KOLOM JUM’AT XVI
Jum’at, 19 November 2021
Hadratussyaikh KH Muhammad Hasyim Asy’ari, sebagaimana para ulama’ secara umum menyebutnya, meneruskan tradisi keilmuan yang bercorak multidisipliner. Beliau memiliki banyak keahlian dalam bidang keilmuan. Dalam tulisan Kiai Hasyim yang telah dikumpulkan oleh Kiai Ishomuddin Hadziq dalam kompilasi yang diberi nama “Irsyadus Sari”, kita akan melihat bahwa Kiai Hasyim memiliki perhatian dalam banyak hal dari kehidupan masyarakat Islam. Beliau memberikan semacam petunjuk atau wejangan mengenai bagaimana kehidupan islami berbasis kerakyatan yang mana beliau tulis dalam berbagia karya seperti Pendidikan Islam (Tarbiyah Islamiyyah), Kehidupan Sosial (Syu’un Ijtima’iyyah) dan Etika Orang Berilmu dan Pencari Ilmu (Adabul ‘Alim wal Muta’allim).
Kitab Adabul ‘Alim wal Muta’allim yang mempelajari tentang etika orang yang memiliki ilmu dan pencari ilmu merupakan salah satu dari kitab Kiai Hasyim Asy’ari yang terdapat dalam Irsyadus Syari. Kitab ini bukanlah kitab yang asing lagi bagi para santri di kalangan pondok pesantren yang mengkaji kitab kuning. Tema pembahasan kitab ini setidaknya bisa diklasifikasikan menjadi tiga bagian. Pertama, membahas tentang keutamaan ilmu, keutamaan belajar, dan mengajarkannya. Kedua, membahas tentang etika seseorang dalam tahap mencari ilmu. Ketiga, membahas tentang etika seseorang ketika sudah menjadi alim atau dinyatakan lulus dari lembaga pendidikan.
Mencermati isi dari kitab Adabul ‘alim wal Muta’allim ini akan tampak bagi kita bahwa Kiai Hasyim Asy’ari banyak dipengaruhi oleh pemikiran etika Imam Abu Hamid Muhammad bin Muhammad Al-Ghazali. Pengaruh tersebut kiranya sangat terlihat dalam pernyataan Kiai Hasyim Asy’ari dalam kitab ini :
- من فضل العلم واهله انما هو في حق العلماء العاملين بعلمهم الابرار المتقين الذين قصدوا به وجه الله الكريم والزلفى لديه بجنات النعيم، لا من قصد به اغراضا دنيوية
Pertama, bahwa keutamaan ilmu hanya akan didapatkan oleh seorang yang belajar dengan tujuan meraih keridhaan dan kemuliyaan di sisi Allah. Dan bukan karena tujuan duniawi (halaman 22). Hal ini selaras dengan apa yang disampaikan oleh Imam Ghazali dalam kitab Ihya’ ‘Ulumuddin juz pertama.
- ان يقنع من القوت واللباس بما تيسر
Kedua, bahwa seseorang yang sedang belajar harus menjalani gaya hidup yang sederhana, baik dalam makan maupun berpakaian (halaman 25). Hal ini koheren dengan apa yang dikatakan Imam Ghazali dalam kitab Mauidhah Al-Mu’minin yang mengatakan : “Ilmu adalah pengabdian terbaik. Dan adalah baik jika seseorang telah merasa cukup dalam hidupnya hanya dengan mendedikasikan dirinya pada ilmu”.
Selain itu, K. H. Hasyim Asy’ari juga menekankan pentingnya adab terhadap guru. Diantaranya, kita harus bersungguh-sungguh mencari guru yang alim, meyakini derajat dan ilmu gurunya, tetap mendengar dan menyimak guru meskipun kita telah mengetahui topik yang dibahas. Itulah diantara adab yang ada dalam kitab tersebut. Yang lain masih banyak butir-butir adab yang perlu diperhatikan seorang pelajar kepada gurunya.
Secara umum, dapat dikatakan bahwa pemikiran pendidikan Kiai Hasyim Asy’ari masih mempertahankan kebudayaan dan ideologi pendidikan Islam yang mengutamakan kecintaan dan kemuliaan ilmu dan sumbernya.
Kiai Hasyim mengatakan dalam bab ketiga :
ينبغي للطالب ان يقدم النظر ويستخير الله تعالى فيمن يأخذ العلم عنه …
Seyogyanya seorang murid memikirkan secara mendalam dan beristikharah terlebih dahulu, kepada siapa ia akan mencari ilmu (belajar)…. (halaman 29).
Adab tersebut menunjukkan kepada kita bahwa sanad mencari ilmu itu sangat penting. Artinya dalam mengaji kitab hendaknya mencari guru yang sanadnya jelas hingga Rasulullah. Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari menegaskan dalam kitab ini bahwa salah satu adab seorang pelajar adalah jangan sekali-kali mengambil ilmu dari buku tanpa guru. Sebab, lembaran kertas tidak bisa membimbing, sementara guru akan membimbing jika mendapati seorang pelajar yang keliru. Etika itu perlu diterapkan ketika kita mencari ilmu lewat berbagai media social. Melalui medsos, kita harus mencari sumber dan informasi yang jelas.
Kiranya hal tersebut relevan untuk diterapkan di era media sosial seperti sekarang ini, dimana banyak orang yang bingung dengan berbagai ajaran agama yang hanya diketahui via media sosial, youtube dan semacamnya.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa adab sebelum menuntut ilmu adalah sangat penting. Tetapi adab ini seringkali diabaikan oleh para pelajar atau mahasiswa ketika menuntut ilmu. Namun, seperti kata pepatah lama, “Tidak ada kata terlambat”. Maka belum terlambat bagi kita yang mungkin sudah terlanjur menuntut ilmu selama belasan bahkan mungkin puluhan tahun untuk memperbaiki cara kita dalam menuntut ilmu.
Oleh: Fitriyani Miladiyah, Mahasiswi UIN Walisongo, Semarang & alumni Mansajul Ulum tahun 2020.