Menu

Mode Gelap

Opini Santri · 16 Apr 2024 19:02 WIB ·

4 Pilar Mencari Ilmu Bagi Generasi Muda


 4 Pilar Mencari Ilmu Bagi Generasi Muda Perbesar

Sebagai anak muda kita harus bisa menjaga semua syariat yang ada di dalam agama kita. Karena generasi muda adalah penerus, sekaligus penegak agama Islam di masa depan. Sebagai generasi muda yang mempunyai tanggung jawab besar di masa depan terdapat banyak hal yang harus disiapkan, di antaranya adalah mencari ilmu yang bermanfaat tentang agama Islam sebanyak-banyaknya. Lantas bagaimana untuk mendapatkan hal tersebut?

Dalam kitab Ta’limal Muta’allim terdapat sebuah penjelasan mengenai hal-hal pokok yang kita perlukan untuk memperoleh ilmu yang bermanfaat. Di antaranya seperti:

1. Membuat catatan atau tulisan

Kemajuan ilmu pengetahuan saat ini dapat terjadi karena terdapat seseorang yang menuliskannya. Seperti yang dicontohkan oleh sahabat Umar bin Khattab, beliau melakukan pembukuan Al-Qur’an dengan cara ditulis, karena beliau khawatir jika Al-Qur’an tidak segera dibukukan sementara sahabat yang semakin mengurang sebab perang, Al-Qur’an akan hilang. Dari sejarah itu kita bisa tahu seberapa besar manfaat yang kita peroleh dari menulis. Disinggung dalam surah Al-Alaq:

الَّذِيْ عَلَّمَ بِالْقَلَمِۙ عَلَّمَ الْاِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْۗ

Artinya: “Yang mengajar (manusia) dengan pena. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.”

Ayat di atas menerangkan bahwa Allah mengajarkan pada manusia tentang hal yang tidak diketahuinya dengan menggunakan pena. Di dalam Kitab ta’limul muta’alim dijelaskan bahwa “ilmu itu seperti hewan liar yang harus diikat dengan kuat atau kencang”. Dalam kaitannya dengan mencari ilmu, kita harus bisa menjaga ilmu kita dengan cara menulisnya agar dapat kita gunakan untuk berta’alluq (mengulangi) pelajaran-pelajaran yang sudah dijelaskan oleh guru. Hal ini dilakukan oleh ulama-ulama terdahulu. Mereka yang mengarang kitab yang bermanfaat, tidak hanya mempelajari dan menulis ilmunya saja, namun mereka juga mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari mereka itu karena mereka memasukkannya ke dalam hati dengan penuh keikhlasan.

2. Melakukan musyawarah

Tidak hanya dari menulis, kita juga bisa melakukan usaha yang lain dengan cara musyawarah. Dengan musyawarah, hal yang tidak terpikirkan oleh kita akan dipikirkan orang lain yang kita ajak untuk bermusyawarah. Akan tetapi, yang dimaksud dengan musyawarah di sini adalah momentum untuk mencari sebuah kebenaran atau li idzharil haqqi. Karena banyak sekali dari kita di masa kini yang justru menyalahgunakan musyawarah sebagai ajang untuk beradu argumen yang tidak berorientasi pada sebuah kebenaran.  Bahkan disinggung dalam kitab ta’limul muta’alim “Sebaik-baiknya musyawarah itu harus dilakukan dengan Netral, pelan-pelan (tidak terburu-buru dalam keputusan), menjauhi dari keburukan dan tidak terbawa emosi.” 

Terdapat tiga macam tipe orang dalam musyawarah, yaitu: pintar bicara namun kurang berilmu, kurang pintar bicara namun berilmu, dan pintar berbicara disertai ilmu. Dari ketiga macam orang tersebut, pada urutan ketigalah orang yang paling baik di antara dua yang lain. Karena dengan dia pintar berbicara maka akan membuat orang lain memahami penyelesaian masalah dan dengan ilmu yang memilikinya semua jawaban yang diutarakan akan bisa dipertanggungjawabkan. Dari semua hal-hal tersebut, dapat kita simpulkan bahwa musyawarah harus dilakukan dengan hati-hati dan konsekuen, karena semua pendapat yang muncul di dalam forum musyawarah harus dipertanggungjawabkan

Menurut Muhammad Bin Yahya, bermusyawarah selama 1 jam lebih baik daripada mengulangi pelajaran selama satu bulan. Jadi manfaat yang kita peroleh dari musyawarah bagi kita sebagai anak muda yang mencari ilmu adalah dapat lebih memahamkan kita daripada hal yang kita pelajari sendiri. Jika kita hanya mengulangi catatan-catatan yang kita punya saja, maka pemahaman kita hanya sebatas itu saja. Akan tetapi jika kita bermusyawarah kita akan mendapatkan pemahaman yang lebih luas dan berbeda-beda untuk masalah yang akan kita hadapi nantinya 

3. Menguatkan Kadar Ta’dzim

Selain itu, untuk memperoleh ilmu yang barokah kita harus sebisa mungkin menguatkan kadar ta’dzim kita. Setidaknya ada tiga perkara yang perlu kita ta’dzimi, yaitu  kepada guru kita, ilmu, dan kepada kedua orang kita. Dengan tiga perkara ta’dzim inilah ilmu kita bisa menjadi barokah. Dengan kita ta’dzim kepada guru dan mengharapkan ridhonya, maka kemudahan untuk mencari ilmu akan terbukakan. Ta’dzim kepada ilmu, akan berdampak pada kemanfaatan ilmu kita, baik kepada diri sendiri atau kepada orang lain.

4. Mengulangi Pelajaran

Mengulangi pelajaran yang sudah kita pelajari, sebagaimana dijelaskan oleh Imam Az Zarnuji “Sebaiknya seseorang yang sedang mencari ilmu itu mengulangi pelajaran-pelajaran yang sudah dicatatnya dengan tekun dan giat serta dilakukan secara continue dan ikhlas.’’ Hal ini menekankan terhadap pentingnya menjalani sebuah proses saat mencari ilmu. Oleh karena itu sebagai pencari ilmu, hendaknya kita harus mampu untuk mengulangi pelajaran-pelajaran yang telah disampaikan oleh guru kita. Berdasarkan paparan di atas, setidaknya terdapat 4 effort yang harus dimiliki oleh generasi muda saat mencari ilmu sebagai bekal di masa depan, yaitu membuat catatan, melakukan musyawarah, menguatkan kadar ta’dzim, dan mengulangi pelajaran. Wallahu a’lam.

Oleh: Rosyid Syahputra, Santri Mansajul Ulum.

Tulis Komentar
Artikel ini telah dibaca 103 kali

Baca Lainnya

Pentingnya Nilai Moral dalam Pendidikan

17 September 2024 - 19:46 WIB

Cantik dari Dalam atau Cantik dari Luar?

10 September 2024 - 19:03 WIB

Peran Negara Lain dalam Kemerdekaan Indonesia di Kancah Internasional

3 September 2024 - 10:47 WIB

Gotong Royong dalam Perspektif Islam

27 Agustus 2024 - 11:19 WIB

Pondok Pesantren: Konsep, Sejarah dan Urgensinya

20 Agustus 2024 - 16:51 WIB

Jangan Berteman dengan Rokok!

13 Agustus 2024 - 08:49 WIB

Trending di Opini Santri