Menu

Mode Gelap

Opini Santri · 12 Nov 2024 15:38 WIB ·

Bahaya Penumpukan Sampah Plastik dan Cara Mengatasinya


 Bahaya Penumpukan Sampah Plastik dan Cara Mengatasinya Perbesar

Sampah plastik tidak lepas dari kehidupan kita sehari-hari. Hal ini terlihat dari hampir seluruh aktivitas kita dekat dengan penggunaan plastik, contoh yang paling sederhana adalah penggunaan plastik pada makanan. Hampir seluruh makanan di sekitar kita menggunakan plastik. Fenomena ini dianggap lumrah di masyarakat yang berakibat pada kelalaian dalam hal memilah dan mengelola sampah plastik. Kelalain masyarakat dalam mengelola dan membuang sampah ini menjadi faktor utama menumpuknya sampah plastik. Padahal sampah plastik adalah salah satu jenis sampah yang sangat sulit terurai.

Berdasarkan data Program Lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNEP), Indonesia menjadi negara penghasil sampah plastik terbesar kedua setelah China. Antara tahun 1950 dan 2015 sekitar 6300 juta ton sampah plastik telah dihasilkan. Angka ini mencakup sampah plastik sekali pakai dan daur ulang. Sekitar 12% (800 juta ton) dari sampah ini telah dibakar, dan 9% (600 juta ton) telah di daur ulang. Dari plastik daur ulang, hanya 10% yang didaur ulang lagi, sisanya 79% dari sampah  plastik berakhir di tempat  pembuangan sampah atau dibuang ke lingkungan.

Apabila kita analisis lebih dalam, penyebab utamanya adalah perilaku masyarakat yang cenderung praktis dan konsumtif. Ketika berbelanja di mall atau pusat-pusat perbelanjaan, masyarakat lebih memilih menggunakan kantong plastik dari pada membawa kantong belanja sendiri dari rumah. Kegandrungan masyarakat dalam menjelajah kuliner atau makan-makanan cepat saji juga memaksa mereka memproduksi lebih banyak lagi sampah plastik. 

Sampah plastik yang tidak didaur ulang dengan baik ini sangat berbahaya bagi linkungan dan kesehatan manusia sendiri. Sifat plastik yang sulit terurai, dalam pengolahannya menimbulkan toksit yang bersifat karsinogenik, butuh waktu ratusan tahun bila terurai secara alami. 

Sampah plastik yang dibuang sembarangan berpotensi merusak dan mencemari lingkungan. Limbah plastik juga termasuk dalam sumber polusi lingkungan terbesar di seluruh dunia. Apabila dibiarkan begitu saja, dampak sampah plastik bisa berbahaya bagi ekosistem dan kelangsungan hidup di bumi. Hal ini dikarenakan terjadinya reaksi kimia pada kantong plastik yang terkena suhu panas. Di antara dampaknya adalah berbahaya bagi keberlangsungan rantai makanan, mencemari air dan tanah, tanah menjadi tidak subur, pemanasan global, dan polusi udara.

Tidak hanya berdampak buruk bagi lingkungan, berbagai senyawa kimia yang terkandung di dalam sampah plastik juga bisa menimbulkan beragam masalah kesehatan, seperti kanker, kerusakan organ, dan gangguan pertumbuhan janin dan anak. Berbagai senyawa kimia beracun yang berasal dari plastik bisa masuk ke dalam tubuh manusia melalui udara, makanan, dan minuman yang terkontaminasi limbah plastik. Limbah plastik ini bisa menghasilkan zat karsinogenik yang dapat memicu kanker, seperti kanker paru-paru, kanker payudara, kanker prostat, dan kanker testis.

 Di Indonesia sendiri berbagai upaya sudah diterapkan oleh pemerintah. Mulai dari kampanye peduli lingkungan hingga  mengeluarkan kebijakan uji coba untuk mengurangi plastik dengan cara mengenakan biaya sebesar dua ratus rupiah bagi konsumen yang ingin menggunakan kantong plastik untuk barang belanjaannya pada tahun 2016. Namun upaya tersebut tak berjalan dengan mulus . Hingga pada tahun 2020, Pemerintah menggalakkan program “Indonesia bebas plastik” dengan cara mengurangi sampah sebesar 70% . walaupun sudah banyak siasat yang dilakukan oleh pemerintah masyarakat Indonesia masih banyak yang lalai ketika membuang sampah. “Dalam menangani sampah plastik, peran pemerintah daerah sudah maksimal. Kami telah melakukan berbagai program dan koordinasi dengan berbagai pihak terkait. Namun, hal ini harus diimbangi dengan kesadaran masyarakat untuk membuang sampah pada tempatnya” ungkap ketua Yayasan Lopie Bahari Nusantara Tolitoli Pandi Lamaming.

Penumpukan sampah plastik ini harus menjadi perhatian kita bersama. Segigih apapun pemerintah dalam menggalakan program Indonesia bebas sampah, jika rakyatnya tidak mempunyai kesadaran akan pentingnya mengurangi sampah plastik, masalah plastik ini akan sulit teratasi. Masyarakat harus bersama-sama berupaya untuk mengurangi produksi sampah plastik di antaranya dengan cara:

  1. Mengunakan peralatan makan dan minum yang terbuat dari bahan lain, seperti kaca atau keramik.
  2. Mengurangi konsumsi atau penggunaan botol minum plastik, termasuk membeli minuman kemasan. Sebagai gantinya, membawa botol minum sendiri untuk membawa air minum.
  3. Menggunakan sedotan dari stainless steel atau kertas yang lebih ramah lingkungan.
  4. Memilih produk kemasan atau peralatan makan dan minum yang terbuat dari plastik mudah terurai atau berlabel biodegradable dan tidak mengandung bisphenol A atau BPA.
  5. Membawa dan menggunakan tas belanja sendiri saat berbelanja untuk mengurangi pemakaian tas plastik.

Dengan demikian, kegiatan di atas akan meminimalisir limbah plastik yang dikeluarkan oleh masyarakat dan dapat mencegah menumpuknya limbah plastik di lingkungan kita. Di sisi lain, terdapat sebuah larangan merusak lingkungan yang disinggung di dalam  Al-Qur’an surah Al-‘Araf ayat 56  yang artinya “Janganlah kalian berbuat kerusakan di bumi setelah diatur dengan baik. Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut dan penuh harap. Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat dengan orang-orang yang berbuat baik.”. Wallahu ‘alam.

Oleh: Khalista Evi Dinala, Santri Mansajul Ulum. 

Tulis Komentar
Artikel ini telah dibaca 67 kali

Baca Lainnya

Apakah Utang Negara Menjadi Tanggung Jawab Warga Indonesia?

18 Februari 2025 - 16:49 WIB

Hari Valentine: Sejarah, Latar Belakang dan Hukum Merayakan

11 Februari 2025 - 17:15 WIB

Tantangan Santri dalam Menghadapi Gelombang Informasi di Dunia Maya

4 Februari 2025 - 20:06 WIB

Membangun Karakter Sehat dan Tanggung Jawab di Kalangan Santri

28 Januari 2025 - 18:49 WIB

Strategi Mitigasi Kriminalitas Keuangan

21 Januari 2025 - 17:57 WIB

Manfaat Pupuk Organik terhadap Tanah

14 Januari 2025 - 16:30 WIB

Trending di Opini Santri