KOLOM JUM’AT XIII
Jum’at, 29 Oktober 2021
Sejarah Sumpah Pemuda dianggap sebagai momen kebangsaan, atau lebih tepatnya momen bersatunya bangsa-bangsa di Nusantara menjadi satu kesatuan Nasional. Sumpah Pemuda terjadi karena inisiatif anak muda. Bangsa ini dibentuk dan didirikan oleh pemuda-pemuda yang punya visi persatuan. Sejarah ini harus terus disosialisasikan agar difahami oleh para pemuda pada era milenial sekarang ini. Karena banyak pemuda sekarang yang tidak memahami makna persatuan dan kesatuan bangsa. Alih alih ngomong persatuan, setiap ada perbedaan sedikit seringkali dianggap masalah. Hal ini menunjukkan bahwa ada yang salah dalam komitmen persatuan mereka.
Ini penting, terutama kita yang notabene berlatar belakang santri yang disebut-sebut sebagai rijal al-godh (pemuda garda terdepan bangsa). Tanggung jawab pemuda, mau tak mau, adalah menjaga persatuan dan keutuhan bangsa Indonesia seperti yang tercantum dalam ikrar sumpah pemuda. Untuk menjalankan tanggung jawab tersebut, kita perlu mencari figur sebagai teladan Kita perlu menemukan sosok-sosok yang segar, yang berbeda, dan yang dekat dengan realita agar semangat Sumpah Pemuda, bisa tetap diaktualisasikan secara kontekstual dan bisa diterima publik.
Salah satu figure yang perlu diteladani oleh santri adalah sosok KH. MA. Sahal Mahfudh. Saya akan mencoba menghadirkan keteladanan KH. MA. Sahal Mahfudh dalam memaknai hari Sumpah Pemuda bagi pemuda, khususnya pemuda santri. Sebagaimana yang telah diketahui, Mbah Sahal, sapaan akrab beliau, adalah sosok kyai yang ilmunya bagaikan lautan. Ia juga menguasai ilmu sosial. Figur kyai seperti Mbah Sahal memang jarang kita jumpai di zaman seperti sekarang ini, beliau merupakan kyai yang walaupun terjun ke dunia politik mengawal peraturan agar berpihak pada kepentingan agama dan ummat, tetapi memiliki pemahaman khazanah klasik di atas rata-rata.
Prestasi yang didapat, tidak lepas dari bagaimana kegigihan beliau saat muda dalam menimba ilmu. Ada beberapa point keteladanan Mbah Sahal yang kita perlu mengaca dan meniru jejak beliau. Ruh Sumpah Pemuda adalah memajukan persatuan dan kebangsaan Indonesia. Persatuan tak akan tercapai jika kita tidak memulai dari diri sendiri, keluarga, lingkungan terdekat, masyarakat umum, dan dalam skala luas pada bangsa dan Negara.
Termasuk dalam bentuk upaya membangun persatuan yang dicontohkan Mbah Sahal adalah membangun kepedulian sosial terhadap masyarakat lokal dengan cara mencintai produk lokal, mengapresiasi toko tetangga dengan cara ngelarisi, mendorong mereka untuk membuka usaha kecil serta mengupayakan modalnya. sehingga roda perekonomian bisa berputar di daerah tersebut. Hal ini, diwujudkan beliau dengan membangun gerakan pemberdayaan ekonomi melalui pesantren. Pesantren bagi Mbah Sahal bukan sekedar sebagai embaga pendidikan dan lembaga dakwah, tapi juga sebagai lembaga yang berfungsi sebagai pemberdayaan masyarakat.
Sejak di pesantren, Mbah Sahal dikenal sebagai orang yang tidak menampakkan kesulitan hidup kepada orang lain. Hal inilah yang beliau bawa dalam perjalanan hidupnya. Untuk membangun kemandirian, beliau memulai usaha kecil tanpa rasa ‘gengsi’ dan terus beliau kembangkan hingga tumbuh besar. Kemandirian ini harus diusahakan dengan tekad dan keberanian memulai, keberanian menghadapi risiko, dan keberanian inovasi dan kreatifitas setiap saat. Mental mandiri seperti inilah yang harus dimiliki para pemuda bangsa dalam rangka menghadapi perubahan zaman dan arus perekonomian dunia yang semakin meningkat pesat agar kita tidak minder untuk bersaing dengan bangsa lain.
Memaknai persatuan bangsa juga dapat kita lihat pada gerakan Mbah Sahal sebagai tokoh bangsa yang melindungi kaum minoritas dari tindakan yang dapat meretakkan keutuhan negara. Pergaulan lintas sektoral KH. MA. Sahal Mahfudh, termasuk kepada non-muslim, menjadi indikator bahwa beliau mampu bekerja sama dengan semua elemen dalam rangka memajukan bangsa.
Langkah-langkah di atas menjadi starting point untuk meneguhkan visi persatuan bangsa Indonesia yang telah ditanamkan KH. MA. Sahal Mahfudh di tengah pergolakan gerakan radikalisme dan terorisme yang mengancam keutuhan NKRI. Kader-kader muda bangsa, baik santri, siswa, mahasiswa, dan lainnya harus bergerak bersama untuk memajukan kesatuan bangsa Indonesia agar tidak mudah terpecah belah.
Oleh: Muhammad Saib Abdillah, Santri Mansajul Ulum dan Mahasiswa Ipmafa, Pati.