Menu

Mode Gelap

Literasi Santri · 14 Apr 2023 09:49 WIB ·

The Magic of Parents Telephone


 Sumber: PP. Al-Baqiyyatussholihat Perbesar

Sumber: PP. Al-Baqiyyatussholihat

Di suatu pelosok desa di daerah Jawa Tengah, seorang gadis cantik dengan nama Erika, sedang bermain bersama teman-temannya. Namun, kali ini cuaca hatinya sedang buruk, sebab akhir-akhir orangtuanya selalu menanyai Erika tentang posonan. Jadilah, dia yang saat ini sedang bermain, bermain dengan sifat yang sedikit sensitif.

“Erika, awas!” Seru temannya, agar Erika menghindar dari serangan bola voli.

Tetapi, Erika tidak mendengar seruan temannya itu karena dia melamun, sehingga dia terkena pukulan bola voli tersebut. Wajah Erika memerah sebab menahan amarah.

“Kalian gimana sih!? Kok gak kasih tau aku kalo bolanya udah di lempar?!” Ucapnya, penuh amarah.

“Lah? Orang tadi udah di kasih tau kok. Kamu nya aja yang ngelamun.”

Erika yang sedang tersulut emosi tersebut tidak mau meneruskan perdebatan, dan akhirnya pun ia pulang ke rumahnya.

Jarak lapangan bermain dengan rumahnya cukup dekat. Erika cukup berjalan kurang lebih lima menit untuk sampai ke rumahnya. Di rumah, Erika masih menampakkan wajah kesalnya itu. Hingga ibunya pun bertanya,

“Kamu kenapa Erika? Eh, kamu udah milih mau posonan dimana belum? Sudah tinggal seminggu lagi lho menuju Ramadhan,” ucap ibunya.

“Belum tahu, Bu! Aku belum minat untuk pergi posonan,” tolak Erika.

“Ya sudah, biar gampang, ibu kasih pilihan ya. Mau ke Lirboyo atau ke pondok ARIS Kendal? Pilih salah satu,”

“Kok jauh banget sih, Bu! Yang deket-deket aja kayak yang sebelumnya,”

“Coba deh kamu ngomong ke ayah, biar nanti ayah juga ikut milih,”

“Iya, nanti aku coba bicara ke ayah,” putus Erika.

Sore harinya, di saat Erika sedang menyapu halaman, ia melihat ayahnya sedang bersantai sembari meminum kopi Espresso kesukaannya.

Inilah waktu yang tepat buat ngomong ke ayah”, batin Erika, sembari berjalan menuju ayahnya.

“Ayah!” panggil Erika.

Ayahnya pun menoleh dengan disertai senyuman khas kebapakannya.

“Ayah, Erika pengen ngomong sesuatu ke ayah, boleh?”

Ayahnya mengangguk sebagai jawaban menyetujui atas permintaanya.

“Ini kan udah mau Ramadhan, Erika disuruh Ibu untuk pergi posonan. Tapi Erika gak mau, Erika masih pengen di rumah. Pilihan pondoknya Ibu juga jauh-jauh banget, Erika gak mau,” ungkapnya, rinci.

“Memangnya pilihann Ibu kemana?” tanya ayahnya.

“Ke Lirboyo atau ke pondok ARIS Kendal,” jawab Erika dengan wajah sendu.

“Erika di tahun ini sudah menginjak umur 16 tahun, kan? Sudah besar. Erika harus bisa belajar hidup mandiri, jauh dari orangtua. Nyatanya, di tahun kemarin Erika bisa kan? Walaupun masih ada nangis-nangisnya, tapi gakpapa. Namanya juga adaptasi di lingkungan yang baru. Cuman 17 hari kok, tidak apa-apa. Latihan, Nak.  Nanti kalo kangen, Erika kan bisa telepon dari handphone pondok, seperti posonan di tahun kemarin. Keluarlah sebentar, untuk mencari pengalaman baru, ya? Erika mau pilih pondok apapun, yang manapun, pasti kami antarkan. Pilihlah sesuai kemantapan hatimu,” tutur ayahnya, panjang lebar.

Erika menangis mendengar penuturan lembut dari ayahnya itu.

“Iya, Yah. Nanti Erika coba pikirkan lagi.”

Kemudian ayahnya mengusap lembut pucuk kepala Erika.

*  *  *

Pancaran sinar rembulan datang untuk menyinari kamar gelap gulita milik Erika. Di pukul 2 malam saat ini, Erika masih juga belum terlelap. Ia masih memikirkan penuturan ayahnya sore tadi. Tiba-tiba, terbersit di pikirannya untuk bertanya pada salah satu teman dekatnya. Erika membuka ponselnya untuk menelepon temannya itu untuk meminta pendapatnya. “Syukurlah dia sedang online”, batin Erika. Langsung saja Erika meneleponnya.

“Oi! Gimana?” tanya temannya di seberang sana yang biasa dia panggil dengan nama Hanma.

“Maaf ganggu malem-malem. Aku mau minta pendapatmu, boleh nggak?”

Sure!

“Gini, kan aku di suruh posonan Ramadhan tahun ini. Nah, ibuku ngasih aku 2 pilihan buat aku. Di pondok Lirboyo atau di pondok ARIS Kendal. Menurutmu dimana yang enak? Aku bingung,” terang Erika.

“Kalo menurut seorang Hanma yang satu ini, pilih yang di Kendal aja dulu, yang juga gak terlalu jauh dari rumahmu. Tapi terserah kamunya juga sih,”

“Oke, makasih!”

Erika pun langsung memutuskan sambungan teleponnya sepihak, sebelum Hanma kembali berbicara.

* * *

H-2 menuju sebelum Ramadhan.

“Bu, aku sudah menentukan akan dimana,” ucap Erika tiba-tiba saat ibunya sedang berkutat dengan laptop.

“Dimana?”

“Di pondok ARIS Kendal,”

“Sudah packing barang-barangnya?” ucap sang Ibu, memastikan.

“Sudah, Bu,”

“Ya sudah, besok ayah sama ibu antarkan.” Erika pun hanya menghela napas sembari menata hatinya yang masih belum siap untuk pergi.

H-1 Menuju Sebelum Ramadhan.

Pagi-pagi buta jam 6, keluarga Erika sedang sibuk mempersiapkan banyak hal untuk berangkat mengantarkan Erika menuju pesantren yang telah di pilihnya. Tiga jam lebih perjalanan yang ditempuh, dan akhirnya sampai di pesantren ARIS Kendal. Terlebih dahulu, keluarga Erika sowan kepada pengasuh pondok pesantrennya. Setelah selesai, kemudian Erika dan ibunya masuk ke pesantren untuk melihat-lihat dan mendaftar. Selang beberapa jam, setelah melihat-lihat pondoknya, ayah dan ibu Erika pun memutuskan untuk pulang. Sembari mengingat nasihat yang disampaikan ibunya saat bersamanya tadi, membuatnya menangis sesampainya di kamar.

* * *

Hari pertama dan hari kedua Ramadhan di pondok, Erika jalani dengan penuh air mata. Pertanda dia belum kerasan di pondok. Hingga di hari ketiga, ia memutuskan untuk menelepon ayah dan ibunya melalui handphone pondok. Dari mulai memegang handphone pondok untuk memasukan nomor telepon ayahnya, Erika telah membendung air matanya agar tidak keluar. Sampai ketika Erika menelepon dan tersambung pada ayahnya, seketika itu juga tangis Erika pecah saat mendengar suara lembut ayahnya yang sangat dia rindukan itu.

“Assalamu’alaikum, Erika. Apa kabar?” tanya ayahnya lembut, di ujung telepon sama.

“Ayah…hiks…aku gak…kerasan di…hiks…sini,” ucap Erika, dengan terbata-bata karena tangisnya yang tumpah ruah.

“Lho? Kenapa, Nak? Apa ada sesuatu yang membuatmu- tidak nyaman? Ceritakan ke ayah,”

“Aku gak ada temen disini…hiks. Orang-orang kalo ngeliat aku kayak aneh gitu, Ayah. Hiks…”

“Itu hal yang wajar, Erika. Semua orang kalo ketemu hal yang baru pasti kayak diteliti dulu kan? Erika pasti juga gitu kalo ketemu orang yang baru. Yang tentang Erika belum punya teman itu juga hal yang wajar, kan pondoknya juga pondok besar, dan Erika baru 3 hari lho disitu. Jadi, memang butuh sedikit proses dan kesabaran untuk bisa kerasan.”

“Tapi Erika pengen pulang, Ayah…”

“Tidak bisa, Erika. Kan pondoknya juga lumayan jauh. Ayah sama ibu juga masih ada pekerjaan yang harus diselesaikan. Dipertahankan aja dulu, cuman 17 hari kok. Ya?” Tutur ibunya, yang suaranya tiba-tiba muncul. Erika masih tidak sanggup untuk menjawab, ia masih menangis.

“Ya udah, disehat-sehatkan ya disana. Di jaga pola makannya. Ayah akan selalu doakan yang terbaik dari sini kok,”

“Iya, pasti nanti ada kok yang mau ngomong atau temenan sama Erika, yakin deh! Kamu kan kalo kenalan sama orang, bisa cepet akrab. Ibu juga akan doakan yang terbaik dari sini.”

“Sudah ya, Nak. Ini ayah masih ada pekerjaan lain yang belum di kerjakan. Assalamu’alaikum,”

“Wa’alaikum salam,” jawab Erika, lirih.

Sepertinya Erika itu adalah tipe orang yang kalau posonan mau kerasan harus telepon orangtuanya dulu. Di tahun kemarin, juga seperti itu. Setelah kejadian telepon-menelepon itu, sebuah keajaiban seperti muncul secara tiba-tiba. Setelah shalat Tarawih, banyak anak-anak pondok yang mau berbaur dengan Erika, cerita-cerita, ketawa haha hihi, curhat, dan sebagainya. Erika pun akhirnya bisa kerasan di sana, meskipun dia masih sangat menanti waktu untuk pulang.

Berkat doa dari kedua orangtua Erika yang selalu menyertainya, Erika menjadi tidak minder lagi untuk pergi ke pesantren.

Karya: El-Makhfi, Santri Mansajul Ulum.

Tulis Komentar
Artikel ini telah dibaca 247 kali

Baca Lainnya

Khifdzul Lisan

10 Oktober 2023 - 08:05 WIB

Muhammad

6 Oktober 2023 - 08:32 WIB

Muhammad

Bentuk Memuliakan Ilmu Dalam Kitab Ta’limul Muta’allim

3 Oktober 2023 - 16:09 WIB

Bapak Tidak Datang

22 September 2023 - 12:46 WIB

Purnama : Rindu Pulang

8 September 2023 - 07:12 WIB

Dinamika

25 Agustus 2023 - 13:52 WIB

santri
Trending di Literasi Santri