari Ibu. Peringatan hari Ibu ini merupakan upaya mengingat sejarah tentang Gerakan perempuan yang pernah dilakukan oleh para Ibu di Indonesia. Tanggal 22 yang diperingati hari Ibu itu diambil dari adanya perinstiwa penting yang pernah dilakukan oleh perempuan Indonesia, yaitu Konggres Perempuan Pertama. Pada Konggres Perempuan ini para Ibu berkumpul bukan saja mengakui tentang pentingnya peran Ibu, tetapi juga teal berani mendeklarasikan tentang pentingnya emansipasi bagi perempuan. Tanggal inilah yang kemudian menjadi acuan bagi pemerintah RI untuk menetapkan peringatan Hari Ibu, yang diresmikan oleh Presiden Sukarno melalui Dekrit Presiden RI No. 316 Tahun 1953.

Terlepas dari sejarah tentang peringatan hari Ibu, Islam sejak awal juga telah mengakui peranan Ibu dan perempuan. Dalam salah satu ungakapan Arab dikenal, “Al-ummu hiya al madrasah al-ulaa, idza a’dadtaha a’dadta sya’ban thayyibal a’raq” Ibu adalah sekolah pertama bagi anak. Jika kita mempersiapkannya maka sejatinya kita telah mempersiapkan generasi terbaik. Ibu punya peranan sangat penting dalam tumbuh kembang anak terutama pendidikan. Ungkapan ibu sebagai sekolah pertama anak nampaknya sangat cocok dengan realitas: dari sejak di kandungan sampai dilahirkan hampir semua perahatian anak dilakukan oleh ibu. Ibu merupakan cermin pertama bagi anak dalam belajar.

Penelitian University of Washington menyebutkan bahwa seorang perempuan memiliki kemungkinan dua kali lebih besar dalam mewariskan kecerdasan untuk anaknya. Walaupun tidak mutlak tetapi kecerdasan diperkirakan 40-60% berasal dari warisan gen. Hal ini sedikit banyak akan berpengaruh bagi kecerdasan yang dimiliki oleh anak. Selain gen, kecerdasan anak juga dipengaruhi pola asuh dan lingkungan. Tentu saja dalam hal ini tidak akan luput dari andil dan partisipasi seorang ibu yang lebih banyak mengambil peran. Anak-anak ini yang kemudian menjadi generasi terbaik untuk mengemban amanah sebagai figur pencipta dan pembaharu peradaban dunia.

Berangkat dari pengalaman pribadi penulis sebagai pengajar anak-anak di sebuah SD Islam swasta, bimbingan dan pengawasan orang tua dalam proses pembelajaran sangat penting, terutama ibu. Proses dan hasil pembelajaran yang diperoleh anak nyatanya lebih maksimal saat didampingi oleh seorang ibu daripada hanya didampingi seorang ayah. Hampir semua anak yang didampingi oleh ibunya (yatim) cenderung lebih teratur, tertib dan rajin dalam pembelajaran di kelas. Sebaliknya, anak yang hanya didampingi oleh seorang ayah (piatu) justru cenderung lebih banyak absen di kelas dan tidak tertib. Mereka seharusnya dari mulai usia dini dipersiapkan sebaik mungkin karena kelak mereka yang akan menjadi generasi-generasi yang mengambil peran penting dalam peradaban dunia.

Ketika ibu memerankan perannya dengan apik, maka akan terlahir juga generasi-generasi berkualitas. Keberhasilan yang nantinya diperoleh tentu tidak terlepas dari ibu yang berpikiran terbuka, melangkah menuju kemajuan, dan meningkatkan kualitas diri. Namun, harus diingat bahwa ibu yang mengambil kedudukan penting dalam tonggak peradaban dunia perlu mendapat dukungan dari lingkungan sekitar selain kemauan yang ada dalam dirinya sendiri. Contoh sederhana adalah pembagian kerja dalam rumah tangga yang tidak hanya dibebankan pada ibu, akan tetapi dapat dilakukan bersama-sama dengan partisipasi aktif anggota keluarga lain, sehingga seorang ibu juga dapat memiliki waktu untuk mengekpresikan diri, bereksplorasi serta mengaktualisasikan diri. Manfaat-manfaat yang yang didapat ibu dapat ditularkan pada lingkungan sekitar, terutama anak. Karena lagi-lagi sekolah pertama seorang anak adalah ibunya.

Salah satu catatan sejarah penting bagi umat Islam mengenai peranan ibu adalah cerita Sayyidatina Aminah dalam mendidik anaknya. Walaupun beliau hanya menemani sampai usia sekitar 6 tahun, tetapi beliau mendidik Rasulullah saw. penuh kasih sayang dan penuh kehati-hatian. Maka,sungguh sejatinya  akhlak mulia Nabi adalah salah satu hasil pendidikan ibunya yang nantinya dalam AlQur’an disebut sebagai uswatun hasanah, suri teladan yang baik bagi umatnya.

Selain Rasulullah, ada juga ilmuwan muslim dunia yang memberikan sumbangsih dalam peradaban dunia, di antaranya adalah Al Biruni. Anak yatim yang lahir di kota Khwarizm dan dibesarkan oleh ibunya seorang diri. Untuk menyambung hidup dan mendukung pendidikan anaknya, ibunya bersama Al Biruni mencari kayu bakar dan menjualnya ke pasar Birun. Ibunya juga yang menemaninya menginap di sebuah rumah yang disediakan oleh Amir Abu Nasr, gurunya dalam ilmu astronomi dan matematika. Berkat jeri payah dan dukungan ibunya, beliau menjadi ilmuwan pertama yang memisahkan ilmu astronomi dan astrologi. Beliau juga meneliti Galaksi Bima Sakti (Milky Way) dan menciptakan sebuah formula tabel astronomi. Beliau juga menguasai ilmu-ilmu lain seperti Matematika, fisika, psikologi, dll. Namanya diabadikan menjadi nama salah satu kawah di bulan dan nama asteroid oleh astronom Barat, yakni Kawah Bulan Al Biruni dan Asteroid 9936 Al Biruni. Kita juga akan mendapati patung sosoknya jika berkunjung ke kantor PBB Wina, Austria.

Kita juga punya Bapak Zoologi modern bernama Al Jahiz. Seorang yatim brilian yang didukung oleh ibunya agar menjadi orang yang cerdas meski didera oleh kemiskinan. Ibunya tak lelah menyokong dan memberikan fasilitas untuknya dalam menuntut ilmu sampai belajar ke kota Baghdad yang kala itu dikenal sebagai pusat ilmu pengetahuan. Al Jahiz sering diberikan buku catatan oleh ibunya agar gemar menulis dan diperkirakan sudah ada 450 judul buku yang ditulis selama hidupnya.

Tiga tokoh inspiratif di atas adalah sebagian contoh dari hasil nyata didikan seorang ibu. Ibu sebagai pencetak tokoh-tokoh peradaban dunia sudah selayaknya mendapat apresiasi setinggi mungkin. Oleh karena itu, mari kita berikan ruang gerak dan tempat aktualisasi diri yang layak bagi ibu-ibu di sekitar kita untuk terus mendukung mereka dalam mencetak generasi-generasi pembawa kemajuan peradaban dunia

Allahumma shalli ala Sayyidina Muhammad wa ala ali Sayyidina Muhammad.

Oleh: Dhorifah Najib, Alumni Mansajul Ulum Tahun 2012.

 

Tulis Komentar
Artikel ini telah dibaca 160 kali

Baca Lainnya

Bayang-Bayang Feodalisme dalam Sistem Pendidikan Indonesia

6 September 2024 - 12:23 WIB

Maqashid Syari’ah: Landasan Pesantren dalam merumuskan Konsep Fikih Digital 

23 Agustus 2024 - 13:38 WIB

Santri Era Society 5.0 Melek Digital Mapan Spiritual

9 Agustus 2024 - 17:03 WIB

Strategi Cemerlang Sultan Al-Fatih dalam Penaklukan Konstantinopel

26 Juli 2024 - 12:25 WIB

Keistimewaan Ilmu Nahwu

12 Juli 2024 - 19:19 WIB

Melestarikan Dakwah Islam Rahmatan Lil Alamin Era Modern Melalui Tulisan

28 Juni 2024 - 07:24 WIB

Trending di Kolom Jum'at