KOLOM JUM’AT XVII
Jum’at, 26 November 2021
Maulana Syekh Ali Jum’ah di salah satu pengajiannya, ketika memaparkan tentang wirid, beliau menjelaskan; wirid adalah suatu amalan yang dilakukan secara terus menerus, walaupun amalan itu tidak banyak. Lantas beliau melanjutkan dengan menukil pendapat ulama, bahwa hendaknya bagi yang mau memulai wirid dzikir, untuk memulainya dengan memperbanyak istighfar. Karena dengan istighfar, seseorang akan dimudahkan berpindah dari wilayah kemaksiatan, menuju wilayah pertaubatan.
Setelah seseorang mampu meng-istiqamahkan istighfar dengan baik, tambahlah dengan senantiasa bershalawat kepada Nabi SAW. Karena shalawat dapat menyebabkan tertariknya segala kebaikan. Dengan bershalawat pula, seseorang berarti telah menjalin hubungan dengan Allah melalui jalan Sayyiduna Rasulullah SAW. Karenanya, siapapun yang mau bershalawat, pasti akan diterima oleh Allah SWT, sekalipun keluar dari mulut seorang pendosa dan munafik.
Kalau saya boleh mengatakan, shalawat ini adalah tawaran Allah yang paling menarik. Karena siapapun yang mau menggunakan mulutnya untuk bershalawat, pasti akan diterima oleh Allah SWT. Di dalam Al-Qur’an mungkin kita dapati Allah memerintahkan kita untuk menunaikan shalat, tapi tentu Allah tidak melakukannya, pun amaliyah ibadah yang lain yang diperintahkan oleh Allah. Tapi coba lihat ketika Allah memerintahkan kita untuk bershalawat, Allah juga ikut serta dalam bershalawat.
Keterangan ini termaktub di QS. AL-Ahzab ayat 56 :
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ ۚ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
Di dalam khutbahnya, salah satu muhaddits besar abad ini, Syekh Abdul Ba’its Al-Kattaniy -Hafidzahullah- menjelaskan bahwa dalam shalawat itu terkandung kelapangan dari setiap kesulitan hidup, terkandung jalan keluar dari segala musibah yang menimpa. Maka beliau-pun berpesan untuk memperbanyak shalawat, jika mempunyai beragam jenis problema hidup.
Beliau bercerita, bahwa suatu kali beliau pernah ditanya oleh salah seorang dari Madinah Al-Munawwaroh terkait lebih utama mana membaca shalawat atau membaca Al-Qur’an? Beliau memulai pemaparannya, kalaulah perbandingan yang dimaksud adalah perbandingan kalam Allah, tentu Al-Qur’an adalah sesuatu yang paling utama, karena ia kalam Allah. Tapi coba lihat, shalawat itu terkandung keutamaan yang luar biasa, yang tidak kita jumpai saat kita membaca Al-Qur’an.
Contohnya hadits Nabi SAW yang menegaskan setiap huruf Al-Qur’an yang dibaca. Seseorang akan diganjar dengan sepuluh kebaikan, seperti Alif Lam Mim ; Alif sepuluh, Lam sepuluh, dan Mim sepuluh. Jadi dengan membaca Alif Lam Mim, paling tidak seseorang akan mampu mengantongi 30 ganjaran kebaikan.
Namun beda halnya dengan shalawat. Dengan hanya satu kali bershalawat kepada Nabi SAW, seseorang akan dibalas oleh Allah dengan sepuluh shalawat. Menurut penjelasan Syekh Abdul Ba’its, satu shalawat saja dari Allah kepada seorang hamba, menandingi seluruh kebaikan! Bagaimana dengan sepuluh shalawat?
Maka tak heran, kalau shalawat ini kerap kali dijadikan jimat oleh seorang muslim untuk bekalnya di akhirat. Bahkan dikisahkan dalam Kitab Irsyadul Ibad; ada seorang anak berangkat haji bersama ayahnya. Di tengah perjalanan, tepatnya di Bashroh, ayahnya meninggal. Alangkah kagetnya sang anak, ketika melihat wajah ayahnya, yang mendadak berubah menjadi wajah keledai. Ia tentu sangat sedih, tapi tiba-tiba ia terkantuk dan tidur. Dalam tidurnya ia bertemu dengan Rosulullah SAW, dan Nabi pun bercerita bahwa ayahnya adalah pemakan riba dan itulah yang membuatnya demikian. Namun di sisi lain, ayahnya selalu meng-istiqomahkan untuk membaca shalawat kepada Nabi sebanyak 100 kali dalam sehari. Itulah yang membuat Nabi merasa perlu untuk mengadu kepada Allah. Allah-pun mengizinkan Rosulullah untuk mensyafa’atinya. Tak lama kemudian anak itu terbangun, dan alangkah terkejutnya, muka sang ayah sudah tak lagi seperti sebelumnya, namun telah berubah layaknya bulan purnama, cerah nan bersinar. Sejak itu, sang anak selalu bershalawat kepada Nabi, sekalipun saat melakukan ritual haji.
Shalawat juga seringkali dibuat senjata oleh umat muslim untuk menangkis berbagai musibah dan berbagai masalah, seperti pemaparan Syekh Abdul Ba’its diatas. Bisa juga untuk menarik rizki, jika diwiridkan sebanyak 313 kali, seperti ijazah yang saya terima dari Syekh Fadhil Al-Jilaniy ketika bertemu di Masjid Azhar dua tahunan yang lalu. Masih banyak ragam shalawat dengan redaksi yang berbeda, jumlah yang beraneka ragam, serta manfaat yang bermacam-macam. Semuanya baik, karena kesemua itu mengarah kepada kecintaan kita terhadap Nabi SAW.
Allahumma Sholli Wa Sallim ‘Ala Sayyidina Muhammad.
Wa ‘Ala Alihi Wa Shahbihi Ajma’in. Wallahu A’lam
Oleh: Muhammad Kamal Abdillah, Mahasiswa Al Azhar, Cairo & Alumni Mansajul Ulum, 2018.