Menu

Mode Gelap

Literasi Santri · 11 Okt 2022 17:53 WIB ·

Kebenaran Yang Disembunyikan


 Sumber gambar: realitarakyat.com Perbesar

Sumber gambar: realitarakyat.com

لو كان بيننا الحبيب
لدنا القاصي والقريب
من طيبة قبل المغيب
طالبا قرب الحبيب

Andainya Kekasih-Mu (Muhammad) masih berada bersama-sama kami,
Akan terlunaslah segala hutang dan semakin dekatlah
Dengan haruman baginda sebelum hilangnya rasa yang meronta-ronta
Untuk berada berdekatan dengan kekasih

Gema sholawat yang ditujukkan kepada sang nabi agung terdengar syahdu di telinga. Tangis haru pun membuncah, mengisi hati yang selama ini kosong dan hampa. Baik golongan tua maupun muda melantunkan sholawat dengan penuh cinta. Cinta kepada sang pencipta yang telah menciptakan sosok manusia sempurna, pemimpin umat, dan panutan hidup.

صل على النبي محمد

###

Di suatu masa dimana seluruh transportasi sudah tidak berjalan di atas tanah. Bangunan-bangunan tinggi berjejer rapi, pemerintah yang otoriter, ditambah gerbang besi yang menjulang tinggi melingkari seluruh kota menambah kesan suram dan tertutup bagi kota tersebut.

Siang hari jalanan nampak lengang. Orang-orang dewasa masih sibuk bekerja, sementara anak-anak masih bersekolah hingga sore hari. Hewan satu pun tak ada yang melintas. Entah karena kota itu bebas dari hewan-hewan atau memang sudah punah. Bahkan pohon pun dibuat dari plastik supaya daunnya tidak rontok dan membuat kotor halaman. Alat yang canggih membuat seseorang tak perlu memelihara hewan ataupun menanam tumbuhan lagi, semua serba canggih.

Namun ada yang aneh pada siang hari itu. Sejumlah polisi kota dan beberapa robot Polis sedang berkeliling entah mencari apa. Semua bangunan didatangi oleh mereka, membuat takut warga. Anak-anak yang berada di sekolah bersembunyi dibalik guru-guru mereka ketakutan. Suasana suram kini berubah menjadi mencekam.

Di sisi lain, seorang perempuan berlari mengendap-endap. Bersembunyi dari satu bangunan ke bangunan lain. Keringatnya bercucuran, sementara jilbab yang dipakainya sudah tak rupa jilbab. Perempuan itu mengambil napas sebanyak yang dia bisa, dadanya sesak.

“A-aku…hah…hah…harus…hah…bisa… uhuk! Uhuk!”

Perempuan itu terbatuk-batuk. Beberapa polisi dan robot Polis mendekat ke arahnya. Dengan segera perempuan itu merapatkan tubuhnya dibalik pohon plastik.

“Tunggu!”

Deg!

“Kawasan ini, kan sudah kita periksa tadi.” Ucap salah satu polisi.

“Ya sudah, putar balik saja. Lagipula masih banyak tempat yang harus kita periksa.” Balas polisi satunya.

Mereka pergi meninggalkan tempat tersebut, tidak tahu bahwa buronan mereka sedang bersembunyi di sana. Perempuan itu bernapas lega, setelah kakinya kram dibuat lari-larian sejak tadi. Dia menatap tabung kecil di tangannya. Inilah alasan dirinya dikejar-kejar bak buronan sejak tadi.

“Nenek, doakan Vathiem.” Ucapnya lirih.

###

يا نبي سلام عليك # صلوات الله عليك
يا حييب سلام عليك # يا رسول سلام عليك

Seorang gadis kecil berlari ke arah wanita tua yang sedang berdiri sambil melantunkan entah sebuah nyanyian atau syi’ir. Gadis kecil itu tidak tahu. Yang dirinya tahu hanyalah perasaan hangat yang menjalar ke dalam hatinya saat mendengar wanita tua itu melantunkan nyanyian atau syi’ir tersebut.

“Nenek, Nenek, apa yang Nenek baca?” tanya gadis kecil itu.

Sang Nenek tidak langsung menjawab. Dia meminta gadis kecil itu untuk menunggu sebentar. Gadis kecil itu cemberut, tetapi dia tetap mematuhi sang Nenek.

صلى الله على محمد # صلى الله عليه وسلم

“Nenek, Nenek, Nenek.” Rengek gadis kecil itu kepada sang Nenek agar segera diberi jawaban.

“Sebentar lagi, Vathiem, anakku, cucuku. Kau akan mengetahui kebenaran yang selama ini berusaha dihapuskan beserta tugas mulia yang akan kau emban.” Jawab sang Nenek.

Tentu saja Vathiem kurang puas mendengar penuturan dari sang Nenek. Dirinya dibuat semakin bingung. Sementara itu Nenek sudah kembali melanjutkan kegiatan yang sempat terhenti tadi. Vathiem cemberut, dia berjalan ke arah jendela biasa yang terbuat dari kayu. Pandangan matanya menatap jauh ke depan, ke arah pagar besi yang menjulang tinggi. Entah apa yang ada dibalik pagar besi tersebut, Nenek tidak pernah bercerita kepadanya.

###

Jam kota menunjukkan pukul 1 siang. Vathiem mulai bergerak menuju City Central, bangunan tertinggi dan menjadi pusat teknologi di seluruh kota. Misinya adalah memasukkan tabung memori yang dia bawa ke dalam sistem pusat. Karena kecerobohannya, akhirnya dirinya diketahui oleh badan intelejen. Dan sekarang, dia tengah bermain kucing-kucingan dengan para polisi dan robot Polis.

Kini di hadapanya bangunan setinggi gedung pencakar langit itu sedang dijaga ketat oleh pasukan pengaman. Vathiem mengepalkan tangannya. Diambilnya salah satu kapsul yang sedari tadi dibawanya di dalam tas.

Klik Klik Klik

Sebuah papan seluncur terbang tercipta dari kapsul tersebut. Vathiem menarik napas dalam-dalam. Resiko apapun dia siap menanggungnya.

“Ya Allah, lindungi hambamu ini demi kebenaran kekasihmu.” Doanya dalam hati.

Vathiem menaiki papan seluncurnya. Dengan kecepatan penuh diterobosnya barisan kemanan. Peluru angin mulai ditembakkan. Sekali terkena peluru, habis sudah kesempatannya untuk bisa masuk ke dalam.

Syuu! Syuu! Syuu!

Serangan balasan mulai ditembakkan Vathiem. Peluru angin miliknya telah dimodifikasi sedemikian rupa agar bisa melumpuhkan lawan. Angin yang ditembakkan mengandung gas pelumpuh. Tidak berbahaya, tetapi bisa melumpuhkan syaraf selama beberapa menit.

Syuu! Syuu! Syuu!

Beberapa pasukan telan dilumpuhkan. Kini Vathiem telah masuk ke dalam bangunan City Central. Dirinya yakin di dalam sana terdapat banyak pasukan Brigade yang berjaga. Benar saja, mereka telah menunggu di depan lift. Kali ini serangan listrik yang dilontarkan. Vathiem tersenyum, dia sudah mempersiapkan diri untuk menghadapi serangan yang seperti ini.

“Perisai!”

Sebuah perisai transparan terbentuk menyelimuti tubuh Vathiem.

Syuu! Syuu! Syuu!

Vathiem balas menembakkan peluru angin miliknya. Beberapa orang menghindar, tapi lebih banyak yang terkena gas pelumpuh. Vathiem masuk ke dalam lift. Tujuan telah dimasukkan, lantai paling atas tempat pusat teknologi berada.

Sesampainya di sana, Vathiem, sudah bersiap atas kemungkinan terburuk penangkapan dirinya. Namun yang didapati hanyalah sebuah ruangan putih kosong.

“Dimana para penjaga?”

Baru saja Vathiem berucap segerombolan robot Polis keluar dari balik tembok. Jumlahnya puluhan dan mereka sempurna sudah mengepung Vathiem.

“Target telah dikunci. Serang menggunakan peluru angin 0.2.”

Syuu! Syuu! Syuu!

Vathiem dengan gesit menghindar, dia melewati robot Polis dengan mudah . ketika hampir mencapai pintu.

Bum!

“Ah!”

Vathiem terpental dari atas papan seluncurnya. Tubuhnya menghantam tembok.

“Peluru angin 0.3”

Robot Polis meningkatkan serangan peluru angin mereka. Vathiem bangkit, kakinya sedikit gemetar. Serangan tadi telah mengenai pahanya.

Bum! Bum! Bum!

Vathiem melompat ke kanan lalu berguling. Kakinya yang sakit menghambat pergerakannya. Dengan tertatih Vathiem mencoba menggapai pintu tersebut.

Bum! Bum!

Serangan pertama berhasil dihindarinya. Tetapi serangan yang kedua tidak bisa Vathiem hindari. Brukk!

“Aduh!” Rintihnya.

Kali ini perutnya kena serangan.

“Kalian robot-robot pengganggu!” Teriak Vathiem marah.

# # #

Seorang perempuan tengah menangis disamping ranjang. Diatasnya nampak seorang wanita tua yang sedang sekarat, menunggu ajal datang menjemput.

‘’Nenek… jangan pergi meninggalkan Vathiem.”

Dengan tubuh yang payah, nenek mengambil sesuatu di bawah bantalnya. Sebuah tabung kecil.

“Vathiem, anakku, cucuku. Masukkan tabung ini kedalam sistem pusat kota. Di dalam tabung ini ada kebenaran yang dapat merobohkan pagar-pagar pembatas itu, uhuk!”

“Nenek! “

Nenek menghembuskan nafas terakhirnya setelah membisikkan nama Tuhan dan kekasih-Nya. Vathiem menangis terisak.

“Nenek jangan pergi!”

# # #

Vathiem berlarian di lorong-lorong. Suasana sekitar gelap, tapi dia tetap bisa melihat jalan di depannya. Ya, Vathiem telah melumpuhkan sistem listrik selama beberapa saat. Di depannya ada pertigaan, dan yang harus diambil olehnya adalah jalur kiri. Kakinya sakit, tapi itu masih bisa ditahan olehnya.

Saat dirinya hampir mencapai pintu kedua, tiba-tiba listrik kembali menyala. Dan bagian terburuknya adalah segerombolan pasukan keamanan yang berjalan dari arah belakang. Deru langkah kakinya yang memenuhi lorong membuat Vathiem yakin kalau jumlah mereka pasti sangat banyak. Vathiem menyandarkan punggungnya pada tembok. Jika dia harus bertarung, maka biarlah ini menjadi pertarungan terakhirnya.

Tap Tap Tap

Degup jantungnya berdegup kian cepat. Suara langkah kaki para penjaga mulai mendekat, dan mendekat.

Plop

Sebuah tangan menarik paksa Vathiem ke dalam tembok. Mulutnya juga dibekap paksa. Vathiem meronta, tetapi sebuah suara berat menenangkannya.

“Ssstt, diamlah sebentar!”

Pasukan keamanan memeriksa sebentar tempat itu, lalu putar balik meninggalkan Vathiem yang sedang bersembunyi.

Plop

Vathiem berjalan keluar, diikuti seorang laki-laki di belakangnya.

“Siapa kau!” tanya Vathiem galak.

“Namaku Alie, dan aku berada di pihakmu.” Jawab laki-laki itu.

“Bohong! Aku tidak percaya.”

“Aku tidak berbohong. Daripada kau buang-buang waktu dengan percekcokan tidak penting. Sebaiknya kita segera menuju sistem pusat. Ayo! Aku tahu tempatnya.”

Yang Alie katakan benar, waktunya akan terbuang sia-sia jika terus berdebat. Alie berjalan terlebih dahulu, meninggalkan Vathiem yang masih curiga kepadanya. Vathiem yakin bahwa laki-laki itu orang yang juga bekerja di sini. Tapi kenapa dia mau membantunya?

“Ssstt, kita akan segera memasuki sistem pusat.” Ucap Alie memberitahu Vathiem.

“Dimana pintunya?” tanya Vathiem bingung.

Pasalnya, yang kini berada di hadapan mereka hanyalah tembok bercat putih. Alie mengetuk-ngetuk tembok tersebut beberapa kali dengan titik yang berbeda-beda. Tak lama sebuah pintu muncul menggantikan tembok putih itu.

“Ayo masuk.” Ajak Alie.

Vathiem menatap punggung Alie, haruskah dia memercayai laki-laki itu? Atau sebenarnya, ini hanyalah jebakan untuk menangkapnya? Alie menoleh.

“Hei!”

“Kau tidak mencoba menjebakku-kan?” tanya Vathiem curiga.

Alie memutar bola matanya. Ditariknya tangan mungil Vathiem. Hal itu tentu saja membuat si empunya tangan kaget. Baru saja Vathiem hendak protes, Alie sudah melepaskan genggamannya.

“Kita sudah sampai di sistem pusat.” Vathiem terdiam.

Sebuah ruangan fantastis yang belum pernah Vathiem lihat. Benang-benang tipis yang saling sambung-menyambung berakhir di sebuah kotak kaca bening. Vathiem mendekat ke arah sana. Dari jarak dekat, Vathiem bisa melihat titik-titik kecil di dalam kotak. Titik-titik inilah pusat tenaga seluruh kota. Menyalurkan energi listrik dari satu rumah ke rumah yang lain. Sebagai satu-satunya titik sinyal di seluruh kota. Ya, itulah sistem pusat.
Vathiem mengeluarkan tabung memori miliknya. Dia hendak meletakkan tabung itu ke dalam sistem pusat. Baru saja dia hendak meletakkannya di dalam kotak kaca, tiba-tiba.

Dor!

“Argh!”

“Vathiem!”

Sesosok laki-laki keluar dari balik tembok. Di tangannya terdapat sebuah pistol api. Pistol api? Bukankah itu senjata kuno? Bagaimana dia bisa memilikinya?

“Seharusnya aku menghabisi kalian sekeluarga.” Ucap sosok tersebut dengan raut wajah dingin.

Vathiem memegangi tangan kirinya yang terserempet peluru. Darah segar keluar cukup deras dari tempat luka. Dengan segera Alie merobek pakiannya untuk menutupi luka Vathiem. Sosok laki-laki di depan mereka mendekat, mengambil tabung memori milik Vathiem. Vathiem menatap sosok di hadapannya.

“Hentikan perbuatanmu, Paman! Tuhan bisa murka dengan kelancangan Paman yang mencoba menghapus ingatan tentang kekasih-Nya.” Ucap Vathiem.

Alie tercengang. Orang yang dipanggil Paman terkekeh. Dia mendekat ke arah kotak kaca, menimang-nimang tabung memori.

“Akhirnya setelah bertahun-tahun lamanya, aku berhasil menghapuskan ingatan tentang orang yang kau sebut dengan kekasih itu. Membuat orang-orang berada dalam kendaliku dan menganggapku sebagai panutan.”

“TIDAK! Selamanya Paman tidak akan bisa menggantikan kekasih kami, panutan kami, dan pemimpin kami.”

“Cih! Orang yang kau sebut-sebut itu sudah mati. Dan aku tahu bahwa hari ini seharusnya kita merayakan hari kelahiran sekaligus kematiannya. Tapi apa? Aku bisa mengubah mereka menjadi sosok robot tak berhati. Kita tidak memerlukan apa yang kalian sebut sebagai Nabi itu. Dia sudah PUNAH!”

Sebuah celah terlihat, kesempatan itu digunakan Alie sebaik mungkin. Dengan segera Alie melumpuhkan sang Paman, sang pemimpin otoriter. Tabung memori terlempar. Dengan tubuh kepayahan Vathiem berlari manangkap tabung memori yang tengah melayang itu.

Dor!

“Arghh!!!” Vathiem menoleh.

Di hadapannya kini sang Paman sedang menodongkan pistol apinya ke arah Alie. Paman tersenyum menyeringai.

“Berikan tabung itu atau kutembak kepala anak ini.”

“Jangan berikan!”

“DIAM!!!”

Vathiem menggigit bibir bawahnya. Keputusan apa yang harus diambilnya? Sementara itu pasukan keamanan tiba, mereka mengepung Vathiem dan Alie. Nampaknya sudah tidak ada harapan lagi bagi Vathiem.

“Berikan kepadaku tabung itu dan kalian aku bebaskan.”

Vathiem menghela napas panjang. Baiklah dia akan menyerahkan tabung miiknya. Paman tertawa senang, sementara Alie bersikeras menolak.

“Tidak Alie, kau telah menyelamatkanku. Jadi… biarkan aku yang sekarang menyelamatkanmu.”

“Anak pintar, ha ha ha ha ha.” Paman tertawa keras saat Vathiem menyerahkan tabung miliknya.

PYARR!!!

“Ah, tanganku licin, ha ha ha.”

Vathiem tertunduk. Dia menangis, tugas mulia yang diberikan kepadanya telah gagal dilaksanakan olehnya. Nenek pasti kecewa melihatnya. Dengan susah payah Alie mendekati Vathiem.

“Aku gagal, Alie.” Ucapnya di sela-sela isak tangisnya.

“Ssstt, kau sudah berusaha.” Ucap Alie mencoba menenangkan’

Tapi kisah ini bukan tentang mereka berdua. Tabung kecil itu memiliki sebuah rahasia kecil. Wadah yang pecah bukan juga pemeran kisah ini, melainkan isi dari tabung tersebut. Isi tabung itu ikut melebur ke dalam benang-benang tipis. Tiba-tiba ruangan menjadi bercahaya, membuat silau kedua mata.

“Apa yang sedang terjadi?!” tanya sang Paman marah.

لو كان بيننا الحبيب
لدنا القاصي والقريب
من طيبة قبل المغيب
طالبا قرب الحبيب

Andainya Kekasih-Mu (Muhammad) masih berada bersama-sama kami,
Akan terlunaslah segala hutang dan semakin dekatlah
Dengan haruman baginda sebelum hilangnya rasa yang meronta-ronta
Untuk berada berdekatan dengan kekasih

Seluruh penduduk kota mendengar pujian itu. Para golongan tua menangis, orang-orang dewasa juga menangis. Jadi selama ini hidup mereka hampa karena hal ini. Mereka jauh dari Tuhan mereka, melupakan kekasih Tuhannya, dan berperilaku bak robot tanpa otak.

يا نبي سلام عليك # يا رسول سلام عليك
يا حبيب سلام عليك # صلوات الله عليك

Semua orang berduyun-duyun menuju City Central. Mereka menerobos masuk ke dalam. Pasukan keamanan kewalahan menghadapi mereka. Entah ada angin apa, seseorang seperti habis menghembuskan keberanian ke dalam dada mereka.

“Hancurkan City Central! Tegakkan ajaran kekasih kita.”

Melihat warga memberontak membuat Paman geram. Vathiem bahagia, tugasnya terselesaikan.

Brakk!

Warga telah sampai ke sistem pusat. Mereka segera menahan sang Paman. Pasukan keamanan hanya diam, melihat pemimpin mereka dibekap warga. Jauh di lubuk hati yang terdalam, sebenarnya mereka juga rindu dengan suasana seperti ini.

“Kau berhasil Vathiem,” ucap Alie lirih. Vathiem mengangguk.

“Ya, aku telah berhasil. Kini sang kekasih Allah, telah diingat kembali oleh umat manusia.”

صلى الله على محمد

Oleh: El Rahma, Santri Mansajul Ulum.

 

Tulis Komentar
Artikel ini telah dibaca 541 kali

Baca Lainnya

Khifdzul Lisan

10 Oktober 2023 - 08:05 WIB

Muhammad

6 Oktober 2023 - 08:32 WIB

Muhammad

Bentuk Memuliakan Ilmu Dalam Kitab Ta’limul Muta’allim

3 Oktober 2023 - 16:09 WIB

Bapak Tidak Datang

22 September 2023 - 12:46 WIB

Purnama : Rindu Pulang

8 September 2023 - 07:12 WIB

Dinamika

25 Agustus 2023 - 13:52 WIB

santri
Trending di Literasi Santri