KOLOM JUM’AT XIV
Jum’at, 5 November 2021
Di penghujung akhir bulan Rabi’ul Awal ini perayaan Maulid Nabi terasa kian menipis. Kecintaan pada Nabi Muhammad pun mulai terkikis. Sebagai seorang muslim kita hendaknya senantiasa memupuk kecintaan kita pada Rasulullah. Rasa cinta itu sudah menjadi keharusan kita bersama. Karena kehadiran Rasul bagi umat Islam adalah anugerah Allah yang tak terhingga. Lantaran kita telah diberikan hadiah seorang Rasul yang menjadi satu-satunya kekasih Allah, manusia terbaik, utusan Allah yang terpilih, serta satu-satunya Rasul yang mendapatkan lisensi syafa’at di hari kiamat. Anugerah berikutnya, adalah terpilihnya kita semua sebagai salah satu ummatnya. Tidak semua manusia bisa mendapatkan rizki bisa menjadi salah satu ummat Rasul terbaik. Karena itu banyak umat Nabi terdahulu merasa iri kepada umat Muhammad yang sangat disayang oleh Allah.
Bentuk nyata kecintaan terhadap Rasulullah bisa diwujudkan dengan berbagai cara. Salah satunya adalah melalui perayaan Maulid Nabi pada bulan Rabi’ul Awal sebagai bulan lahirnya, pembacaan sirah-sirah Nabawiyah pada malam senin atau malam jum’at, serta meneladani akhlaq al-karimah Rasulullah. Selain contoh-contoh tersebut, ada pula anjuran agama untuk mencintai Rasul dengan cara yang lebih mudah, yaitu membaca shalawat. Anjuran tersebut, bahkan langsung disebut secara eksplisit oleh Alquran dalam surat Al-Ahzab ayat 56 yang berbunyi:
إن الله وملائكته يصلون على النبي يا أيها الذين أمنوا صلوا عليه وسلموا تسليما.
Artinya: “Sesungguhnya Allah SWT dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kalian untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.”
Shalawat menjadi bentuk kecintaan terhadap Nabi Muhammad yang paling mudah dan paling fleksibel dalam pelaksanaannya. Akan tetapi karena kemudahan ini, seringkali shalawat disepelekan oleh banyak orang. Hal ini dapat terjadi lantaran ketidaktahuan mereka tentang makna, esensi, dan keutamaan shalawat itu sendiri. Maka dari itu, penting pula memberikan penjelasan tentang makna dan keutamaan-keutamaan shalawat kepada masyarakat agar mereka mampu memupuk kecintaan kepada Nabi Muhammad.
Secara bahasa shalawat merupakan bentuk jamak dari kata ‘shalat’ yang berarti doa. Sedangkan menurut istilah, shalawat adalah bentuk doa dan pujian untuk Nabi sebagai ibadah Allah SWT. Shalawat adalah ibadah yang unik dalam syariat karena shalawat adalah satu-satunya ibadah yang Allah perintahkan untuk diri-Nya sendiri (Allah), manusia serta malaikat-Nya, sebagaimana yang tercantum dalam kutipan ayat di atas.
Shalawat dari Allah kepada Nabi Saw merupakan bentuk rahmat dan keridhaan. Sedangkan shalawat para malaikat kepada Nabi Saw adalah sebagai doa dan permohonan ampunan. Adapun shalawat dari umat Muhammad Saw adalah doa dan pengagungan kepada Nabi Muhammad Saw.
Keutamaan membaca shalawat terdapat dalam beberapa riwayat hadits. Keterangan perihal ganjaran pahala yang berlipat untuk amal shalawat dapat ditemukan pada hadits riwayat Imam Muslim berikut ini: ””من صلى عليّ واحدة صلى الله عليه عشرا
Artinya: “Barangsiapa yang bershalawat padaku sekali, niscaya Allah bershalawat kepadanya sepuluh kali”.
Selain soal ganjaran pahala, membaca shalawat kepada Nabi juga dapat menghapus dosa dan mengangkat derajat orang yang mengamalkannya. Sayyid Bakri bin Sayyid Muhammad Syatha Ad-Dimyathi dalam karyanya Kitab Kifayah al–Atqiya’ wa Minhaj al–Ashfiya’ mengutip sepuluh keutamaan bagi mereka yang membaca shalawat. Sepuluh keutamaan tersebut disarikannya dari Al-Qur’an dan hadits-hadits Rasulullah Saw sebagaimana berikut:
- Shalah al–malik al-ghaffar (mendapatkan rahmat dari Allah yang Maha Kuasa dan Maha Pengampun).
- Syafa’ah al–nabiy al-muktar (mendapatkan syafa’at Nabi Muhammad, Nabi pilihan).
- Al-iqtida bi al-malaikah al-abrar (mengikuti para malaikat yang baik).
- Mukhalafah al-munafiqin wa al–kuffar (mampu membedakan dari orang munafik dan kafir, alias tidak mengikuti ajakan sesat mereka).
- Mahw al–khathaya wa al–awzar (dapat menghapusn kesalahan dan dosa).
- Qadha’ al–hawa’ij wa al–awzar (dapat terpenuhi kebutuhan dan harapan-harapannya).
- Tanwir al-dzawahir wa al–asrar (dapat menerangi jiwa lahir batin).
- An-najah min al-nar (selamat dari neraka).
- Dukhul dar al–qarar (masuk ke dalam surga)
- Salam al-‘aziz al-jabbar (mendapatkan keselamatan dari Allah yang Maha Mulia dan Maha Kuasa)
Karena banyaknya keutamaan shalawat itulah, maka Sayyid Bakri juga menganjurkan siapapun agar tidak menyia-nyiakan waktu tanpa membaca shalawat Nabi. Ia menegaskan dalam kitabnya:
أخواني أكثروا من الصلاة على هذا النبي الكريم فإن الصلاة عليه تكفر الذنب العظيم وتهدي إلى الصراط المستقيم وتقي قائلها عذاب الجحيم ويحظي في الجنة بالنعيم المقيم
Artinya: “Wahai para saudaraku, perbanyaklah membaca shalawat untuk Nabi mulia ini. Karena shalawat itu dapat menghapus dosa besar, menunjukkan ke jalan yang lurus, melindungi pembacanya dari siksa neraka, dan di surga ia akan mendapatkan nikmat yang kekal.”
Sebagai pecinta Rasul, sejatinya membacakan shalawat bukanlah sekadar ingin mendapatkan keberkahan. Tetapi lebih dari itu, shalawat adalah ungkapan rasa cinta kepada kekasih secara tulus tanpa ada pamrih apapun. Andai saja kita menyadari bahwa kekasih kita adalah orang terbaik yang juga menjadi satu-satunya kekasih Allah, tidaklah mungkin kita hendak berpaling sedikitpun darinya. Apalagi sedalam apapun cinta yang kita ungkapkan kepada Rasul tak akan sebanding dengan rasa cinta Rasul kepada kita, ummatnya. Harta, jiwa, dan raga telah beliau korbankan untuk memikirkan dan menyelamatkan ummatnya. Hingga akhir hayatnya yang teringat olehnya adalah kita, ummatnya. Bukti itu jelas terekam ketika rintihan lembut yang terucap menjelang ajalnya adalah “ummaty, ummaty…”. Jika mengetahui kisah cinta Nabi yang begitu mendalam kepada ummatnya, rasanya tidak mungkin untuk tidak membalasnya. Hanya orang-orang yang merugi yang tidak membalas ketulusan cinta kekasih Yang Maha Pengasih. Allahumma shalli ala sayyidina Muhammad wa ala alihi wa shahbih.
Oleh: Muhammad Sirril Wafa, Santri Mansajul Ulum dan Mahasiswa IPMAFA.